Menuju konten utama

Ciri-Ciri Corona Tanpa Gejala dan Bagaimana Cara Mendeteksinya?

Ciri-ciri corona tanpa gejala dan bagaimana cara mengetahui telah terinfeksi COVID-19?

Ciri-Ciri Corona Tanpa Gejala dan Bagaimana Cara Mendeteksinya?
Ilustrasi Virus Corona. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Salah satu hal yang kerap dipikirkan di masa pandemi ini adalah, bagaimana ciri-ciri corona tanpa gejala? Virus corona dapat menyerang siapa saja dan bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Istilah yang umumnya digunakan untuk mengklasifikasikan penyakit COVID-19 adalah:

  1. Asimtomatik (tanpa gejala)
  2. Ringan
  3. Moderat
  4. Berat
  5. Kritis
Dikutip dari Patient, kebanyakan orang yang masih muda dan sehat cenderung berada dalam kelompok satu atau dua (tanpa gejala atau ringan).

Namun, beberapa orang muda yang sehat menjadi sangat tidak sehat dan beberapa meninggal. Dalam persentase, ini tampaknya sangat rendah, tetapi peluangnya tidak nol.

Namun seseorang memiliki peluang lebih besar untuk masuk ke dalam daftar penderita dengan infeksi sedang, parah dan kritis jika:

  • Berusia di atas 60 (dan lebih tinggi lagi jika berusia di atas 70) - risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terlepas dari seberapa sehat Anda.
  • Memiliki kondisi medis atau penyakit penyerta lainnya
Bahkan pada kelompok di atas 80-an, secara signifikan lebih banyak orang akan menderita penyakit ringan atau sedang daripada penyakit parah.

Ciri-Ciri Corona Tanpa Gejala

Hasil laporan situs resmi Pemerintah Inggris menunjukkan, 1 dari 3 orang dengan COVID-19 tidak memiliki gejala, di mana ini lebih sering terjadi pada kelompok usia yang paling sehat dan lebih muda, termasuk kebanyakan anak-anak.

Pengujian antibodi akan membantu kita memahami berapa banyak orang yang menderita virus corona tanpa sadar, dengan atau tanpa gejala.

Menjadi asimtomatik berarti orang tersebut tidak memiliki gejala. Jika tinggal di rumah dengan orang yang terinfeksi COVID-19 dan tidak memiliki gejala, Anda mungkin termasuk dalam kasus asimtomatik.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa proporsi orang yang tetap asimtomatik lebih rendah dari perkiraan pertama, sekitar 1 dari 5 orang.

Dan sementara orang dengan infeksi tanpa gejala lebih kecil kemungkinannya dibandingkan orang dengan gejala untuk menyebarkan penyakit, risikonya sama sekali tidak ada.

Inilah sebabnya mengapa mengisolasi diri selama periode 10 hari penuh dari kontak terakhir Anda dengan seseorang yang diketahui terinfeksi sangat penting.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan, jika penderita adalah seseorang yang terinfeksi COVID-19 tanpa gejala, maka Anda bisa berada di sekitar orang lain setelah:

  1. 10 hari sejak mengetahui terinfeksi Corona atau gejala pertama kali muncul,
  2. 24 jam tanpa demam tanpa menggunakan obat penurun demam, dan-
  3. Gejala COVID-19 lainnya membaik
Kehilangan rasa dan bau dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah pemulihan dan tidak perlu menunda akhir isolasi.

Kebanyakan orang tidak memerlukan pengujian untuk memutuskan kapan mereka bisa berada di sekitar orang lain.

Namun, jika petugas kesehatan merekomendasikan pengujian, mereka akan memberi tahu kapan Anda dapat kembali berada di sekitar orang lain berdasarkan hasil tes yang dilakukan.

Perhatikan, rekomendasi ini tidak berlaku untuk orang dengan COVID-19 parah atau dengan sistem kekebalan yang sangat lemah (immunocompromised).

Jika terus tidak menunjukkan gejala, Anda dapat bersama orang lain setelah 10 hari berlalu sejak mengetahui tes virus positif untuk COVID-19.

Ciri-Ciri COVID-19 ringan

Virus memengaruhi terutama saluran pernapasan bagian atas, khususnya saluran udara yang besar. Gejala utamanya adalah suhu, batuk baru yang terus-menerus, dan hilangnya indra penciuman atau pengecap.

Penderita penyakit ringan mengalami gejala mirip flu. Ini mungkin termasuk batuk kering dan demam ringan, tetapi demam mungkin tidak mencapai 37,8° C, dan terkadang mungkin ada sedikit atau bahkan tidak ada batuk.

Pasien mungkin merasa sedikit lebih sesak daripada biasanya saat berolahraga, tetapi mereka tidak kehabisan napas saat melakukan aktivitas rumah tangga normal.

Gejala COVID-19 Ringan termasuk:

  • Mengalami demam, tetapi tidak mencapai suhu 37,8° C.
  • Kemungkinan kehilangan indra penciuman atau pengecap.
  • Mungkin merasa lelah, nyeri otot atau sakit kepala.
  • Kemungkinan besar Anda tidak akan mengalami sakit tenggorokan atau pilek, tetapi bisa terjadi dalam beberapa kasus.
  • Tidak mengalami sesak napas.
  • Perawatan diri seperti memasak, makan dan minum tidak terpengaruh. Nafsu makan normal atau cukup normal.
  • Anda mungkin merasa sedih atau menangis.
  • Gejala biasanya tampak berlangsung sekitar 7-10 hari.
  • Kebanyakan orang yang biasanya sehat di bawah 60 tahun yang memiliki gejala akan mengalami bentuk ini.
Sebagian besar (81%) kasus COVID-19 adalah bergejala ringan. Namun, pasien dengan penyakit ringan dapat memburuk, terkadang dengan cepat, dan ini lebih mungkin terjadi pada kelompok berisiko.

Saran Bagi Siapa Saja yang Pernah Berada di Sekitar Orang dengan COVID-19

Siapa pun yang pernah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terjangkit COVID-19, maka harus tinggal di rumah selama 14 hari setelah terakhir kali terpapar dengan orang tersebut.

Cara terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang lain, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), adalah dengan tinggal di rumah selama 14 hari jika Anda merasa telah terpapar seseorang yang mengidap COVID-19.

Periksa situs web departemen kesehatan setempat untuk informasi tentang opsi-opsi di daerah Anda yang mungkin mempersingkat masa karantina ini.

Namun, siapa pun yang pernah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terjangkit COVID-19 dan yang memenuhi kriteria di bawah ini, maka TIDAK perlu tinggal di rumah, yaitu:

  1. Memiliki penyakit COVID-19 dalam 3 bulan sebelumnya,
  2. Telah pulih dan
  3. Tetap tanpa gejala COVID-19 (misalnya, batuk, sesak napas)

Cara Cegah Penularan Virus Corona COVID-19 dari OTG

Sebagian besar pasien COVID-19 mungkin tidak pernah menunjukkan gejala virus corona sama sekali dan ini menjadi faktor kunci yang membuat penyebaran virus Corona semakin meningkat.

Sebanyak 25% orang yang terinfeksi virus corona baru tetap asimtomatik, kata Dr. Robert Redfield, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sebagaimana diwartakan Live Science.

"Itu penting, karena sekarang Anda memiliki individu yang mungkin tidak memiliki gejala apa pun yang dapat menyebabkan penularan," kata Redfield.

Terlebih lagi, bahkan jika orang sakit, mereka dapat menularkan virus hingga 48 jam sebelum mereka menunjukkan gejala, tambah Redfield.

"Ini membantu menjelaskan seberapa cepat virus ini terus menyebar ke seluruh negeri, karena kami memiliki penularan tanpa gejala dan kami memiliki individu yang menularkan 48 jam sebelum menjadi bergejala," jelas Redfield.

Studi terbaru dari negara lain juga menunjukkan bahwa penularan COVID-19 tanpa gejala kemungkinan besar terjadi.

Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 1 April 2020 di jurnal CDC Morbidity and Mortality Weekly Report menemukan bahwa lebih dari 150 kasus COVID-19 yang tidak terkait perjalanan di Singapura, 6,4% tampaknya melibatkan penularan tanpa gejala.

Dalam studi lain, yang diterbitkan 19 Maret lalu di jurnal Emerging Infectious Diseases, para ilmuwan meninjau data tentang COVID-19 di China di luar provinsi Hubei, dan menemukan bahwa 12,6% kasus tampaknya melibatkan penularan tanpa gejala.

Mengingat data tentang penyebaran tanpa gejala ini, Redfield menyatakan bahwa CDC "secara agresif" meninjau rekomendasinya tentang penggunaan masker wajah dan apakah orang harus memakainya jika mereka tidak memiliki gejala.

Saat ini, badan tersebut merekomendasikan masker wajah hanya untuk penyedia layanan kesehatan dan orang yang sakit dengan COVID-19.

Meski demikian, ada kekhawatiran bahwa rekomendasi tersebut dapat mengurangi pasokan masker bagi petugas kesehatan yang sangat membutuhkannya.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), protokol kesehatan mutlak harus dilakukan untuk melindungi diri dan kelompok rentan. Hanya saja masih banyak orang yang belum disiplin melaksakan protokol kesehatan yang ada.

COVID-19 sendiri bisa menyebar secara cepat melalui percikan droplet baik saat bersin maupun batuk.

Memakai masker adalah salah satu cara efektif untuk menahan droplet tersebut menyebar, terlebih masih ada Orang Tanpa Gejala (OTG) di sekitar masyarakat yang belum melakukan isolasi dengan baik.

Namun tingkat risiko penularan COVID-19 akan semakin menurun apabila seseorang memakai masker. Berikut 4 tingkatan risiko penularannya:

Pertama, apabila seseorang yang membawa virus (OTG) tidak menggunakan masker dan melakukan kontak dekat dengan orang rentan maka kemungkinan penularan mencapai 100%.

Kedua, orang yang sakit pakai masker, sementara kelompok rentan tidak memakai masker maka potensi penularan mencapai 70%,

Ketiga, orang sakit pakai masker, sementara orang sehat tidak pakai masker maka tingkat penularannya hanya 5%.

Keempat, jika keduanya pakai masker, maka potensi penularan hanya 1,5%.

Oleh karena itu, menggunakan masker adalah cara yang paling tepat menekan penularan virus Corona, khususnya dari para OTG, apalagi jika masker digunakan secara benar, yakni yang menutup hidung dan mulut dengan baik.

Selain itu, protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan baru menuju tatanan masyarakat produktif namun tetap aman dari COVID-19.

Kedisiplinan, kesadaran dan peran aktif dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan agar kenaikan kasus tidak semakin tinggi.

Pemerintah bersama Satgas COVID-19 terus gencar mengampanyekan #ingatpesanibu untuk mencegah penyebaran virus Corona dengan penerapan perilaku disiplin 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.

Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan untuk menekan penyebaran virus COVID-19 dapat ditambahkan dengan penerapan 3T, yaitu testing secara berkala, tracing (telusuri dan lacak kontak fisik), serta treatment (terapkan perawatan dan isolasi mandiri dalam ruangan).

Baca juga artikel terkait CIRI-CIRI CORONA TANPA GEJALA atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani