tirto.id - Dalam sesi ke-9 perayaan Hari Buku Sedunia 2020, Trinity--penulis serial The Naked Traveler--mengisahkan pengalamannya sebagai penulis kisah perjalanan yang karya-karyanya diminati banyak orang. Acara yang digelar pada Sabtu (25/4/2020) ini mengusung tema "Profesi Penulis yang Enggak Ada Matinya".
Dalam delapan seri The Naked Traveler, Trinitytak hanya menyuguhkan keindahan tempat yang ia datangi, tapi juga menyertakan keindahan perjalanan yang dialaminya. Menurutnya, dalam menuliskan pengalaman perjalanan, ia selalu memilah peristiwa. Hanya kejadian yang mudah diingat dan berkesan saja yang ia ceritakan kepada pembaca.
Dalam menulis, Trinity selalu berusaha memosisikan dirinya sebagai pembaca. Menurutnya, sebuah cerita harus memiliki unique selling point untuk disajikan kepada pembaca. Saat memosisikan diri sebagai pembaca, seorang penulis melakukan kontemplasi dengan egonya sendiri. Dari sini kemudian lahir proses pemilihan bahan tulisan dengan mempertimbangkan ketertarikan pembaca.
Kerja Keras dan Konsisten
Trinity telah memutuskan menulis sebagai jalan hidupnya. Keputusan itu tentu bukan pilihan tanpa dasar yang emosional. Menurutnya, ia menghitung secara cermat berapa yang bisa ia dapatkan jika dirinya menulis satu buku dalam setahun sebelum akhirnya keputusan itu diambil.
Keberhasilan Trinity sebagai penulis perjalanan diraih berkat kerja keras dan kerja cerdas. Ia sejatinya hanya salah satu dari begitu banyak penulis perjalanan, namun caranya menulis mampu menarik minat para pembaca.
Selain itu, konsistensi Trinity juga membuat karya-karyanya selalu dinantikan pembaca. Sejak buku pertamanya (The Naked Traveler 1) terbit pada tahun 2007, hampir setiap tahun buku-bukunya dirilis. Jika dalam satu tahun tak ada buku baru yang ia rilis, maka ia menggantinya dengan menerbitkan lebih dari satu buku di tahun yang sama.
Ketika seri The Naked Traveler berakhir pada tahun 2019, karya baru Trinity yang berjudul The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip (Part 1) dan The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip (Part 2) telah siap diluncurkan.
Tantangan dan Investasi
Sebelum terkenal sebagai penulis kisah perjalanan, Trinity kerap mengambil penawaran sponsorship travel. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai memilah: tak lagi menerima penawaran ke tempat-tempat yang sudah diketahui oleh banyak orang atau sudah pernah dikunjungi dirinya. Alasannya, berkunjung ke tempat-tempat baru dirasa lebih menantang. Selain itu, durasi waktu perjalanan juga mulai dipertimbangkan, ia tak mau terlalu membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak produktif.
Menurutnya, meski banyak perjalanan melancongnya dibayari oleh sponsor, namun tak jarang ia juga mengeluarkan uang sendiri, misalnya untuk transportasi ke bandara, pembayaran visa, atau ketika ia hendak memperpanjang waktu perjalanannnya.
Meski demikian, Trinity mengakui bahwa ia tidak menghitung untung rugi dari setiap perjalanan yang dilakukannya, “Semua perjalanan adalah investasi. Investasi gak perlu diterjemahkan tentang uang."
Saat melakukan perjalanan seorang diri, Trinity merasa lebih leluasa mengeksplorasi pelbagai tempat. Ia mendekatkan diri kepada masyarakat lokal, mencari kuliner khas, dan menjelajahi hal-hal yang belum diketahui banyak orang. Cara ia menikmati perjalanan itulah yang menjadi bahan yag baik untuk menyajikan kisah yang penuh kejutan.
Pemungkas, Trinity menyampaikan bahwa tidak ada istilah pensiun dalam profesi penulis. "Selama otak kita masih koheren, setua apa pun kita, kita bisa tetap menulis," ujarnya.
=======
Laporan ini ditulis oleh Lupy Agustina Dewy (Guru dan Pegiat Sastra Tasikmalaya). Hari Buku Sedunia 2020 yang diadakan oleh Perkumpulan Literasi Indonesia berlangsung pada 23 April-2 Mei 2020. Tahun ini mengusung tema Indonesia Online Festival, "Book Lovers in the Time of Corona: Sharing, Collaboration and Create"
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti