tirto.id - Pemerintah Indonesia telah menjalankan program vaksinasi lanjutan COVID-19 dosis ke-3 atau booster untuk seluruh masyarakat.
Salah satu tujuan vaksinasi booster ini adalah untuk meningkatkan antibodi terhadap virus Corona dan varian-varian baru yang terus bermunculan.
Vaksin booster COVID-19 merupakan dosis tambahan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki perlindungan yang cukup setelah vaksinasi, namun kemudian menurun setelah jangka waktu tertentu.
Vaksin booster ini dirancang untuk mempertahankan tingkat kekebalan yang lebih lama.
Vaksin booster dinilai dapat meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus COVID-19 yang terus berkembang dan bermutasi.
Selain itu, menurut Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), vaksin booster dapat menjadi usaha untuk mengatasi berkurangnya efektifitas vaksin seiring berjalannya waktu.
Dosis booster ini berbeda dengan dosis tambahan. Dosis tambahan diberikan kepada seseorang yang mengalami gangguan kekebalan tubuh yang sedang hingga berat dan tidak dapat membangun kekebalan yang cukup ketika mendapatkan vaksinasi pertama kali.
CDC juga merekomendasikan kepada orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh dari tingkat sedang hingga parah untuk menerima dosis tambahan (ketiga) dari vaksin mRNA COVID-19.
Mengutip kembali dari CDC berikut ketentuan bagi penerima vaksin booster COVID-19:
1. Dosis booster dapat diberikan mulai dari usia 18 tahun atau lebih, yang sebelumnya telah menerima vaksin Johnson & Johnson setidaknya dua bulan yang lalu.
2. Dosis booster dapat diberikan mulai dari usia 18 tahun atau lebih, yang sebelumnya telah menerima dua dosis vaksin Moderna setidaknya lima bulan yang lalu.
3. Dosis booster dapat diberikan mulai dari usia 12 tahun atau lebih, yang sebelumnya telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech setidaknya lima bulan yang lalu.
Efek Samping Vaksin Booster COVID-19
Setelah mendapatkan vaksin booster COVID-19, beberapa orang mungkin akan mengalami efek samping.
Efek samping ini akan mempengaruhi aktifitas sehari-hari, namun akan hilang dalam beberapa hari. Beberapa orang tidak mengalami efek samping dan reaksi alergi jarang terjadi.
Mengutip dari laman Johns Hopkin Medicine, berikut merupakan efek samping yang akan timbul setelah disuntik dosis booster:
1. Nyeri, kemerahan, dan bengkak pada lengan yang disuntik
2. Demam, badan terasa panas dingin.
3. Mual
4. Nyeri di seluruh tubuh
5. Sakit kepala
6. Mengalami kelelahan pada satu hingga dua hari
7. Pembengkakan kelenjar getah bening
Beberapa efek samping di atas bukan berarti menunjukkan tubuh sedang sakit. Tetapi, tubuh sedang memberikan sinyal bahwa sistem kekebalan pada tubuh merespons suntikan dosis booster dan mulai membangun kekebalan tubuh terhadap Virus COVID-19.
Jangan hanya mengandalkan vaksin untuk melindungi tubuh dari ancaman Virus COVID-19. Seharusnya disertai dengan menerapkan protokol kesehatan 6M, yaitu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir selama 30 detik.
Selain itu, menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak dua meter, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan, dan menjaga pola makan yang sehat serta istirahat yang cukup.
Alasan Mengapa Vaksin Booster COVID-19 Diperlukan
Epidemiolog Kamaluddin Latief menjelaskan bahwa vaksin booster adalah dosis vaksin virus corona (COVID-19) untuk membantu dan memperkuat perlindungan yang dimiliki setelah mendapatkan 2 dosis pertama.
Dosis booster ini berperan penting karena antibodi atau imunitas yang dibentuk oleh vaksin dapat turun atau berkurang seiring berjalannya waktu.
"Merujuk kepada data sementara dan adanya varian Delta dan (B.1.617.2) Omicron (B.1.1.529) menegaskan pentingnya vaksinasi dan booster," ujar Kamal seperti dilansir dari laman Kominfo.
Ia menjelaskan bahwa data menunjukkan peningkatan transmisibilitas varian Omicron dan efektivitas vaksin terhadap COVID-19 mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari vaksin yang menurun seiring berjalannya waktu, serta tingkat infeksi yang lebih besar dari berbagai varian tersebut, maka booster membantu memberi perlindungan jangka panjang dan juga agar tidak sakit parah akibat COVID-19.
Kamal menjelaskan, kemunculan berbagai varian belakangan ini menegaskan pentingnya vaksinasi, booster, dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dari COVID-19.
Efektivitas yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi penurunan perlindungan seiring berjalannya waktu sejak divaksinasi, serta infeksi yang lebih besar dari varian Delta.
Vaksin COVID-19 bekerja dengan baik untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian, bahkan terhadap varian Delta yang beredar luas.
"Namun, para ahli kesehatan masyarakat mulai melihat perlindungan yang berkurang, terutama di antara populasi tertentu, terhadap penyakit ringan dan sedang," ujarnya.
Kamal menjelaskan, belum banyak data tentang semua vaksin COVID-19 untuk mengetahui apakah semua vaksin dapat dikombinasikan untuk dosis kedua dan booster.
Dia mengakui, masih memerlukan lebih banyak riset di masa depan untuk menjawab hal tersebut. Namun, apabila dosis kedua AstraZeneca tidak tersedia, WHO telah menyatakan bahwa dosis kedua Pfizer atau Moderna dapat digunakan.
Editor: Yunita Dewi