tirto.id - Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mencapai 65,1 persen, sedangkan publik yang tak puas mencapai 32 persen. Angka ini terungkap dari hasil survei Indo Barometer yang dirilis pada Selasa (22/5/2018).
Secara personal, menurut survei, 68,6 persen publik puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo secara personal selama 3,5 tahun terakhir. Sedangkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden tercatat sebesar 61,2 persen dan yang kurang atau tidak puas sebesar 34,8 persen.
"Dari evaluasi kinerja pemerintahan, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Jokowi mencapai 68,6 persen, sedangkan yang kurang atau tidak puas 29,4 persen," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari dalam rilis Survei Nasional Evaluasi 3,5 Tahun Joko Widodo-Jusuf Kalla: Quo Vadis Nawacita di Jakarta.
Survei Indo Barometer ini dilakukan di 34 provinsi di Indonesia pada 15-22 April 2018 dengan melibatkan 1.200 responden berusia 17 tahun atau sudah menikah saat survei dilakukan. Margin of error survei sebesar plus minus 2,83 persen pada tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Metode penarikan sampel menggunakan multistage random sampling dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner.
Pada September 2017, lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga pernah merilis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK.
Menurut hasil survei CSIS, tingkat kepuasan publik selama 3 tahun masa pemerintahan Jokowi-JK menunjukkan, sebanyak 68,3 persen responden puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK di tahun ketiga jabatannya. Sementara di tahun pertama tingkat kepuasan terhadap pemerintah hanya mencapai 50,6 persen, sedangkan pada tahun kedua sebanyak 66,5 persen.
Meskipun kepuasan terhadap kinerja ekonomi meningkat, namun berdasarkan hasil survei, sebanyak 42,2 persen responden menyatakan kondisi perekonomian keluarganya tidak mengalami perubahan selama 5 tahun terakhir. Bahkan sebanyak 20,3 persen di antaranya menyatakan kondisi perekonomian keluarganya memburuk.
Editor: Agung DH