tirto.id - Seorang anak laki-laki kelas 6 SD berinisial ARD usia 13 tahun di Kota Cirebon diduga mengalami depresi karena HP miliknya dijual sang Ibu. Kisah ini menjadi sorotan publik dan viral di sosial media. Lalu, bagaimana kronologinya?
Kondisi ARD diketahui publik, ketika video dia mengamuk ditenangkan oleh para gurunya yang berkunjung ke rumahnya beredar di sosial media.
Terlihat ARD mengamuk sembari ditenangkan oleh para guru dan orang tuanya. Anak itu menangis, berteriak, menendang orang-orang di sekitarnya, hingga menyakiti dirinya sendiri.
ARD diduga mulai menunjukkan gejala depresi usai handphone atau HP yang dibelinya dari hasil menabung dijual oleh Ibunya, karena terdesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Depresi membuat aktivitas ARD terganggu, dia sudah beberapa bulan tidak masuk sekolah. Meski demikian, dirinya tidak putus sekolah, karena masih terdaftar sebagai pelajar di tempatnya bersekolah.
“Ananda tidak dikeluarkan, masih aktif juga sebagai pelajar, penerima KIP juga. Hanya saja, saat ini, anak dalam situasi khusus, saya yakin anak ARD akan sembuh lagi,” ujar Kepala Bidang pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih, Senin (13/5/2024) kepada Kompas.
Ade mengatakan, ARD merupakan anak yang baik dengan kecerdasan yang juga baik. Namun masalah muncul ketika ibunya menjual HP itu, tetapi kata dia keputusan Ibunya tidak bisa disalahkan juga, karena memang sedang terkendala masalah ekonomi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Siti Maria, mengatakan pihaknya yakin ARD bisa kembali normal dengan syarat berobat secara rutin. Kasus ARD katanya adalah kasus khusus yang perlu mendapatkan penanganan serius.
Siti Maria menyampaikan, pihaknya akan membantu mengawal kepulihan ARD dengan berkoordinasi bersama tenaga kesehatan dalam pendampingan medis.
Kronologi Anak di Cirebon Depresi karena HP Dijual Ibu
Ibu dari ARD yaitu Siti Anita berusia 48 tahun mengungkapkan, anaknya mulai menunjukkan gejala depresi usai dirinya menjual HP milik ARD. Siti mengatakan, dirinya terpaksa menjual HP tersebut, sebab terdesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dia juga menjelaskan, ekonomi mereka dalam keadaan genting karena suaminya yang bekerja di luar kota, selama 8 bulan tidak mengirim uang. Siti lantas, menjual HP anaknya itu pada September 2023 lalu.
“Awalnya sih setelah HP punya anak itu saya jual buat kebutuhan sehari-hari. Waktu itu kan suami enggak ngirim uang 8 bulan waktu kerja di luar kota,” ujar Siti, Senin (13/5/2024) dikutip detik.com.
Setelah HP dijual, ARD kata Siti mulai memperlihatkan gejala depresi, emosinya tidak terkontrol, sering mengamuk, dan melempar barang. Melihat kondisi anaknya yang seperti itu, Siti memutuskan untuk meruqyah ARD. Namun, ruqyah ternyata tidak menunjukkan hasil positif.
Siti kemudian membawa ARD berobat secara medis, dan dinyatakan mengalami depresi. Tetapi, pengobatan medis dihadapkan lagi dengan masalah ekonomi.
Dia mengatakan, karena kondisi ekonominya yang kurang mampu, meskipun biaya berobat ditanggung BPJS, dirinya terhalang akomodasi untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat. Pasalnya kata Siti, anaknya yang kerap mengamuk membutuhkan bantuan orang lain jika ingin mengantarnya berobat.
Selama mengalami depresi, anaknya itu sempat hilang dan ditemui di Kuningan setelah informasi kehilangan dibagikan di sosial media Facebook. Siti berharap anaknya kembali normal dan bisa kembali melanjutkan pendidikannya.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra