Menuju konten utama

Zulhas Mengeluh soal Rantai Distribusi Pupuk yang Sangat Panjang

Distribusi pupuk harus ajuan dari daerah, harus ada SK Bupati, lalu diketahui oleh Gubernur, Menteri Perdagangan, Kementan, dan Kemenkeu. 

Zulhas Mengeluh soal Rantai Distribusi Pupuk yang Sangat Panjang
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan di Ballroom Graha Mandiri, Jakarta, Senin (11/11/2024). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), geram lantaran rantai distribusi pupuk di Indonesia terlalu panjang. Menurutnya, baru sebulan menjabat sebagai Menko Pangan, dia telah melakukan rapat bersama Pupuk Indonesia sebanyak dua kali.

“Kemudian juga saya turun lapangan. Produk ini akan naik kalau pupuknya ada. Tapi pupuk ada, belum tentu juga produknya naik. Karena rantai distribusinya panjang sekali,” ujarnya di Graha Mandiri, Jakarta, Senin (11/11/2024).

Melihat hal itu, Zulhas mengatakan bahwa jika pupuk tersedia, belum tentu produktivitas akan mengalami kenaikan. Lebih lanjut, dia juga menyebut bahwa dalam distribusi pupuk harus ada pengajuan dari daerah.

“Distribusi pupuk itu harus ajuan dari daerah, harus ada SK Bupati, diketahui oleh Gubernur, ada dari Menteri Perdagangan, ada dari Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan. Rumit. Ruwet,” ujar Zulhas.

Dia juga menyebut bahwa jika melakukan kesalahan dalam merumuskan kebijakan, maka bisa membuat pejabat masuk penjara.

“Memang kita ini antik di Indonesia. Dagang minyak masuk penjara, dagang pupuk masuk penjara. Panjang rantainya. Rumit,” ucap Zulhas.

Di lain sisi, Zulhas menyebut Indonesia memiliki cadangan beras yang cukup untuk mengatasi kondisi shortage atau kurangnya hasil panen padi pada periode Januari-Februari tahun 2025.

Dia menyampaikan, shortage beras merupakan siklus yang biasa terjadi di luar masa panen raya. Menurutnya, Januari dan Februari 202 merupakan puncak shortage beras.

“Tidak usah khawatir, stok kita di Bulog terakhir 2 juta ton,” katanya.

Selama periode Januari-Februari, produksi beras di Indonesia hanya sekitar 1 juta ton hingga 2,5 juta ton. Sementara saat masuk musim panen bisa mencapai 3,5 juta ton.

Tahun ini, kuota total impor beras mencapai 3,6 juta ton dan masih tersisa 850 ribu ton atau belum masuk ke Indonesia. Dia menyebut, sisa kuota impor beras tersebut tidak akan masuk seluruhnya pada akhir tahun dan baru akan dikirimkan pada 2025.

“Yang 500 ribu [ton] diusahakan sampai Desember [2024]. Jadi sisanya sedikit kan, [350 ribu ton] akan dilanjutkan tahun depan,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait PUPUK atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Irfan Teguh Pribadi