Menuju konten utama

Tokoh Umat Teladan Penegakan Prokes COVID-19, Bukan Sebaliknya

Tokoh masyarakat seharusnya menjadi ujung tombak penerapan protokol kesehatan (prokes) COVID-19, bukan justru sebaliknya.

Tokoh Umat Teladan Penegakan Prokes COVID-19, Bukan Sebaliknya
Polisi melakukan imbauan penerapan protokol kesehatan di Jalan Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/FOC.

tirto.id - Supaya Indonesia terbebas dari COVID-19, perlu kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk mereka yang dijadikan teladan oleh masyarakat. Tokoh umat seharusnya menjadi ujung tombak penegakan penerapan protokol kesehatan (prokes) dalam situasi pandemi virus corona seperti sekarang ini, bukan justru sebaliknya.

Hal tersebut dikatakan oleh Andre Rahadian selaku Ketua Bidang Koordinasi Relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19. Menurutnya, tokoh masyarakat yang dijadikan panutan oleh banyak orang semestinya bisa memainkan peranan sentral dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19.

“Agar Indonesia terlindung dan bebas dari COVID-19, diperlukan kolaborasi total dari seluruh lapisan masyarakat untuk saling bahu-membahu dengan saling menegur dan menjaga orang terdekat dalam hal penerapan protokol kesehatan,” kata Andre Rahadian dikutip dari situs resmi Satgas Penanganan COVID-19, Senin (17/11/2020).

Andre Rahardian menambahkan, “Para tokoh masyarakat memegang peran penting dalam mengajak dan menjaga masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Para tokoh masyarakat ini adalah ujung tombak.”

“Kedisiplinan serta kepatuhan mereka dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi suatu contoh panutan bagi para pengikutnya, jangan malah melakukan kegiatan yang bertentangan dengan protokol dan membahayakan masyarakat,” imbuhnya.

Ditegaskan oleh Andre Rahardian, semua pihak harus menerapkan disiplin 3M dalam kehidupan newnormal untuk memerangi COVID-19, yaitu memakai masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak serta menghindari kerumunan.

“Kita tidak boleh lengah, virus COVID-19 masih berada di sekeliling kita hingga waktu yang belum dapat ditentukan,” Andre Rahardian mengingatkan.

“Elemen yang paling penting dalam mewujudkan adaptasi kebiasaan baru ini adalah masyarakat; bagaimana mereka dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, terutama bagi mereka yang berada di kelompok rentan terdampak,” bebernya.

Terapkan Disiplin 3M

Menerapkan perilaku disiplin 3M dalam kehidupan sehari-hari menjadi kunci utama upaya untuk meminimalisir risiko penularan COVID-19, terlebih pada masa “pre-vaksin”. Namun, hal tersebut harus dilakukan dengan sinergi yang baik dari semua pihak, termasuk para tokoh masyarakat.

“Puluhan bahkan ratusan ribu relawan sudah bekerja mengedukasi, mengajak, dan mengingatkan masyarakat untuk menerapkan perubahan perilaku sebagai satu-satunya jalan menghindari penularan COVID-19,” tutur Andre Rahardian.

“Jangan sampai usaha selama 8 bulan ini, dengan banyak pengorbanan, hilang karena tokoh masyarakat yang abai. Tolong pikirkan nasib masyarakat yang bisa tertular, terutama kelompok rentan.

Perilaku disiplin 3M dalam kampanye #ingatpesanibu yang tengah digalakkan oleh Satgas Penanganan COVID-19 terdiri dari: (1) Memakai masker dengan benar; (2) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir; serta (3) Menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Memakai masker kain, terutama masker medis atau masker bedah, dapat menurunkan risiko penularan COVID-19. Khusus untuk masker medis, WHO selaku Organisasi Kesehatan Dunia telah merumuskan pihak-pihak yang diprioritaskan mengenakan masker jenis ini.

Mencuci tangan menjadi langkah 3M berikutnya untuk menurunkan risiko penularan COVID-19. WHO menyarankan, cucilah tangan menggunakan sabun selama 20-30 detik dan menerapkan langkah-langkah yang benar.

Jika dalam kondisi tertentu, semisal tidak ada air dan sabun atau tidak dapat menggunakan air dan sabun untuk membersihkan tangan, solusi lainnya adalah memakai cairan yang berbasis setidaknya 60 persen alkohol seperti hand sanitizer.

Penerapan perilaku disiplin 3M selanjutnya adalah menjaga jarak minimal 1-2 meter, serta menghindari kerumunan. Jika hal itu dilakukan maka akan dapat meminimalisir risiko penyebaran COVID-19 yang lebih besar.

“Dengan adanya kolaborasi dari tokoh masyarakat untuk memberikan contoh penerapan protokol kesehatan, serta ditambah dengan bantuan dari pemangku kebijakan, para pelaku industri serta seluruh anggota masyarakat dapat membantu pemerintah dalam menekan angka penyebaran COVID-19 di Indonesia,” sebut Andre Rahardian.

“Tetap semangat, jangan pernah lengah dan lelah dalam menerapkan protokol kesehatan. Kesuksesan Indonesia bebas COVID-19 dimulai dari diri kita masing-masing, apalagi peran para tokoh masyarakat,” pungkasnya.

___________________________

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Agung DH