tirto.id - World Resources Institute (WRI) Indonesia telah bekerja dan berkarya selama 10 tahun terakhir. Dorongan pada tujuan pembangunan berkelanjutan yang membutuhkan gagasan serta aksi dari berbagai pihak terus tumbuh di dalam perjalanan WRI di dekade pertama.
Hal ini menjadi sorotan Direktur WRI Indonesia, Nirarta Samadhi, dalam acara Perayaan 10 Tahun WRI Indonesia: Mengubah Gagasan Besar Menjadi Aksi Nyata di Jakarta, Senin, (5/8/2024).
"Sepuluh tahun adalah usia yang sangat muda dibandingkan dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat yang telah hadir terlebih dahulu di Indonesia. Akan tetapi, usia muda bukanlah halangan untuk membangun kredibilitas dan jaringan dalam kerja dan karya di bidang lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, baik secara nasional maupun global," tutur Nirarta.
Dalam acara ini, WRI Indonesia meluncurkan "Laporan Perjalanan 10 Tahun Mengubah Gagasan Besar Menjadi Aksi Nyata" yang berisi dampak yang telah dicapai oleh WRI Indonesia bersama para mitra, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat di tingkat nasional dan daerah.
WRI Indonesia juga menyampaikan tujuh isu berkelanjutan yang harus menjadi perhatian pemerintah yang baru, di antaranya ekonomi hijau, dekarbonisasi industri, pembangunan kota berkelanjutan, hilirisasi mineral kritis, tantangan pasar komoditas sawit dunia, ketahanan pangan, dan hilirisasi sektor perikanan.
"Kita perlu melakukan upaya yang luar biasa untuk menahan laju peningkatan suhu bumi. Oleh karena itu, WRI Indonesia akan terus melanjutkan sinergi serta kolaborasi dengan semua pihak, untuk bekerja dan mengawal aksi-aksi iklim di Indonesia,” ujar Chairman of the Board WRI Indonesia, Dino Patti Djalal.
“Kami juga akan terus mendorong transisi pembangunan Indonesia menuju pembangunan rendah karbon yang inklusif dan berkelanjutan," imbuh dia.
Transisi menuju pembangunan rendah karbon di Indonesia perlu mempertimbangkan konteks dan tantangan di tingkat global, yakni bagaimana mencapai pengurangan emisi yang beriringan dengan peningkatan ketahanan dan kesejahteraan masyarakat.
Menjawab tantangan ini, dalam lima tahun ke depan, WRI Indonesia akan berfokus pada tiga tujuan utama, yaitu kemaslahatan manusia, pelestarian dan perlindungan alam, serta pengendalian perubahan iklim. Tantangan-tantangan tersebut juga selaras dengan kondisi Indonesia saat ini.
"Misi pemerintah untuk lima tahun ke depan tetap akan mengedepankan pencapaian tujuan ekonomi, sehingga perlu dorongan dari mitra pembangunan, donor bilateral, lembaga filantropi, sektor usaha, termasuk institusi keuangan untuk bersama-sama mencapai target perubahan iklim Indonesia sekaligus mendukung pencapaian tujuan Indonesia Emas 2045," tutur Board Member WRI Indonesia dan Global Board of Directors WRI, Mari Elka Pangestu.
Dalam kesempatan yang sama, sebagai salah satu kepala daerah yang berkolaborasi dengan erat bersama WRI Indonesia, Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, turut hadir mengapresiasi kerja sama yang dilakukan jajaran pemerintahnya dengan WRI Indonesia selama ini, sekaligus menyambut baik kesempatan kolaborasi di masa mendatang.
"Ucapan terima kasih kepada seluruh jajaran WRI, yang mendampingi kami dalam pelaksanaan agenda perhutanan sosial serta mendukung upaya global untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Sumatra Berat,” kata Mahyeldi.
"Kami berharap WRI dapat meningkatkan dukungannya, terutama untuk pemberdayaan masyarakat, kelestarian hutan, dan menjaga dinamika sosial budaya, serta membantu Rencana Operasional FOLU Net Sink 2023 bag provinsi kami," imbuh dia.
WRI Indonesia juga memberikan apresiasi kepada para pendana, mitra kerja, serta kolaborator yang telah bekerja bersama selama 10 tahun ke belakang.
Untuk memperingati satu dekade bersama komunitas dan publik yang lebih luas, WRI Indonesia akan mengadakan pameran pada Sabtu-Minggu, 10-11 Agustus 2024 di Taman Literasi Christina Martha Tiahahu, Jakarta Selatan.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Anggun P Situmorang