tirto.id - Aktris Nikita Willy viral usai melahirkan anak keduanya dengan metode water birth. Anak kedua itu lahir Rumah Sakit (RS) Cedar Sinai, Los Angeles, California, AS atau RS yang sama ketika Nikita Willy melahirkan anak pertamanya, Issa Xander Djokosoetono.
Nikita Willy turut membagikan momen bahagia tersebut melalui Instagram miliknya @nikitawillyofficial94. Anak kedua Nikita Willy yang dinamai Nael Idrissa Djokosoetono, lahir pada Minggu, 15 Desember 2024 waktu setempat.
"15 Desember 2024, Nael Idrissa Djokosoetono telah bergabung dengan kami di bumi, dipeluk dalam kehangatan rumah dan dikelilingi oleh orang-orang yang paling mencintai kami," tulis Nikita Willy dalam unggahan di IG, Selasa (17/12).
Kelahiran Nael Idrissa menyita perhatian, terlebih karena Nikita Willy memutuskan melakukan persalinan dengan metode water birth. Sebelum ini, Nikita melahirkan Issa Xander pada 7 April 2022 dengan persalinan normal. Lantas apa bedanya water birth dengan metode persalinan lainnya?
Apa Itu Metode Water Birth di Kelahiran Anak ke-2 Nikita Willy?
Melansir The Mother and Baby Center, water birth pada dasarnya merupakan metode persalinan atau melahirkan di bak yang berisi air hangat. Metode tersebut mulai dilirik para ibu, lantaran diasumsikan bahwa air merupakan tempat yang tenang dan rileks.
Salah satu yang alasan kenapa water birth merupakan proses melahirkan yang rileks, ialah karena air hangat pada dasarnya dapat menenangkan. Hal itu dapat membantu tubuh memproduksi lebih banyak hormon penghambat rasa sakit dan lebih sedikit hormon pemicu stres.
Manfaat lain dari melahirkan di air ialah kemudahan bergerak. Beberapa ibu yang menggunakan metode ini, merasa terbantu hingga mereka merasa lebih ringan, menemukan posisi yang lebih nyaman, dan bergerak lebih bebas selama persalinan.
Sirkulasi darah lebih baik juga bisa didapatkan dari water birth. Hal itu dapat membantu ibu mengalami kontraksi yang lebih efisien dan menyalurkan lebih banyak oksigen ke bayi. Terakhir, juga mengurangi risiko robek karena tubuh lebih rileks.
Namun ada beberapa risiko yang dipertimbangkan sebelum melakukan proses melahirkan atau persalinan dengan water birth. Salah satu risikonya ialah infeksi lantaran darah dan cairan lain dari proses persalinan, akan berada dalam air.
Kemudian pilihan dalam pengelolaan nyeri lebih terbatas. Sebab epidural dan obat pereda nyeri tertentu lainnya tidak tersedia selama melahirkan di air. Pun dengan intervensi medis yang mungkin memerlukan waktu lebih lama.
Selanjutnya ialah risiko kepanasan atau dehidrasi, yang bisa terjadi jika air terlalu panas. Kepanasan dapat menjadi risiko bagi ibu dan bayi. Maka dalam water birth, suhu air harus dipantau dan ibu disarankan minum cairan sesuai kemampuan.
Kemudian bayi kemungkinan akan bernafas terlalu cepat. Risiko lainnya ialah tali pusar bisa putus sebelum bayi keluar dari air. Meski tali pusar putus sebelum bayi keluar di air langka, tetapi akan jadi peristiwa serius jika sampai terjadi.
Untuk menghindari risiko tersebut, ibu perlu mempertimbangkan sejumlah persyaratan untuk melahirkan di air atau water birth. Berikut ini beberapa persyaratan water birth seperti dikutip dari The Mother and Baby Center:
- Kehamilan cukup bulan, risiko rendah: Persalinan terjadi setelah 37 minggu, dan ibu serta bayi sehat selama kehamilan.
- Bebas dari infeksi dan kondisi medis lainnya: Ibu dengan diabetes gestasional, preeklamsia, hambatan pertumbuhan intrauterin, dan prematuritas sebaiknya tidak melahirkan di air.
- Hamil dengan satu bayi (bukan kembar, kembar tiga, dll.): Melahirkan bayi kembar terkadang memerlukan bantuan atau intervensi ekstra dari penyedia layanan kesehatan, yang bisa menjadi rumit jika berada di bak air.
- Tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta, yang dapat membahayakan bayi dan memerlukan pemantauan yang cermat.
- Tidak memiliki riwayat kelainan perdarahan – Masalah pendarahan serius selama kehamilan kemungkinan memerlukan perencanaan persalinan yang saksama.
- Tidak ada komplikasi selama kehamilan atau persalinan: Termasuk persalinan spontan (bukan persalinan yang diinduksi) setelah 37 minggu dan ibu serta bayi sehat selama kehamilan.
- Harus memenuhi kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum kehamilan.
Tren Water Birth: Proses Melahirkan di Air
Peneliti mulai mencari fakta terkait risiko dan manfaat water birth, mengingat tak jarang metode melahirkan/bersalin tersebut justru lebih dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko tambahan pada bayi.
Salah satu penelitian terbaru dikeluarkan para peneliti dari Cardiff University pada Juni 2024 lalu. Mereka menghimpun data 87.040 ibu yang menggunakan kolam saat bersalin antara dalam rentang 2015 dan 2022, di 26 organisasi Layanan Kesehatan Nasional (NHS) di Inggris dan Wales.
“Di Inggris, sekitar 60.000 wanita/tahun menggunakan kolam atau bak bersalin untuk menghilangkan rasa sakit saat melahirkan, tetapi beberapa bidan dan dokter khawatir bahwa melahirkan di air dapat menimbulkan risiko tambahan,” kata Profesor Kebidanan Klinis di Cardiff University, Julia Sanders.
“Ada laporan bahwa bayi dapat menjadi sakit parah, atau bahkan meninggal, setelah melahirkan di air, dan bahwa ibu lebih mungkin mengalami robekan parah atau kehilangan banyak darah. Oleh karena itu, diperlukan studi penelitian besar untuk melihat keamanan melahirkan di air di Inggris,” tambah dia.
Setelah diteliti, ditemukan bahwa robekan parah terjadi pada 1 dari 20 ibu yang baru pertama kali melahirkan, dan 1 dari 100 ibu yang memiliki anak kedua, ketiga, atau keempat. Berikutnya sekitar 3 dari 100 bayi memerlukan antibiotik atau bantuan pernapasan di unit neonatal setelah lahir, dan kematian bayi jarang terjadi.
“Namun, tingkat komplikasi ini dan komplikasi lainnya sebanding untuk kelahiran di dalam dan di luar air,” tulis rilis Cardiff University.
“Data mereka menunjukkan bahwa tingkat operasi caesar rendah, di bawah 6% untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan dan di bawah 1% untuk ibu yang baru melahirkan anak kedua, ketiga, atau keempat,” tambah laporan tersebut.
Penelitian itu menyimpulkan dan meyakinkan bahwa persalinan di air tidak sepenuhnya terkait dengan risiko bagi ibu dan bayi di Inggris dan Wales.
“Banyak dokter anak dan neonatologi khawatir bahwa kelahiran di air dapat menimbulkan risiko tambahan bagi bayi, tetapi penelitian tersebut menemukan bukti yang meyakinkan bahwa hal ini tidak berlaku bagi wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi,” papar Konsultan Neonatologi di Chelsea and Westminster NHS Foundation Trust di London, Profesor Chris Gale.
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Dipna Videlia Putsanra