tirto.id - Grafik perkembangan kasus Corona di dunia masih terus mengalami kenaikan, baik kasus positif, kasus kematian, kasus kesembuhan, hingga kasus aktif.
Update COVID-19 secara global berdasarkan data Worldometers hingga Kamis, 31 Maret 2022, pukul 10.36 menunjukkan total kasus positif telah mencapai 487.092.477.
Dari jumlah itu, yang dinyatakan meninggal dunia sampai saat ini adalah 6.162.358 orang, dan yang berhasil sembuh dari Coronavirus sebanyak 422.085.072 pasien, serta kasus aktif yang tersisa 58.845.047.
Peringkat pertama negara dengan kasus Corona tertinggi masih ditempati oleh Amerika Serikat (AS) yang mengonfirmasi 81.740.722 kasus positif.
Negeri Paman Sam mencatat, sampai saat ini setidaknya sudah 1.006.445 orang dinyatakan meninggal dunia akibat COVID-19, sementara kasus kesembuhan 65.073.099 pasien, dan kasus aktifnya 15.661.178.
Kemudian diikuti oleh India yang berada di posisi kedua dengan 43.024.302 kasus positif, 521.159 kematian, 42.487.410 kesembuhan, dan 15.733 kasus aktif.
Brasil menempati posisi ketiga dengan catatan 29.916.334 kasus positif, 659.570 kematian, 28.679.560 kesembuhan, dan 577.204 kasus aktif.
Selanjutnya posisi keempat Prancis dengan 25.445.532 kasus positif, 142.134 kasus kematian, 23.166.746 kasus sembuh, dan 2.136.652 kasus aktif.
Serta Inggris menempati urutan kelima di dunia dengan 21.073.009 kasus positif, 165.187 kematian, 18.995.883 kasus sembuh, dan 1.911.939 kasus aktif.
Pada posisi keenam hingga kesepuluh berturut-turut adalah Jerman 20.970.297 kasus positif, Rusia 17.823.648 kasus positif, Turki 14.846.224 kasus positif, Italia 14.567.990 kasus positif, dan Korea Selatan 13.095.631 kasus positif.
Update COVID-19 & Omicron Indonesia
Indonesia hingga saat ini berada di urutan ke-18 dunia dengan total 6.009.486 kasus positif, setelah ada tambahan 3.840 kasus baru.
Laporan Satgas COVID-19 hingga Rabu kemarin, 30 Maret 2022 menyebutkan, angka kematian saat ini berjumlah 155.000 kasus, setelah ada penambahan 118 orang meninggal dunia.
Pada kasus sembuh saat ini telah mencapai 5.742.931 pasien, setelah bertambah 7.876 kasus kesembuhan baru, serta tersisa 111.555 kasus aktif dari seluruh wilayah di Tanah Air.
Untuk kasus varian Omicron sendiri, GISAID mencatat, jumlahnya 9.420 kasus pada laporan per 29 Maret 2022.
Update Omicron Dunia
Varian Omicron Sumbang 86% Kasus di Dunia
Dikutip dari Aljazeera, sub-varian virus corona Omicron menyumbang hampir 86 persen dari semua kasus berurutan di dunia, menurut WHO.
Pertama kali terdeteksi pada hari-hari awal Januari, sub-varian bahkan lebih menular daripada saudara kandung Omicron yang sangat menular, yakni BA.1 dan BA.1.1.
Inilah yang menyebabkan varian Omicron (BA.2), sering disebut sebagai “varian siluman”, karena BA.2 sedikit lebih sulit untuk dilacak.
Gen yang hilang di BA.1 memungkinkannya dilacak secara default melalui tes PCR umum.
BA.2 dan saudara kandung lainnya, BA.3 juga meningkat dalam prevalensi tetapi saat ini pada tingkat yang rendah, hanya dapat ditemukan dengan pengurutan genom.
Meskipun BA.2 lebih menular daripada sub-varian Omicron lainnya, menurut penelitian, sejauh ini bukti menunjukkan bahwa itu tidak lebih mungkin menyebabkan penyakit parah.
Kekhawatiran utama tentang BA.2 adalah apakah hal itu dapat menginfeksi kembali orang yang sudah memiliki BA.1, terutama karena sejumlah negara tampaknya mengalami “puncak ganda” dalam tingkat infeksi yang sangat berdekatan.
Tetapi data dari Inggris dan Denmark menunjukkan bahwa meskipun Omicron dapat menginfeksi ulang orang yang memiliki varian lain, seperti Delta, sejauh ini hanya sedikit infeksi ulang BA.2 pada orang yang memiliki BA.1 yang telah ditemukan di antara puluhan ribu kasus.
Para ilmuwan mengatakan penjelasan yang mungkin untuk kenaikan BA.2 baru-baru ini adalah karena banyak negara telah mencabut intervensi kesehatan masyarakat.
“Dalam beberapa hal, bisa jadi BA.2 adalah varian yang beredar ketika semua orang ini berhenti memakai masker,” kata Dr Andrew Pekosz, ahli virologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.
Eric Topol, direktur Institut Terjemahan Penelitian Scripps, mengatakan "sedikit terlalu dini" untuk menyebut apakah AS juga akan melihat gelombang BA.2 yang signifikan.
Tetapi apa pun alasan peningkatan BA.2, para ilmuwan mengatakan itu adalah pengingat bahwa virus terus menyebabkan kerusakan, terutama di antara populasi yang tidak divaksinasi, kurang divaksinasi, dan rentan.
“Ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dan akan terus berlanjut,” kata Mark Woolhouse, ahli epidemiologi di University of Edinburgh.
Editor: Iswara N Raditya