Menuju konten utama

2023, Bus 'Bumel' Diremajakan demi Kebutuhan Transportasi Publik

Bus ekonomi atau "bumel" seharusnya diberi berbagai subsidi dan diremajakan agar menjawab kebutuhan transportasi publik yang murah dan nyaman.

2023, Bus 'Bumel' Diremajakan demi Kebutuhan Transportasi Publik
Press Conference Outlook Transportasi Tahun 2023 di Hotel Mercure Sabang, Jakarta, Jumat (30/12/2022). tirto.id/Hanif Reyhan.

tirto.id - Keberadaan bus ekonomi dan bus “bumel” yang melayani jarak antarkota relatif dekat, diperkirakan akan semakin berkurang dan tersisihkan. Bus armada tersebut pada umumnya sudah semakin tua dan waktu tempuhnya relatif lama.

Ketua Forum Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota MTI, Aditya Dwi Laksana menuturkan, bus ekonomi yang kerap berhenti atau “ngetem” untuk menunggu penumpang dinilai kelayakan busnya kurang nyaman untuk penumpang serta fasilitas keselamatan minim. Hal ini membuat para pengguna bus banyak yang beralih ke moda transportasi pribadi atau kendaraan daring.

“Bus ekonomi dan bumel ini dari kelayakannya sudah berkurang, apalagi dari segi keselamatan penumpang, sangat memprihatinkan. Makanya, banyak pengguna bus yang beralih ke transportasi pribadi atau angkutan sewa daring,” tutur Aditya pada dalam "Press Conference Outlook Transportasi Tahun 2023", Jakarta, Jumat (30/12/2022).

Bus ekonomi dan bumel ini di ibu kota masih banyak yang beroperasi di jalanan ibu kota. Bahkan, bus tersebut menjadi biang keladi kemacetan karena suka menunggu “ngetem” di pinggir jalan atau perempatan jalan.

“Bus ekonomi dan bumel ini bagi saya sudah menjadi pemandangan yang biasa ya di ibu kota khususnya Jakarta. Sayang jika bus ini tersisihkan, apalagi suka menjadi sumber kemacetan di Jakarta dengan dia menunggu atau “ngetem” di perempatan atau pinggir jalan,” ucap Aditya.

Meski begitu, tetap masih ada penumpang bus yang setia untuk menggunakan angkutan umum tersebut. Pelajar, mahasiswa, dan pedagang menjadi pelanggan setia karena tarifnya yang murah dan terjangkau.

Kemudian, Aditya menjelaskan, pemerintah seharusnya mendukung pemberian subsidi dan dukungan lainnya agar moda transportasi ini tetap bertahan dan meningkatkan pelayanannya. Tujuannya agar bus ekonomi ini bisa menjadi alternatif transportasi umum dan menghindari penggunaan moda transportasi pribadi.

“Pemerintah seharusnya mendukung penuh secara teknis dan pembiayaan, agar bus ekonomi dan bumel ini tetap ada. Dan, pengguna bus tersebut tidak pindah ke transportasi pribadi,” imbuh Aditya.

Sementara itu, subsidi lainnya, menurut Aditya, harus diberlakukan seperti subsidi bahan bakar minyak untuk angkutan umum, pengurangan bea masuk impor suku cadang, subsidi peremajaan armada dan kebijakan lainnya termasuk penerapan untuk kebijakan ”buy the service” agar dapat diterapkan pada tahun 2023 mendatang.

Harapannya, bus angkutan ini dapat kembali sebagai prioritas utama untuk masyarakat yang khususnya berpenghasilan rendah dengan mendapatkan angkutan umum seperti bus yang nyaman, ama, dan juga terjangkau.

“Bus angkutan ini saya harap dapat menjadi prioritas utama lagi untuk para masyarakat yang berpenghasilan rendah, lalu dengan fasilitas yang angkutan umum yang dilengkapi dengan kenyamanan, keamanan dan terjangkau tarifnya agar masyarakat menengah ke bawah bisa dengan mudah memilih bus sebagai transportasi umum sehari-hari,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait TRANSPORTASI PUBLIK atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Maya Saputri