tirto.id - PT Pertamina (Persero) tengah mengkaji opsi pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk jenis pertalite dan solar melalui aplikasi MyPertamina. Mekanisme ini bertujuan untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi sekaligus agar tepat sasaran.
Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, secara kesiapan infrastruktur Pertamina belum maksimal untuk menuju ke digitalisasi. Bahkan dirinya pesimistis implementasi ini bisa dilakukan pada tahun ini.
“Banyak PR-nya (pekerjaan rumah). Ini yakin bisa diaplikasikam tahun ini? Saya bilang tidak yakin," kata Mamit kepada reporter Tirto, Jumat (10/6/2022).
Mamit mengatakan, paling tidak perlu dipersiapkan oleh pemerintah dan Pertamina sekarang adalah bagaimana menyiapkan infrastruktur dasarnya. Kemudian mekanismenya, mulai dari pendataan hingga proses validasinya ketika implementasi ini berlaku bakal seperti apa.
“Saya kira pemerintah juga harus turun ke bawah dalam hal ini ke desa mengencek warga. Misal si A perekonomian layak atau tidak mendapatkan subsidi," katanya.
Menurutnya, pengecekan di lapangan perlu dilakukan karena kadang-kadang Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang dimiliki Kementerian Sosial suka salah. Sehingga pemerintah daerah melalui kelurahan dan desa ikut serta verifikasi di lapangan.
Lebih jauh, Mamit melihat kendala lain implementasi pembelian BBM bersubsidi melalui aplikasi MyPertamina adalah kurangnya infrastruktur telekomunikasi. Karena, di daerah di dekat Jakarta saja susah mendapatkan sinyal, apalagi daerah jauh dari ibu kota.
“Oleh karena itu pemerintah jika serius ingin lakukan digitalisasi dengan melakukan pembatasan melalui mekanisme digitalisasi ini harus bangun infrastruktur dulu, pastikan dari sinyal, telekomunikasi sudah bagus sampai ke daerah daerah," jelasnya.
Jika infrastruktur di atas sudah cukup memadai, maka BBM bersubsidi ini otomatis akan dinikmati oleh masyarakat-masyarakat berada di pelosok daerah. Terlebih, kata dia, masih banyak masyarakat di daerah terpencil berhak mendapatkan subsidi ini.
"Di pelosok sana justru masyarakat berhak mendapatkan ini berada di wilayah cukup jauh," ujarnya.
Selain telekomunikasi, Mamit melihat kendala lain terkait dengan edukasi. Ia mengatakan rata-rata penerima kompensasi atau subsidi ini adalah masyarakat yang mayoritas orang tua. Sehingga kemungkinan besar mereka tidak mengerti teknoligi sangat besar.
"Banyak oang tua bisa saya katakan gaptek. Bahkan tidak punya handphone. Itu jadi kendala. Mudah-mudahan saja, mungkun orang tua gaptek, tapi anaknya seharusnya bisa membantunya," jelasnya.
Pertamina sebelumnya menegaskan bahwa opsi pembelian BBM melalui aplikasi MyPertamina belum diputuskan. Saat ini perseroan masih mempersiapkan infrastruktur terlebih dahulu.
"Ini belum diputuskan, kita sedang mempersiapkan infrastrukturnya juga," Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada reporter Tirto, Kamis (8/6/2022).
Irto menekankan yang utama saat ini adalah penentuan kriteria penerima BBM bersubsidi yang nanti akan dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM.
"Saat ini masih dalam tahap finalisasi oleh pemerintah," ujarnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz