Menuju konten utama

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Tiga

"Sebagai ibukota negara, kita membiarkan saudara-saudara kita berpuluh-puluh tahun tinggal di bantar-bantar sungai tersebut, tinggal di kolong-kolong jembatan," kata Djarot. "Ijinkan saya mengingatkan bahwa 5 tahun yang lalu pernah ada janji. Dan janji itu mengatakan akan dibangun kampung deret dipinggir-pinggir sungai. Dimana janji itu? dimana kontrak politik itu?" timpal Anies.

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Tiga
Tiga pasangan calon kandidat Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta memberikan salam seusai Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1). Tirto.ID/Andrey Gromico

tirto.id - IRA KOESNO: Para kandidat dan penonton serta hadirin, sekarang kita masuk ke sesi tiga. Para paslon peraturan sesi ketiga sama dengan sesi kedua sebelumnya yaitu akan ada pertanyan yang harus dijawab dalam waktu tertentu.

Kemudian jawaban-jawaban tersebut harus saling ditanggapi oleh pasangan kandidat lainnya. Jadi peratuannya sama.

Dan hadirin inilah sesi ketiga.

Akan dimulai dari paslon ketiga, kita dengarkan dulu pertanyaaanya. Program penertiban kawasan kumuh, normalisasi sungai, pembangunan waduk, dan penanggulanan banjir di Jakarta menghadapi kendala dari masyarakat yang tidak ingin digusur atau dipindahkan ke rumah susun.

Saat ini fakta juga menunjukkan bahwa sebagian penduduk yang sudah dipindahkan ke rusun menunggak pembayaran sewa karena tidak mempunyai pekerjaan tetap atau pendapatannya turun drastis

Pertanyaan harus dijawab dalam waktu dua menit, apakah Anda akan menjalankan kebijakan penggusuran guna mengatasi persoalan penertiban daerah kumuh serta banjir? apakah kebijakan relokasi ke rumah susun juga akan diambil?

Ketegasan paslon penting dalam hal ini, karena dalam rencana pembangunan jangka menengah untuk lima tahun kedepan akan dibangun 50 ribu unit rumah susun di Jakarta. Waktu diberikan kepada palson ketiga.

ANIES: Minggu lalu saya datang ke Bukit Duri. Ikut dalam syukuran karena warga Bukit Duri menang di PTUN menghadapi Pemda DKI Jakarta.

Apa yang terjadi di tempat itu? ketidakadilan dilaksanakan, ketika dihadapkan dengan kuasaan yang kuat, tumpul, tapi ketika berhadapan dengan rakyat yang miskin, lemah, banyak prosedur dilanggar demi kepentingan. Menggeser yang kita akan lakukan bukan menghilangkan orang miskin. Yang kita ingin lakukan adalah menghilangkan kemiskinan.

Terkait dengan ini maka kita akan tegas, kita akan melakukan yang disebut dengan urban renewal, peremajaan kota. Penataan ulang, bukan dikosongkan. Apalagi dikosongkan tanpa mempertimbangkan satu prosedur: rasa keadilan dan memperhatikan mereka sebagai sesama warga Jakarta.

Di Ciliwung kemarin seorang ibu datang, Pak Anies ayah saya dilahirkan di titik ini, di tanah ini, persis disini. Mereka bukan orang yang datang ke Jakarta 5 atau 10 tahun yang lalu. Kita semua belum sampai ke Jakarta, orangtuanya sudah ada di tepi sungai itu. Dan dengan penuh kesombongan kita geser semua itu.

Kami akan tegas kami tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan keadilan, tetapi kami akan musyawarah. Pemindahan bila dilakukan, maka pemindahan itu dengan memperhatikan haknya. dengan memperhatikan penghidupannya.

Dan sekali lagi, prioritas kita justru pada peremajaan. Jakarta bukan tempat pertama. Berbagai tempat di dunia mengalami hal yang sama, di tempat lain urban renewal bisa dilaksanakan, maka di Jakarta pun urban renewal akan bisa kita laksanakan.

Satu lagi yang tidak kalah penting, di dalam mengelola ini kita harus memperhatikan nasib, bukan saja mereka yang dipindah tetapi anak-anaknya, dan fasilitas pendidikan serta kesehatan untuk semuanya. Terimakasih

IRA KOESNO: Ya, waktu habis. Berikutnya adalah paslon pertama, paslon pertama harap dijawab dalam waktu dua menit.

Apakah Anda akan menjalankan kebijakan penggusuran guna mengatasi persoalan penertiban daerah kumuh serta banjir? apakah kebijakan relokasi ke rumah susun juga akan diambil? Ketegasan diharapkan dari para paslon.

AGUS: Dengan tegas saya mengatakan, kami akan membangun, menata Jakarta tanpa menggusur. Mengapa? Terbukti penggusuran hanya akan meningkatkan kemiskian, urban poverty meningkat secara tajam.

Mereka kehilangan segalanya. They lost everything. Kehilangan tempat tinggalnya, kehilangan mata pencahariannya. Yang tadinya dia bekerja, mencari nafkah di sebuah habitat, berinteraksi dengan tetangga dengan warga, tiba-tiba tercabut puluhan kilometer.

Tanpa diperhitungkan bagaimana nasib selanjutnya, anak-anak mereka bagaimana, saya bertemu langsung mereka sampai hari ini masih menangis masih bersedih hatinya, ketika digusur tanpa ada kompensasi tanpa ganti rugi dan tidak diperhatikan sama sekali.

Untuk itu kami meyakinkan bahwa korban gusuran yang hari ini masih trauma terutama lansia, ibu-ibu, dan anak-anak mereka.

Mereka stres semuanya.

Itu yang perlu kita perhatian pertama-tama, kita yakinkan mereka mendapatkan perhatian kesehatan, lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya.

Dan kami meyakini banyak cara lain untuk bisa menata Jakarta, mempercantik kotanya tetapi dengan tidak melukai hati warganya, ini penting, ini komitmen, dan ini adalah paradigma yang akan kami bangun dalam membangun Jakarta ke depan.

Dengan demikian kita berharap bahwa Jakarta benar-benar tumbuh sebagai kota yang manusiawi. Ingat gedung-gedung beton ini hanyalah benda mati. Jakarta rohnya adalah manusia dan warganya, sistem ruang kehidupan merupakan interaksi antara manusia lingkungan dan semua sarana prasarana yang tersedia.

Dengan demikian jangan hanya membangun badannya tetapi bangunlah jiwa kota ini Jakarta. Untuk Indonesia kita bisa. Kalo kita bersatu, kreatif dan juga dengan akal nurani dan hati nurani yang baik insyaallah.

IRA KOESNO: Saya langsung lanjut dengan paslon kedua, saya lanjutkan ke paslon kedua apakah Anda akan menjalankan kebijakan penggusuran guna mengatasi persoalan penertiban daerah kumuh serta banjir? apakah kebijakan relokasi ke rumah susun juga akan diambil? Ketegasan dalam hal ini penting ditujukkan terimakasih.

DJAROT: Baik terimakasih. Ini pertanyaan yang kami tunggu.

Supaya ada penjelasan secara lengkap tentang kebijakan ini Jakarta adalah ibukota negara Indonesia, dimana warga nya tdak boleh tinggal di bantaran-bantaran sungai, tidak boleh di kolong-kolong jembatan. Yang setiap saat dia kebanjiran.

Mereka melahirkan generasi sunguh tidak manusiawi. Sebagai ibukota negara, kita membiarkan saudara-saudara kita berpuluh-puluh tahun tinggal di bantar-bantar sungai tersebut, tinggal di kolong-kolong jembatan.

Maka kami berkomimen untuk menyediakan rusun yang layak huni ukuran 36 meter persegi, ada dua kamar, ada pipa gas, bukan itu saja, kita juga mensubsidi kehidupannya, pendidikanya kita tanggung, kesehantannya kita tanggung, transport kita tangung, biaya hidupnya kita betul-betul tanggung.

Subsidi untuk bahan kebutuhan pokok dengan cara seperti itulah masyarakat Jakarta manusiawi. Kita tidak heran kalo indeks pembangunan manusia di Jakarta paling tinggi se-indonesia.

Kita juga tidak heran kalo kemiskinan di Jakarta 3.75, terendah se indonesia. Kebijakan-kebijakan ini harus kita ambil, disamping kita akan menormalisasi sungai dan banjir sudah berkurang.

Disamping itu kita memberikan aspek legal pada mereka-mereka yang tidak legal untuk menempati sungai untuk menempati rusun, kehidupannya kami jamin.

Kehidupan ekonominya kita jamin dan kehidupan penesunya akan kita jamin. Oleh karena itu di rusun-rusun kita ada masjid disana , ada tempat bemain supaya mereka tumbuh dengan baik, terimakasih.

IRA KOESNO: Kini saya buka ruang, dari pendukung paslon 2, kini saya buka ruang untuk para kandidat menanggapi jawaban dari kandidat lain atas pertanyaan di sesi ini.

Sekali lagi saya garis bawahi Anda boleh melakukan kritik ataupun argumen atau menunjukkan dengan jelas mengapa program Anda lebih unggul dibanding paslon lainnya.

Waktunya satu setengah menit, dimulai dari paslon pertama mengangapi paslon kedua dan ketiga. Kita mulai dari paslon pertama, silahkan

SYLVIANA: Terimakasih. 300 ribu rumah dibutuhkan di Jakarta. 1000 hektare itulah wilayah kami, kami bergerilya 267 keluharan, 44 kecamatan, ketika kami juga ke rumah susun mereka mengatakan kenapa kami yang sudah begitu lama, tapi kenapa kami harus menyewa, menyewa dan menyewa .

Kemudian ketika mereka tidak bisa bayar mereka diusir, sudah pindah dari rumah dan akar buadayanya dia juga harus terusir dari rusunawanya. On site ungrading adalah menata kota Jakarta tanpa harus menggusur.

Komitmen keberkehendakan pemerintah DKI Jakarta ini yang harus kita benahi. Ini semuanya dalam arti kita bekerja dengan hati.

Bagaimana perasaan kita ketika kita jadi meraka. 30 tahun berada di lahan itu. Kenapa kita tidak berkomitmen. Kenapa pula kita harus terus-menerus membuat meraka menjadi luka hatinya. Membangun Jakarta tidak harus menyakiti hati masyarakat dan kita punya hati untuk menyerahkan mereka.

IRA KOESNO: Waktunya habis Bu Sylvi, waktunya habis. Saya lanjut ,saya lanjutkan, saya lanjutkan tanggapan paslon 2 silahkan menanggapi apa yang disampaikan paslon 1 dan paslon 3 tadi

AHOK: Saya udah jelaskan kadang-kadang kami ini suka ketawa juga, seolah kami ini nggak suka orang miskin, benci orang miskin. Tadi pasangan nomor 1 mengakatan mau kasih 600 ribu per bulan, itu terlalu kecil bapak.

Karena kami berikan anak SMA saja 600 ribu. Jadi kalau orang miskin punya tiga anak yang SMA, 1,8 juta tiap bulan bisa dia dapat.

Kalo anaknya bisa masuk perguruan tinggi negeri dapat 18 juta setahun. Hanya, tidak uang kontan. Dia harus pake kartu gesek, untuk apa? supaya kami monitor. Pakai uangnya hanya khusus untuk mereka. Lalu mereka juga berhak beli daging sapi hanya 30 ribu per kilo per pulan, ayam hanya 10 ribu supaya gizinya baik. Naik bus nggak bayar, kesehatan nggak bayar. Itu yang kami namakan mendidik.

Saya juga bingung, kiri-kanan saya itu mengatakan orang-orang tinggal di dalam sungai, kok di daerah-daerah sungai kok, walaupun puluhan tahun ya salah.

Sebagai orang tua ya tidak mengukum mereka, kita pindahkan tempat yang lebih layak. Bagaimana sungai mau dinormalisasi kalau tidak pindahkan rumah kumuh. Saya kira jauh lebih tidak manusiawi mengajari rakyat yang sudah salah.

Untuk membenarkan dia hanya untuk memenangkan sebuah pilkada. Ini sangat bahaya, sangat bahaya. Makanya saya harap kita harus betul-betul mendidik dalam membantu itulah yang kami akan lakukan. Terimakasih.

IRA KOESNO: Sekarang saya berikan waktu untuk paslon ketiga, silahkan menanggapi paslon satu dan dua. Waktunya adalah satu setengah menit

ANIES: Ijinkan saya mengingatkan bahwa 5 tahun yang lalu pernah ada janji. Dan janji itu mengatakan akan dibangun kampung deret dipinggir-pinggir sungai. Dimana janji itu? dimana kontrak politik itu? kontrak politik ditandatangani. Saya datang ke tempat yang sama, mereka sodorkan ‘Pak ini kontrak politik yang ditandatangai lima tahun yang lalu.’

Saya katakan, kami akan laksanakan janji yang tidak ditunaikan di periode ini. Tegas kami akan laksanakan.

Yang kedua ketika kita berbicara tentang mengelola warga ditepi sungai misalnya, Jakarta bukan kota pertama, Kalicode di Jogja ada contohnya, di Malang ada contohnya, di mana warga diajak berdialog, warga diajak berdiskusi, dilakukan peremajaan secara bertahap.

Saya punya banyak teman yang tingal di Kalicode ketika saya sekolah dulu. Saya datang kesana beberapa waktu lalu. Mereka semua sudah tumbuh tinggal tempat jauh dari pinggir sungai. Mengapa? karena diberi kesempatan, akses pendidikan berkualitas. Dikasih kesempatan. Lapangan pekerjaan.

Karena itu saya katakan komentar-komentar yang dikatakan paslon nomor 1, memberi sesuatu itu baik. baik. Tapi yang tidak kalah penting memberikan harga diri. Percaya diri bahwa mereka sejahtera bukan karena cash transfer, tetapi karena mereka bisa berusaha mandiri lewat lapangan pekerjaan.

Itu jawaban kita, terimakasih.

Baca selengkapnya:

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Satu

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Dua

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Empat

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Lima

Transkrip Debat Perdana Pilgub DKI Jakarta Segmen Enam

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Ellya Mutia Fansuraini

tirto.id - Politik
Reporter: Ellya Mutia Fansuraini
Penulis: Ellya Mutia Fansuraini
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan