Menuju konten utama

Toleransi Beragama Rachel Goddard

Puasa dan Lebaran selalu menjadi momen yang menyenangkan bagi Rachel Goddard yang tumbuh di keluarga besar dengan keyakinan beragam. Semua saling menghormati dan merayakan keberagaman.

Toleransi Beragama Rachel Goddard
Rachel Goddard. [Foto/dokpribadi]

tirto.id - Rachel bukan Muslim, tetapi ia tidak asing dengan puasa dan Lebaran karena banyak anggota keluarganya yang Muslim. Sejak kecil, Rachel sudah mengenal puasa. Ini dikarenakan saat ia masih kecil, ada saudaranya yang Muslim ikut tinggal di rumahnya.

“Jadi waktu itu ya kalau dengar ada suara orang sahur, aku ikut bangun sahur. Tapi terus tidur lagi,” ujar Rachel kepada Tirto.

Selain ikut merasakan sahur bersama, Rachel kecil yang tumbuh di lingkungan perkampungan pinggir Jakarta ini juga sering ikut buka puasa bersama. Tentu juga merayakan lebaran dengan menyambangi rumah-rumah kerabat dan sahabat ibunya.

Yang patut diteladani, saudara, atau bahkan teman ibunya yang muslim tak pernah membedakan Rachel dengan anak-anak lain. Walau tak ikut berpuasa, Rachel kecil selalu mendapatkan salam tempel dari mereka.

“Suasana puasanya terasa banget. Apalagi pas lebaran aku juga dapat angpau, mereka selalu bilang nggak apa-apa Rachel nggak puasa, kan kita semuanya sama, semua anak Tante,” tirunya.

Sebagai anak kecil, tentu ia ikut merasa senang setiap datangnya bulan puasa dan lebaran. Karena dalam tradisi keluarganya, setiap hari raya Idul Fitri, Natal, bahkan lebaran Cina selalu dirayakan dengan suka cita. Ia pun mengulang ingatan saat lebaran, ketika ibunya juga selalu memasak ketupat dan juga rendang.

Walau saat ini atmosfer intoleran seperti merebak di mana-mana, Rachel dan keluarganya tidak menghirup atmosfer yang sama. Ia mengungkapkan, tradisi keluarganya untuk berkunjung ke sejawat Muslim, dan sebaliknya saat hari-hari peringatan tertentu masih berlangsung hingga sekarang.

Malah, Ramadan taun ini, jadwalnya sudah dipenuhi dengan undangan buka puasa bersama mulai dari teman SD hingga teman kantor. Sehingga aroma perpecahan karena agama tak pernah ia rasakan di lingkaran kehidupannya.

In the real life yang aku lihat, sekitarku tidak berubah, aku selalu datang ke tanteku saat lebaran. Masih bagi angpau ke anak yang belum nikah bahkan yang kerja saja dikasih. Keluarga besarku, sahabat dekatku beda agama tapi nggak ricuh,” tutupnya.

Infografik Rachel Goddard kenangan ramadan

Rachel mengaku kagum dengan ibadah puasa yang dilakukan oleh umat Islam. Ia pernah mencoba berpuasa dan merasakan beratnya ibadah tersebut. “Aku coba untuk puasa, cuma dapat sehari. Wah puasa itu berat banget!”

Youtuber dan juga selebgram yang memiliki lebih dari 350 ribu subscriber dan 306 ribu follower ini pernah mencoba untuk berpuasa, sebagai bentuk apresiasi kepada subscriber dan teman-teman muslimnya.

Ia harus bangun kira-kira pukul setengah tiga dini hari. Rachel yang biasa masih merebahkan tubuh di kasur, saat itu sudah terbangun dan menyiapkan makan sahur. Dengan mata yang masih mengerjap-ngerjap menahan kantuk, ia bergegas membikin secangkir teh hangat dan segera menyantap sebungkus sate padang. Makan sahurnya kala itu, ditutup dengan buah naga sebagai pencuci mulut.

“Ini pertama kalinya aku nyoba berpuasa. Sebenarnya udah lama ingin ikutan puasa tapi susah banget bangun pagi. Akhirnya dari semalam diniatin,” katanya dalam video yang diunggah setahun lalu itu.

Perempuan yang lahir pada tanggal 7 Agustus ini mencoba berpuasa lantaran ingin ikut merasakan rasanya menahan godaan lapar, haus, dan emosi seperti teman-teman muslimnya. Benar saja, seharian menahan lapar, godaan terberat datang ketika harus menemani ibunya berbelanja dan makan di salah satu restoran mi favoritnya.

Ia sukses menahan godaan bau mi yang semerbak. Saat azan maghrib, ia kalap menghabiskan segelas es teh manis dan bakwan jagung. Rachel tak menyangka, puasa yang ia jalankan ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Apalagi, dirinya termasuk tipe orang yang doyan makan. Jika lapar mendera, maka moodnya bisa seketika berubah drastis. Itulah mengapa ia merasa salut kepada teman-temannya yang konsisten berpuasa selama sebulan penuh.

“Padahal aku melihat teman-teman yang puasa kayak biasa banget, tapi aku susah ganti mood dari negatif ke positif. Biasanya ganti lipstik udah bisa bikin mood bagus tapi ini nggak.”

Pengalaman ikut merasakan puasa seharian penuh membuat anak sulung dari empat bersaudara ini lebih toleran soal menahan lapar. Semisal, jika sedang bersama teman yang berpuasa, sebisa mungkin ia menahan keinginan makan sampai berbuka. Atau kalaupun lapar perutnya tak dapat ditahan, maka ia memilih “ngumpet” saat mengisi perut.

Baca juga artikel terkait DUNIA RAMADHAN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti