Menuju konten utama

Wajah "Surga Dunia" Lantai 7 Alexis Sesudah dan Sebelum Ditutup

Lantai 7 Hotel Alexis dianggap sebagai "surga dunia" oleh Ahok. Bagaimana sebenarnya?

Wajah
Foto tempat refleksi dan massage di lantai 7 Hotel Alexis. tirto.id/Andrian Pratama Taher

tirto.id - "Di Alexis itu, lantai 7 surga dunia lho. Di Alexis, surga bukan di telapak kaki ibu, tetapi di lantai 7," kata mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kepada awak media, awal 2016 lalu.

Pernyataan ini kemudian membuat banyak orang terperangah, lalu bergulir menjadi perdebatan panjang soal perlu atau tidaknya menutup tempat yang berizin hotel dan griya pijat ini. Pada masa kampanye, ingar bingar janji menutup Alexis sempat terucap oleh Anies Baswedan.

Saat Anies jadi gubernur DKI Jakarta, janji itu mulai direalisasikan. Anies menggunakan istilah bukan ditutup, tapi lebih tepatnya tidak diperbolehkan lagi Alexis beroperasi. Pemprov DKI Jakarta tak memperpanjang izin surat Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Alasannya, Alexis telah jadi ajang prostitusi, meski pembuktiannya enggan disampaikan gamblang oleh Anies.

Surat penolakan perpanjangan izin dikeluarkan 27 Oktober 2017, yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta, Edy Junaedi.

Baca juga: Soal Alexis: Pengusaha Hiburan Nilai Pemprov DKI Arogan

Pihak Alexis meresponsnya dengan menyelenggarakan konferensi pers pada Selasa (31/10/2017). Mereka mencoba menjawab segala hal terkait pemberhentian izin operasi dan tudingan miring selama ini terhadap Alexis. Untuk membuktikan bahwa tudingan itu tak benar, manajemen mengajak para awak media berkeliling Alexis, termasuk ke lantai 7.

"Ini kan memang yang jadi polemik itu lantai 7. Banyak yang bilang, media dan opini lainnya [bahwa tempat itu sarang prostitusi]. Mari kita buktikan sekarang. Saya mengajak kawan-kawan melihat langsung," kata Legal and Corporate Affair Alexis Group M. Fadjri.

Menapaki Lantai 7 Saat Alexis Tak Lagi Berizin

Pengamanan gedung Alexis secara keseluruhan tetap ketat meski izin operasinya tak lagi diperpanjang. Petugas keamanan bersiaga sejak dari pintu masuk utama di lantai 1 hotel hingga menuju lift. Lift membawa para awak media ke lantai 7. Lantai ini berfungsi sebagai Bathhouse Gentlemen Spa.

Saat keluar dari lift yang menghadap ke utara, sebelah kiri terdapat meja panjang. Pada meja tertulis "cashier". Ada 3 lajur yang bisa digunakan sebagai tempat pendaftaran/pembayaran. Di pojok ruangan, terlihat empat bangku bundar. Di dekat bangku-bangku itu terdapat semacam alat penghitung uang dan mesin EDC yang masih aktif.

Para awak media kemudian digiring menuju tangga di sebelah kanan ruangan. Sekitar 23 anak tangga mengantarkan ke satu ruangan yang cukup besar. Di depannya, ada dua pengumuman yang cukup mencolok, "locker Area is under surveilance" dan "no camera".

Saat masuk, terdapat jejeran loker-loker dengan nomor berwarna cokelat, pada satu loker terdapat sejumlah handuk. Di bagian tengah ruangan itu, terdapat wastafel dengan wadah transparan. Melewati ruang loker, ada dua persimpangan dua arah, sisi kiri menuju ruang besar, awak media tidak boleh masuk karena dianggap area terbatas.

Namun sisi kanan ruangan boleh di akses. Di sana terdapat tiga kamar mandi yang cukup bersih. Di seberang toilet, ada sebuah ruang tunggu kecil. Dalam ruangan tersebut, tertata bangku panjang. Di atas ruangan ini terdapat satu ruangan lain, yang ternyata merupakan ruang spa.

Di dalam ruang spa itu terdapat 9 balai dan 7 kursi panjang. Setiap balai yang dipasangi tirai berwarna cokelat itu dilengkapi dengan kasur dan empat bantal kecil serta dua bantal besar. Di bagian tengah ruangan tersebut, terdapat kolam kecil tapi panjang yang berisi ikan, di sisi kiri ada meja panjang berwarna hitam, dan sejumlah rak dan alat pendingin ruangan di ujung ruangan.

Di tempat yang sama terdapat tiga kolam berendam dengan warna ubin yang berbeda-beda, oranye, biru, dan merah muda. Selain warna, kolam ini beda ukurannya. Kolam warna merah muda jauh lebih besar ketimbang warna biru dan warna oranye.

Baca juga: Tidak Tutup Alexis, Anies: Yang Kita Minta adalah Hentikan Kegiatan

Di lantai ini ada sebuah lorong yang tertutup pintu kaca yang bila dibuka maka ada anak tangga untuk turun. Saat turun satu lantai, ada lorong panjang yang kiri dan kanannya dilengkapi pintu. Ini adalah deretan kamar dengan ukuran tipe 20. Di dalam kamar terdapat kasur besar yang muat untuk dua orang. Di pojok kamar terlihat ada kulkas kecil yang masih berisi minuman.

Di dalam kamar ada pula bath hub besar berwarna putih yang dekat dengan wastafel dan kloset. Ruang wastafel dan tempat tidur hanya dipisahkan dengan tirai berwarna hijau. Namun, tidak semua kamar ada ada fasilitas bath hub.

Salah seorang pekerja hotel menjelaskan soal biaya yang harus dikeluarkan seseorang untuk mendapatkan layanan spa di lantai 7. Biayanya untuk layanan spa Rp150 ribu. Uang tersebut baru untuk tiket masuk, belum termasuk jasa terapis seharga Rp180 ribu per jam.

Baca juga: Alexis Dapat Dikenakan Sanksi karena Beroperasi Ilegal

Pada kunjungan media hari ini di lantai 7, tidak ditemukan aktivitas seperti yang dituding selama ini soal prostitusi. Hotel Alexis memang memiliki beberapa layanan dengan jadwal yang berbeda. Untuk BathHouse Gentlemen Spa misalnya di lantai 7, pada Senin-Sabtu buka pukul 13.00 sampai 3.00 dini hari, sedang untuk hari Minggu dan hari libur beroperasi sejak pukul 12.00 siang hingga 2.00 dini hari.

Dari kunjungan hari ini (31/10) memang sulit membuktikan ada prostitusi di Hotel Alexis, apalagi izin mereka sudah berakhir sejak Jumat pekan lalu (27/10) alias sudah tak beroperasi.

Saat Aktivitas Hotel Alexis Masih Beroperasi

Sebelum kunjungan para awak media pada Selasa (31/10) ke Hotel Alexis, Tirto pernah menyambangi Hotel Alexis pada Jumat (6/10), ketika layanan hotel dan segala fasilitas hiburan masih berjalan normal.

Tirto memasuki banyak tempat, salah satunya adalah bar, terletak di sisi kiri dari pintu lobi di lantai dasar. Petugas akan menempeli kamera pengunjung dengan stiker sebelum diizinkan masuk ke ruangan ini.

Di dalam, para sexy dancer sudah beraksi, meliuk-liuk mengikuti irama musik. Mereka berpakaian serba minim, lalu kemudian mereka benar-benar melepaskan pakaiannya. Bar tempat tarian striptis ini dinamai 4Play. Selain itu, di lantai dua, ada restoran yang terlihat mewah dan tertata rapi dan lebih formal.

Lantai 3 dan 3A hotel Alexis adalah tempat karaoke yang dinamai XiS. Ada meja resepsionis di depan lift. Tidak seperti karaoke di tempat biasa, sebelum memutuskan karaoke, Anda diajak ke lantai 3A terlebih dulu. Di samping meja resepsionis ada ruangan yang tertutup tirai. Di dalamnya ada puluhan perempuan pemandu lagu terbalut pakaian seksi.

Baca juga: Apakah Anies Berani Menutup Alexis?

Seorang pemandu lagu tidak hanya menemani pengunjung bernyanyi, tapi akan menari striptis. Layanan lain adalah seks, dengan biaya tambahan, tentu.

Kami juga ke lantai 7. Ketika itu, salah seorang pemasaran di Bathhouse menjelaskan tugas para terapis adalah menemani, memijat, dan memberi layanan seks kepada tamu selama 90 menit. Harganya variatif, dari yang termurah terapis asal Indonesia dan termahal dari Uzbekistan dan Rusia.

Namun, semua pemandangan itu sudah tak lagi terlihat setelah izin operasional Hotel Alexis tidak diperpanjang.

Baca juga artikel terkait PENUTUPAN ALEXIS atau tulisan lainnya dari Rio Apinino

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino