tirto.id - Masoud Pezeshkian terpilih sebagai presiden dengan mengalahkan empat kandidat lain pada Sabtu (6/7/2024) lalu. Pezshkian resmi menjadi pemenang setelah mengalahkan Saeed Jalili, diplomat yang diusung Partai Konservatif dalam putaran kedua pemilu Iran.
Dalam pernyataan kepada publik via akun media X, sebagaimana dikutip dari Reuters, Pezshkian mengajak semua warga Iran untuk bersatu dalam menghadapi masa depan.
"Para penduduk Iran, pemilihan telah berakhir dan ini adalah awal bagi kita untuk bekerja sana. Jalan sulit ada di depan mata. Ini hanya bisa dihadapi dengan baik dengan kerja sama, empati dan kepercayaan," ujar Pezshkian dalam keterangannya di media sosial X.
Pezshkian memastikan dirinya tidak akan meninggalkan jalan pemerintahan yang sudah ada. Ia pun berharap rakyat tidak meninggalkannya di masa depan.
Pezshkian, yang juga tokoh moderat di Iran, akan menggantikan Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal dunia pada May 2024 lalu. Raisi meninggal bersama Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian serta delegasi saat melintas di pegunungan Varzaghan, Azerbaijan Timur pada Minggu (19/5/2024) lalu.
Pezshkian disebut menang dengan dukungan kelompok urban kelas menengah dan anak muda. Para kelompok urban dan anak muda ini diduga memenangkan Pezshkian karena kecewa dengan aksi pembungkaman pendapat publik terhadap pendapat Islam ortodoks. Selain itu, Pzeshkian didukung oleh Khatami, tokoh reformis di Iran.
Kemenangan Pezshkian diyakini akan memperbaiki hubungan Iran dengan negara-negara barat tentang kebijakan nuklir Iran.
Selain itu, hasil pemilu Iran kali ini berkaitan dengan eskalasi konflik Timur Tengah antara Israel dengan mitra Iran, Hamas di Gaza dan kelompok Hizbullah di Lebanon, termasuk tekanan negara barat pada Iran dalam proyek nuklir Iran.
Editor: Andrian Pratama Taher