tirto.id - Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) berunjuk rasa dalam momentum Hari Perempuan Internasional, Selasa (8/3/2022). Demonstrasi dilakukan di sekitar Istana Negara, Jakarta Pusat.
"Estimasi massa sekitar 1.000 buruh," kata Sekretaris Jenderal KASBI, Sunarno melalui keterangan tertulis.
Pada aksi kali ini, KASBI menyampaikan 16 poin tuntutan kepada pemerintah. Pertama, cabut Permenaker Nomor 2 Tahun 2022 dan cabut Undang-Undang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah (PP) turunannya.
Kedua, setop PHK sepihak dan berikan jaminan kepastian kerja bagi buruh. Ketiga, setop pemberangusan serikat buruh di perusahaan sawit dan perusahaan manufaktur lainnya.
"Keempat, jamin dan lindungi hak-hak buruh perempuan, setop diskriminasi terhadap buruh perempuan," tegas Sunarno menyampaikan poin tuntutan KASBI.
Kelima, hentikan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap buruh perempuan, Keenam, fasilitasi tempat penitipan anak bagi anak-anak buruh dan berikan ruang laktasi bagi buruh perempuan menyusui.
Ketujuh, berikan hak kesehatan reproduksi buruh perempuan. Kedelapan, jamin dan lindungi buruh migran. Keembilan, berlakukan upah layak nasional. Kesepuluh, turunkan harga-harga kebutuhan sembako.
"Sebelas, hentikan diskriminasi terhadap petugas lapangan keluarga berencana non-PNS di BKKBN dan Penyuluh Perikanan Bantu Indonesia, berikan hak dan jaminan kepastian kerja," jelas
Dua belas, hentikan kekerasan negara terhadap suara kritis rakyatnya. Tiga belas, sahkan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga dan RUU TPKS. Empat belas, ratifikasi Konvensi ILO Nomor 190 tentang Kekerasan Seksual di Dunia Kerja.
Lima belas, usut tuntas dugaan korupsi BPJS Ketenagakerjaan. Enam belas, setop perang Rusia dan Ukraina, serta perang-perang di negara lainya, karena perang telah mengorbankan rakyat sipil dan rakyat miskin.
Tema kampanye Hari Perempuan Internasional 2022 adalah #BreakTheBias. Melalui tema ini, para perempuan di dunia diminta untuk mengupayakan kesetaraan gender, bebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi. Perempuan juga bisa menciptakan dunia yang beragam, adil, inklusif, serta menghargai perbedaan.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Fahreza Rizky