tirto.id - Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menyatakan tidak ada penyanderaan terhadap pekerja bangunan dan penumpang pesawat Susi Air di Distro Paro, Kabupaten Nduga.
"Polisi dan TNI bilang 15 pekerja disandera, itu tidak benar. 5 penumpang, mereka orang asli (Papua), orang asli [mau] pulang ke kampung mereka," ucap Sebby kepada Tirto, Kamis, 9 Februari 2023.
Sebby mengatakan kelompoknya hanya membakar pesawat dan menyandera pilot Susi Air asal Selandia Baru. Tujuan menyandera, kata Sebby sebagai jaminan negosiasi dengan pemerintah Indonesia dan Selandia Baru.
"TPNPB bakar pesawat saja. Lalu bawa pilot sebagai sandera, sebagai jaminan, kami harus bicara dengan pemerintah Selandia Baru dan Jakarta, (dengan) Presiden Joko Widodo. Begitu jelas tujuan politiknya," terang Sebby.
Bahkan dia menilai "penyelamatan" sandera yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia agar dianggap hebat dan naik pangkat.
"Itu bukan rahasia baru, itu basi. Yang jelas tidak ada sandera terhadap 15 pekerja dan 5 penumpang," tegasnya.
Kemarin, aparat keamanan gabungan mengklaim mengevakuasi 20 orang tersebut menggunakan helikopter.
"5 penumpang pesawat Susi Air dan 15 pekerja bangunan puskesmas di Nduga saat ini dalam kondisi sehat usai dievakuasi," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady, dalam keterangan tertulis.
Kini aparat masih mencari si pilot asal Selandia Baru, Phillip Mertens. Mereka menyusuri hutan di Nduga.
Pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan SI 9368 dibakar oleh TPNPB pimpinan Egianus Kogoya di Landasan Terbang Paro, Distrik Paro, pada Selasa, 7 Februari 2023 pagi.
Pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK BVY dengan rute Timika-Paro. Sementara 15 pekerja bangunan Puskesmas di Distrik Pati, dikabarkan sempat disandera dan diancam oleh kelompok bersenjata sebelum melarikan diri dan diselamatkan oleh masyarakat.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Bayu Septianto