Menuju konten utama

144 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, KPU: Ini Melelahkan Bagi Semua

Menurut Komisioner KPU Viryan Azis hingga hari ini tercatat 883 petugas pemilu sakit dan 144 meninggal sehingga total sebanyak 1.027 petugas.

144 Petugas Pemilu Meninggal Dunia, KPU: Ini Melelahkan Bagi Semua
Warga mengangkat jenazah Sudirdjo, seorang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu serentak 2019 yang meninggal dunia usai mendapatkan perawatan di rumah sakit untuk dimakamkan di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (23/4/2019). ANTARA FOTO/Risky Andrianto/wsj.

tirto.id - Jumlah petugas Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang meninggal dalam tugas terus bertambah hingga hari ini, Rabu (24/4/2019) ini.

Data terbaru pada pukul 15.15 WIB, jumlah petugas pemilu yang meninggal dunia menjadi 144 orang, artinya ada pertambahan 25 orang dibandingkan hari sebelumnya.

"Yang sakit ada 883, meninggal 144 sehingga totalnya sebanyak 1.027 petugas," ujar Komisioner KPU Viryan Azis di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/4/2019).

Sementara itu, Ketua KPU Arief Budiman mengatakan perlu ada evaluasi dari penyelenggaran pemilu serentak ini, termasuk dengan teknis-teknisnya.

Hal ini mengingat banyaknya petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit karena kelelahan dalam bekerja.

"Ya ini jadi perhatian kita semua, pasca pemilu perlu kita lakukan evaluasi, bukan hanya terkait dengan sistemnya, tapi juga teknis kerjanya bagaimana," kata Arief.

Arief mengakui penyelenggaraan Pemilu 2019 yang digelar serentak antara Pileg dan Pilpres ini sangat melelahkan.

Apalagi sampai adanya petugas-petugas pemilu yang sakit bahkan meninggal dunia.

"Memang melelahkan, ini melelahkan bagi semua. Bagi penyelenggara pemilu, bagi peserta pemilu, bagi petugas keamanan, bagi masyarkat juga. Ini tentu melelahkan bagi semua, jadi saya pikir perlu dijadikan pembahasan bersama," pungkas Arief.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Nur Hidayah Perwitasari