Menuju konten utama

WHO: Air Terkontaminasi Tinja Harus Segera Diatasi

Hampir dua miliar orang di dunia mengonsumsi air yang terkontaminasi tinja, yang bisa menyebabkan munculnya berbagai penyakit, hingga menyebabkan kematian.

WHO: Air Terkontaminasi Tinja Harus Segera Diatasi
Ilustrasi. Sejumlah pengendara melintasi pinggir kawasan Sungai Cipamokolan yang tercemar sampah dan air limbah, di Bandung, Jawa Barat, Sabtu (18/2). Sungai Cipamokolan yang merupakan sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum ini tercemar akibat adanya aliran pembuangan limbah rumah tangga dan industri tekstil di kawasan Bandung Timur, yang menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas air, pencemaran lingkungan, banjir dan lainnya. ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra.

tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menginginkan adanya perbaikan besar-besaran terkait sanitasi di seluruh dunia guna menjamin akses air bersih. Hal ini disampaikan WHO, seperti dikutip dari Antara, pada Kamis (13/4/2017) karena saat ini hampir dua miliar penduduk dunia menggunakan air yang terkontaminasi tinja.

Ratusan nyawa melayang setiap tahun karena mereka terpaksa mengonsumsi air yang terkontaminasi. Mereka juga menyampaikan untuk melakukan investasi besar-besaran guna memproduksi air minum yang aman dikonsumsi di seluruh dunia.

“Saat ini, hampir dua miliar orang mengonsumsi air yang terkontaminasi tinja, membuat mereka berisiko terkena kolera, disentri, tifus, dan polio,” kata Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat WHO Maria Neira.

Ia menambahkan, mengonsumsi air yang terkontaminasi tinja menyebabkan lebih dari 500 ribu kematian yang disebabkan diare setiap tahunnya.

“Air yang terkontaminasi bisa menyebabkan lebih dari 500 ribu kematian yang disebabkan diare, juga menjadi pemicu penyakit tropis yang biasanya diabaikan, seperti cacingan, schistosomiasis dan trakhoma,” katanya.

Pada tahun 2015, PBB Majelis Umum PBB menetapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serangkaian target untuk memberantas kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan manusia, termasuk upaya untuk menjamin akses sanitasi dan air minum yang aman dan terjangkau hingga 2030.

Namun berdasarkan laporan terkini yang diterbitkan WHO atas nama UN-Water, negara tidak akan mampu mencapai target tersebut jika mereka tidak meningkatkan investasi secara besar-besaran.

Laporan tersebut berdasarkan fakta, rata-rata negara menganggarkan pembiayaan untuk air, sanitasi, dan kebersihan sebesar 4,9 persen selama tiga tahun terakhir. Namun, 80 persen negara-negara di dunia mengakui bahwa mereka belum mampu meningkatkan anggaran untuk membiayai kebersihan air dan sanitasi.

Dalam pernyataannya, WHO menyebutkan di beberapa negara berkembang, target nasional saat ini didasarkan pada pencapaian akses ke infrastruktur dasar, yang mungkin tidak selalu memberikan pelayanan secara terus menerus yang aman dan dapat diandalkan.

Kepala UN-Water Guy Ryder mengatakan ini menjadi tantangan bagi negara-negara di dunia untuk memecahkan persoalan kebersihan air dan sanitasi. Ia juga mengingatkan pentingnya peningkatan investasi untuk kebersihan air dan sanitasi.

"Peningkatan investasi dalam air dan sanitasi dapat menghasilkan manfaat besar bagi kesehatan manusia dan pembangunan serta menciptakan lapangan kerja," tambahnya.

Baca juga artikel terkait PENCEMARAN AIR atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra