Menuju konten utama

ICW Protes Kebijakan Gapeka 2025 karena Picu Keterlambatan

ICW mengajukan keberatan kepada PT KAI Commuter atas berlakunya kebijakan pemberlakuan Grafik Perjalanan KA (GAPEKA) 2025.

ICW Protes Kebijakan Gapeka 2025 karena Picu Keterlambatan
Peneliti ICW Dewi Anggraeni di Stasiun Juanda, Jakarta, Jumat (07/02/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Indonesia Corruption Watch (ICW) mengajukan keberatan kepada PT KAI Commuter atas berlakunya kebijakan pemberlakuan Grafik Perjalanan KA (Gapeka) 2025. KAI telah memberlakukan Gapeka 2025 untuk menggantikan yang sebelumnya.

Melalui Gapeka 2025, KAI menjanjikan waktu perjalanan kereta api akan makin singkat per 1 Februari 2025.

Peneliti ICW, Dewi Anggraeni, merasa kebijakan yang diterapkan pada jadwal keberangkatan KAI, tidak efisien. Sebab, waktu yang dibutuhkan untuk menunggu kedatangan kereta terasa lebih lama sejak diberlakukan kebijakan itu.

“Sampai Selasa kemarin, kami juga mengalami sampai desak-desakan begitu, ya. Waktu tunggu yang lebih lama dari biasanya begitu, ya, sejak diberlakukannya perubahan jadwal per 1 Februari,” kata Dewi, saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

Dewi mengaku melihat terjadinya penumpukan penumpang di stasiun akibat adanya keterlambatan kedatangan kereta. Dia mengatakan tujuan pihaknya mendatangi KAI Commuter mempertanyakan urgensi kebijakan tersebut.

“Apa dasar dari perubahan itu, perubahan jadwal itu begitu, ya. Apakah mereka sudah dari PT KAI begitu, ya, KAI Commuter Line sudah menimbang dampaknya yang akan dirasakan pengguna transportasi KRL,” ucap Dewi.

Dewi juga mempertanyakan pengadaan serta anggaran sarana kereta yang dimiliki Indonesia. Dia menyinggung Indonesia sudah banyak membeli, bahkan melakukan uji coba sarana kereta dari beberapa negara.

“Pengadaan kereta ini seberapa banyak, anggaranya dan lain sebagainya. Yang pada akhirnya apakah akan mendukung pelayanan transportasi publik begitu, ya,” kata Dewi.

Dewi turut mempersoalkan waktu menunggu kereta di Indonesia bisa mencapai 25 hingga 30 menit.

“Jadi kami mau minta tidak hanya sekadar alasan adanya perubahan jadwal. Kita harus lihat yang lebih luas begitu. Tata kelolanya di PT KAI Commuter ini. Dari pembelian keretanya, anggaranya berapa,” tukas Dewi.

ICW ingin melihat bagaimana analisis KAI terhadap perubahan jadwal kereta tersebut, apakah sudah dipertimbangkan dan uji coba kepada publik. Pasalnya, berdasar laporan dari KAI, setidaknya hampir satu juta penumpang yang menggunakan layanan KRL per 2024.

“Itu sudah dianalisis sebelumnya dan lain sebagainya,” kata Dewi.

Baca juga artikel terkait PT KAI atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama