tirto.id - Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara gejala Covid-19 antara anak-anak dengan orang dewasa.
Studi yang dipublikasikan pada Juni 2020 ini melibatkan 34 pasien dari 4 rumah sakit di Tiongkok, berusia 1 bulan hingga 12 tahun.
Studi tersebut menyebutkan bahwa pasien Covid-19 anak-anak mengalami gejala demam, muntah, dan diare yang lebih tinggi dibanding pasien dewasa.
Masih dalam studi yang sama, pasien anak-anak juga mengalami gejala batuk seperti orang dewasa. Bedanya, kondisi batuk cenderung tidak separah orang dewasa. Dari 34 pasien, 18 persen di antaranya mengalami batuk ringan dan sisanya batuk sedang.
Gejala-gejala tersebut rata-rata sembuh dalam tiga hingga empat hari setelah perawatan.
Sementara itu, kasus di New York tidak jauh berbeda. Dilansir dari The Atlantic, puluhan pasien anak-anak Covid-19 di New York tidak mengalami gangguan pernapasan yang parah seperti orang dewasa.
Pasien anak-anak justru mengalami gejala parah pada demam, radang, ruam kaki dan tangan, diare, muntah, dan tekanan darah rendah.
Ada pula kasus di mana anak-anak mengalami reaksi tertunda terhadap virus corona. Kondisi ini kemudian dikenal dengan nama pediatric multi-system inflammatory syndrome (PMIS) atau sindrom inflamasi multi-sistem pediatrik.
Di New York sendiri kasus ini telah dikonfimasi oleh Departemen Kesehatan Kota New York. Dari 82 kasus yang terjadi pada 2020, sebagian besar telah pulih atau sedang masa pemulihan, sementara satu anak meninggal dunia.
Beda gejala dengan orang dewasa
Disisi lain, orang dewasa yang terinfeksi Covid-19 bisa memunculkan gejala yang lebih kompleks. Menurut CDC, gejala-gejala Covid-19 pada orang dewasa pada umumnya demam, batuk, sesak nafas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, mual dan muntah, hingga diare.
Dalam tingkat keparahan tertentu, orang dewasa lebih mungkin mengalami pneumonia dan sindrom pernapasan akut yang bisa berakibat fatal.
Sebagai catatan, tidak semua orang dewasa yang terjangkit Covid-19 mengalami gejala. Dilansir dari Bussiness Insider, setidaknya terdapat 40 persen orang tanpa gejala dari keseluruhan kasus infeksi Covid-19.
Mengapa gejalanya berbeda-beda?
Gejala-gejala yang terjadi pada anak-anak telah terkonfirmasi disebabkan oleh virus yang sama, SARS-Cov-2. Namun, yang menjadi pertanyaan, mengapa gejalanya bisa berbeda?
Sejauh ini belum ada ahli yang benar-benar yakin akan hal ini, mengingat masih belum banyak penelitian yang berkaitan soal itu. Namun, dikutip dari The Atlantic, sebagian ahli mengklaim ini ada kaitannya dengan sistem kekebalan yang berbeda antara anak-anak dan orang dewasa.
Orang yang lebih berumur mempunyai tingkat imunitas lebih tinggi dibanding anak-anak. Kekebalan tubuh bisa menjadi lebih lemah atau lebih kuat dengan cara yang berbeda.
Ini berarti, ada kemungkinan sistem kekebalan tubuh orang dewasa tidak terbiasa menerima ancaman baru. Apalagi secara umum, penyakit yang membuat orang dewasa sakit dari tahun ke tahun adalah virus 'baru' seperti virus flu musiman.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa virus SARS-Cov-2 adalah virus baru, yang mana tidak banyak orang yang pernah berhadapan langsung dengan virus ini apalagi mengembangkan imunitasnya.
Kasus semacam ini sebenarnya hampir sama dengan beberapa penyakit lainnya. Sebagai contoh, penyakit seperti rubella dan cacar air cenderung lebih parah apabila terjadi pada orang dewasa daripada pada anak-anak.
Di sisi lain, anak-anak terus menerus berurusan dengan virus yang selalu baru (bagi mereka). Bahkan ada kemungkinan di mana anak-anak pernah terpapar salah satu atau keempat jenis virus corona yang hanya menyebabkan flu biasa.
Varian baru virus corona yang dimaksud tidak berkaitan dengan SARS-Cov-2, MERS, atau SARS tetapi tetap memiliki beberapa kesamaan. Sehingga anak-anak yang baru saja terpapar jenis virus tersebut mungkin memiliki perlindungan yang tidak dimiliki orang dewasa.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani