Menuju konten utama

Transformasi Ekonomi Negara-Negara Kawasan Asia Timur dan Pasifik

Kawasan Asia Timur dan Pasifik telah mengalami transformasi dari dikenal sebagai negara-negara miskin berubah menjadi kumpulan negara-negara berpenghasilan menengah.

Transformasi Ekonomi Negara-Negara Kawasan Asia Timur dan Pasifik
(Ilustasi) View Kota Shenzhen,Cina, dari ketinggian. Shenzhen adalah kota baru yang mulai dibangun sejak tahun 1980, namun pertumbuhanya sangat pesat. Cina adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Foto/Getty Images/Daniel Berehulak

tirto.id - Ketidakmerataan ekonomi merupakan kekhawatiran yang terus bertambah bagi banyak warga negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Meski negara-negara berkembang di kawasan ini terhitung telah berhasil mengurangi kemiskinan dan memperbaiki taraf hidup.

Data Bank Dunia pada Senin (4/12/2017) menyebutkan lebih dari 90 persen warga Cina dan lebih dari setengah di Filipina berpikir bahwa perbedaan pendapatan di negara mereka terlalu besar. Di Indonesia, hampir 90 persen dari populasi berpikir bahwa masalah ketidakmerataan sudah sangat mendesak untuk diatasi. Sementara, delapan dari sepuluh penduduk urban di Vietnam khawatir terhadap perbedaaan dalam standar kehidupan.

Kawasan Asia Timur dan Pasifik telah mengalami transformasi sejak 1980, dari dikenal sebagai negara-negara miskin berubah menjadi kumpulan negara-negara berpenghasilan menengah dengan kelas ekonomi yang beragam. Pada 2015, hampir dua pertiga penduduk kawasan ini mapan secara ekonomi atau menjadi bagian kelas menengah. Capaian itu naik dari 20 persen pada 2002.

Proporsi masyarakat miskin ekstrem dan moderat telah menurun drastis. Pada 2002, hampir setengah dari total penduduk di kawasan Asia Timur dan Pasifik adalah masyarakat miskin ekstrem dan moderat. Kemudian pada 2015, angka ini telah menurun menjadi kurang dari seperdelapan dari total penduduk.

“Keberhasilan mengangkat hampir satu miliar penduduk Asia Timur dari kemiskinan ekstrem dalam satu generasi adalah pencapaian bersejarah,” ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa di Jakarta pada Senin (4/12/2017).

Namun, persentasi individu yang rentan kembali jatuh miskin. Mereka yang hidup dengan penghasilan 3,10 – 5,50 dolar AS per hari, tidak berubah antara 2002 hingga 2015, seperempat dari total penduduk. Negara-negara di kawasan ini perlu mempertahankan pertumbuhan inklusif dengan mengatasi tantangan untuk menghilangkan kemiskinan ekstrem sepenuhnya, meningkatkan prospek pergerakan ekonomi, dan menjamin kemapanan ekonomi bagi semua orang.

“Kebijakan untuk mendukung pertumbuhan inklusif perlu mempertimbangkan dan mengatasi berbagai kendala yang dihadapi oleh kelas-kelas ekonomi yang berbeda,“ ucap Victoria.

Pembagian Kelompok Negara Asia Timur dan Pasifik

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik Sudhir Shetty menjelaskan bahwa Bank Dunia membagi negara-negara kawasan ini menjadi lima kelompok dan merekomendasikan kebijakan yang disesuaikan. Malaysia dan Thailand adalah negara-negara dengan tingkat ‘kesejahteraan progresif’, yang telah banyak mengentaskan kemisknan ekstrem dan menumbuhkan kelas menengah yang besar.

Cina dan Vietnam adalah negara-negara dalam kelompok 'keluar dari kemiskinan, masuk ke sejahtera' dengan sejumlah besar penduduk mereka mapan secara ekonomi atau kelas menengah.

Lalu untuk Indonesia, Filipina, dan Kamboja digambarkan adalah sebagai ‘negara-negara yang sudah keluar dari kemiskinan ekstrem’, dengan tingkat kemiskinan ekstrem rendah, tapi juga memiliki kelas menengah yang kecil. “Negara-negara tersebut bisa memprioritaskan peningkatan pergerakan ekonomi dan mengintegrasikan program perlindungan sosial.” ucapnya.

Sementara itu, negara-negara dengan ‘kemajuan tertinggal’ meliputi Laos dan Papua Nugini. Kedua negara ini dapat berupaya mengurangi kemiskinan secara lebih cepat dengan berinevstasi pada pendidikan dasar dan meningkatkan keuangan inklusif, sambil memperkuat batuan sosial dan ketahanan.

Ada pun negara-negara Kepulauan Pasifik berada dalam kelompok berbeda dan perlu memfokuskan kebijakan mereka untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada, seperti pariwisata dan perikanan, memanfaatkan peluang migrasi tenaga kerja, dan berinvestasi pada migrasi dan pencegahan bencana.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto