tirto.id - Kritikan soal pembangunan infrastruktur kembali dilontarkan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Suhendra Ratu Prawiranegara.
Ia menyebutkan soal pembangunan Tol Trans Jawa yang tidak memberikan efek positif ke perekonomian. Mulai dari tarif tol yang dibilang kemahalan sampai angkutan logistik beralih ke jalur pantura.
Menanggapi perihal tersebut, Menteri PPN/Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pembangunan jalan tol sebagai sumber pembangunan ekonomi.
"Karena dengan adanya jalan tol kan kelancaran transportasi menjadi lebih baik. Biaya logistik bisa turun. Nah tentunya kita tidak bisa tergantung ke pada jalan arteri. Karena jalan arteri memang bebas," jelas dia di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dan Asian Development Bank (ADB) merilis hasil studi bersama dengan judul 'Kebijakan untuk Mendukung Pembangunan Sektor Manufaktur di Indonesia 2020-2024' di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).
Namun, masalahnya jika jalanan tersebut rusak, hal tersebut akan menimbulkan beban biaya perbaikan pada pemerintah.
"Problemnya itu akan menimbulkan beban biaya ke pemerintah karena setiap tahun jalan tersebut akan rusak dilewati truk-truk besar. Kenapa maintenance-nya tinggi karena tadi pemakaiannya yang di luar batas. Jadi jalan tol itu sebenarnya untuk kelancaran orang dan barang. Sehingga nantinya biaya logistik turun, aktivitas ekonomi akan muncul dengan sendirinya," pungkas dia.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara mengkritik pembangunan jalan tol trans Jawa yang dilakukan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, tarif jalan tol tersebut terlalu mahal sehingga tidak memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat.
Dia mengatakan, tarif tol di Indonesia tergolong termahal se-Asia Tenggara. Padahal, rata-rata tarif tol di Indonesia berkisar Rp1.300 hingga Rp1.500/km.
Sementara di negara-negara tetangga, seperti Singapura Rp778/km, Malaysia Rp492/km, Thailand dalam kisaran Rp440/km, Vietnam dalam kisaran Rp1.200/km, dan Filipina Rp1.050/km.
"Dengan merujuk fakta dan angka di atas, bukan hal yang aneh jika para pengguna jalan tol di Indonesia protes atas tarif tol yang mahal," ujar Suhendra melalui keterangan tertulis yang diterima Tirto, Kamis (7/2/2019).
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno