Menuju konten utama

Tiga Kepala Satu Alasan Soal Pergantian Dirut Pertamina

Ketua Dewan Komisaris Pertamina Tanri Abeng, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, punya kesamaan soal alasan pergantian dirut Pertamina: bekerja solid.

Tiga Kepala Satu Alasan Soal Pergantian Dirut Pertamina
Plt Dirut PT Pertamina (Persero) Yenni Andayani menghadiri acara keterangan pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (3/2). Kementerian BUMN selaku pemegang saham melalui RUPS mencopot Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto dan menunjuk Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani sebagai pelaksana tugas (Plt) direktur utama di perusahaan minyak dan gas pelat merah tersebut. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Menteri BUMN Rini Soemarno terang-terangan menyebut alasan pemberhentian Dirut Pertamina Dwi Sutjipto dan Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Pertamina, Jumat (3/2/2017) pagi tadi. Menurut Menteri Rini pergantian pejabat tinggi di BUMN plat merah itu karena alasan personal keduanya.

"Penggantian keduanya (Dirut dan Wadirut) terkait masalah personal. Dalam memimpin Pertamina, jika terjadi ketidakcocokan bisa membahayakan perusahaan," ujar Rini, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta.

Rini menilai sebagai pemimpin perusahaan kedua-duanya harus mengesampingkan masalah personal dalam menjalankan roda perusahaan. "Maaf ya Pak Dwi, Pak Bambang, kalau kita punya tanggung jawab untuk perusahaan maka 'team work' itu harus nomor satu. Jangan akhirnya perusahaan dipakai untuk kepentingan perorangan," ujarnya.

Usulan pemberhentian Dewan Komisaris Pertamina itu, tutur Rini, bermula dari indikasi bahwa sistem kepemimpinan yang terdiri atas Dirut dan Wakil Dirut di perusahaan migas nasional tersebut tidak tepat.

Rini mengakui bahwa jabatan Wakil Direktur Utama di Pertamina merupakan usulan dari Dewan Komisaris pada Agustus 2016. Alasan yang mengemuka ketika itu, Pertamina dinilai membutuhkan direksi dalam jumlah banyak karena menangani proyek-proyek skala internasional dari hulu hingga hilir.

"Mereka (Pertamina) perlu ada konsentrasi dalam hillirisasi dan megaproyek. Jika dihitung bisa mencapai sekitar Rp700 triliun," ujarnya.

Ia membeberkan, 2017 merupakan tahun yang sangat penting, banyak proyek yang harus diselesaikan mulai dari implementasi satu harga BBM, revitalisasi kilang Cilacap, peningkatan kapasitas kilang Balikpapan, kilang Dumai, "refinery" hingga pengembangan sumur-sumur migas di Indonesia.

Namun kondisi belakangan, tambah Rini, situasi kepemimpinan di Pertamina justru semakin tidak stabil tercermin ketika dalam pengambilan keputusan jika ada direksi yang tidak setuju maka program berjalan sendiri-sendiri.

"Padahal dalam penerapan GCG (tata kelola perusahaan yang baik), bahwa keputusan direksi itu jadi tanggung jawab bersama, tidak bisa dipotong sendiri," tegas Rini.

Rini mengaku pula bahwa keputusan mengganti Dwi dan Ahmad, sebelumnya sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo.

"Saya sengaja tidak mau komunikasi dengan keduanya (Dwi dan Bambang), karena secara GCG dewan komisaris sudah melakukan fungsinya. Karakter masing-masing yang tidak bisa kita baca," ujarnya.

Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng tak seterang Menteri Rini dalam menyebut alasan pergantian Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang. "Ini (pergantian) hal yang biasa dan terjadi di mana-mana. Ini untuk mencari talent-talent baru yang bisa bekerjasama dan solid di Pertamina," ujar Tanri.

"Dalam satu struktur tidak berjalan sesuai dengan intensi struktur itu karena kecocokan dari manusianya," ujarnya.

Tanri menegaskan pula pencopotan keduanya bukan karena kasus yang melilit Pertamina. Beberapa waktu lalu, Ahmad Bambang sempat diperiksa Kejaksaan Agung berkaitan dengan dugaan tindak pidana korupsi pengadaan kapal di PT Pertamina Transkontinental. "Tidak ada kaitannya dengan kasus," tepisnya.

Di tempat terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengaku tidak memasalahkan dua pimpinan utama perusahaan migas itu diberhentikan. Namun, ia enggan merinci alasannya. "Ya kan sudah diganti, tidak apa-apa," katanya.

Ia hanya wanti-wanti kepada direksi Pertamina agar lebih efisien dan produktif setelah ditinggal Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama."Harus lebih bagus, harus lebih efisien dan produktif," katanya di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Jumat (3/2) seperti diwartakan Antara.

Seperti sudah sejalan dengan arahan Menko Luhut, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina, Yenni Andayani, yang baru saja dalam siaran persnya menyatakan akan berfokus mengawal program efisiensi perusahaan plat merah itu.

"Pertamina akan fokus dan siap merealisasikan amanat dari pemegang saham karena bagaimanapun Pertamina merupakan BUMN strategis yang harus kita jaga dan dukung bersama menjadi BUMN yang kuat dan bersaing di level global," kata Yenni.

Dwi Soetjipto diangkat menjadi Dirut Pertamina pada November 2014. Sebelumnya, Dwi menjabat sebagai Dirut PT Semen Indonesia Tbk. RUPS Pertamina pada Jumat, 3 Februari 2017 memutuskan untuk mencopot Dwi Soetjipto dari jabatan Dirut.

Rekam jejak Dwi Soetjipto di Semen Gresik bisa dibaca pada artikel Tirto berjudul: Dwi Soetjipto, Jago Lobi yang Tenggelam di Pertamina.

Infografik Dwi Soetjipto

Baca juga artikel terkait DIRUT PERTAMINA atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti