Menuju konten utama

Timteng Memanas, RI Cari Alternatif Minyak dari Afrika & Amerika

Di Afrika, pemerintah membidik Mozambik. Sementara di Amerika Latin, alternatifnya adalah Venezuela dan Guyana. 

Timteng Memanas, RI Cari Alternatif Minyak dari Afrika & Amerika
Penumpang dengan perahu karet melaju dengan latar belakang Kapal Gas Walio pengangkut gas elpiji PT Pertamina yang bersandar di dermaga terminal gas OPSICO PT Pertamina di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (18/10/2018). ANTARA FOTO/Aji Styawan

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyebut pemerintah mempertimbangkan mencari negara-negara penghasil minyak mentah baru seiring dengan konflik geopolitik yang memanas di Timur Tengah.

Arifin menuturkan, sejumlah negara penghasil minyak di Afrika masuk dalam pantauan pemerintah. Secara spesifik, Mozambik yang terletak di Afrika timur menjadi bidikan negara tujuan impor minyak ke Indonesia.

"Mungkin ada yang baru, Mozambik. Kita itu harus jangka panjangnya," kata Arifin kepada awak media saat konferensi pers di Gedung Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Pemerintah juga membidik peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin, yakni Guyana dan Venezuela. Dua negara tersebut tergorong importir baru untuk Indonesia.

"Kalau lihat dari mapping-nya, kita juga bisa [impor] dari beberapa Afrika. Kemudian juga dari [Amerika] Latin. Venezuela, yang baru Guyana," ujarnya.

Meski demikian, pemerintah tidak hanya mengandalkan impor minyak di tengah gejolak geopolitik. Menurut Arifin, pemerintah juga mendorong produksi minyak dalam negeri, seperti di Blok Cepu, Rokan Dalam, hingga Buton, Sulawesi Tenggara.

"Itu juga jumlahnya cukup,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memperkirakan peningkatan konflik geopolitik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap kondisi perekonomian global, termasuk harga minyak dunia.

Harga minyak mentah global terpantau fluktuatif. Pada 15 April 2024, harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18 persen (dtd) ke level 90,29 dolar AS per barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 dolar AS per barel.

Selain itu, harga minyak mentah jenis WTI turun 0,28 persen ke level 85,42 dolar AS per barel, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 dolar AS per barel.

Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, memproyeksi harga minyak dunia bakal naik menjadi 100 dolar AS per barel akibat konflik Iran dengan Israel. Hal itu akan menyebabkan kenaikan harga BBM nonsubsidi Pertamina menembus Rp16 ribu per liter.

Proyeksi tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan posisi Iran sebagai produsen minyak yang penting di dunia. Karenanya, menurut David, harga BBM dalam negeri bakal terdampak jika konflik terus memanas.

Baca juga artikel terkait KONFLIK TIMUR TENGAH atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Irfan Teguh Pribadi