Menuju konten utama

The Bodyguard from Yogya

Menjadi seorang bodyguard harus memiliki kepekaan dalam memperkirakan berbagai risiko yang bakal dihadapi sejak pertama menerima order. Kemampuan beladiri menjadi syarat standar, sehingga mereka bisa melindungi kliennya dari berbagai latar profesi.

The Bodyguard from Yogya
Anggota Bodyguard GAESS 88 menjaga keaaman dalam suatau acara televisi. [Foto/GAESS 88/Facebook]

tirto.id - Michelle Yeung --diperankan oleh Christy Chung-- tak sengaja menyaksikan sebuah peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pengusaha korup. Sejak saat itu, dia menjadi buruan si pengusaha. Berbagai upaya dilakukan si pengusaha, termasuk menyewa pembunuh bayaran profesional untuk menghabisinya. Sebab hanya dialah saksi mata yang melihat pembunuhan keji itu.

Michelle kebetulan memiliki kekasih seorang pengusaha bernama Billy. Khawatir akan keselamatan kekasihnya, Billy yang kebetulan memiliki hubungan erat dengan pemerintah Cina daratan, meminta bantuan untuk mengawal Michelle. Maka didatangkanlah seorang pengawal bernama Jhon Chang yang diperankan oleh Jet Li. Jhon Chang merupakan salah seorang anggota satuan elite polisi Beijing.

Sejak kedatangan Jhon, banyak yang diubah dari keseharian Michelle. Mulai dari rumah hingga berpergian, Jhon tak pernah jauh dari Michelle. Di rumah, Jhon memantau Michelle dengan ketat. Setiap sudut dia pasangi kamera pengintai. Semua demi keselamatan Michelle, orang yang harus selalu dijaga oleh Jhon hingga persidangan.

Kisah Michelle itu tertuang dalam film “The Bodyguard from Beijing”. Film serial laga yang dirilis 1994 itu, bisa jadi pembawa inspirasi bagi jasa pengawalan yang kini mulai marak di Indonesia. Bisnis jasa pengamanan bagi Very Very Important Person (VVIP) ini pun ternyata banyak peminat. Hanya saja, mereka yang terjun di bisnis ini harus punya modal keberanian, kemampuan bela diri dan tentunya kecerdasan.

Dedek, salah seorang bodyguard di Kota Yogyakarta sudah menjalani profesi sebagai pengawal sejak tahun 2011. Sejak terjun sebagai bodyguard, Dedek langsung jatuh cinta pada profesinya. Banyak pengalaman menarik yang dilaluinya. Mulai dari mengawal VVIP hingga mengawal tangan kanan klien VVIP.

Prinsip utama Dedek dalam menjalani profesi sebagai bodyguard hanya satu, yaitu keberanian menjaga kliennya sesuai dengan order yang telah disepakati. “Lebih baik kita yang mati daripada klien yang mati,” ujar Dedek saat berbincang dengan tirto.id, pada Rabu (24/8/2016).

Menurutnya, keselamatan klien menjadi prioritas utama ketika dia mendapat tugas menjadi bodyguard. “Terpenting adalah menyelamatkan klien terlebih dahulu, baru kita tindak lanjuti,” katanya.

Apa yang diutarakan Dedek memang menjadi keharusan bagi seorang bodyguard. Sebab menurutnya, profesi bodyguard sudah pasti bakal menghadapi gesekan fisik ketika melakukan pengawalan. Jika sudah begitu, Dedek pun harus siap menjaga klien. Hal yang pertama adalah menyelamatkan klien. Jika ternyata kondisi membahayakan bagi nyawanya, dia akan meminta bantuan dari rekan satu tim. “Teman-teman yang melakukan pemantauan jarak jauh akan segera merapat,” kata Dedek.

Modal kemampuan beladiri rupanya sudah dimiliki Dedek. Sejak kecil, Dedek sudah berlatih Taekwondo. Berbekal seni beladiri asal Korea itulah, Dedek sukses lima tahun menjalani profesi sebagai bodyguard.

Kawal Sosialita

Selain menjadi mengawal VVIP, para wanita sosialita juga banyak yang membutuhkan jasa bodyguard. Kaum sosialita di Yogyakarta memakai jasa bodyguard ketika beraktivitas. Namun, bodyguard yang disewa ternyata dari kalangan kaum hawa.

“Kita kebanyakan kliennya sosialita,” ujar Semion Egi Perdana, Direktur PT Rajawali Siaga yang berkantor di Yogyakarta, saat berbincang melalui sambungan telepon pada Rabu malam (24/8/2016).

PT Rajawali Siaga yang bergerak di bisnis jasa pengamanan, juga menyiapkan jasa pengawalan khusus bodyguard jika ada klien yang membutuhkan. Menurut Egi, bisnis bodyguard banyak diminati kaum sosialita Yogyakarta.

Masih menurut Egi, bodyguard yang diminati kalangan sosialita biasanya wanita. Pengawal itu bakal mendampingi keseharian kliennya. Namun, keberadaan para bodyguard bakal tak kentara, karena biasanya menyamar menjadi asisten pribadi atau sekretaris si klien.

“Kebanyakan dari mereka enggak ingin yang berwajah sangar. Biasanya kita samarkan jadi asisten dan sekretaris,” tutur Egi. Sayang, Egi tak mau menjelaskan detail para bodyguard di perusahaannya untuk menjaga privasi para klien.

Selain memiliki klien dari kalangan sosialista, Egi juga banyak menerima klien yang memiliki persoalan pribadi dan bersifat rahasia. Misalnya menjaga anak korban perceraian, atau menjaga klien dari ancaman pembunuhan. Seorang ulama di Yogyakarta pernah menggunakan jasa PT Rajawali Siaga karena mendapat ancaman bakal dibunuh.

Mengetahui risiko yang bakal dihadapi, Egi mensyaratkan kemampuan beladiri bagi para bodyguard di perusahaannya. “Kemampuan khususnya standar, yakni beladiri Tarung Drajat sama Taekwondo,” ujarnya.

Risiko tak mudah menjadi bodyguard, tampaknya telah membuat Dedek peka terhadap berbagai kemungkinan yang bakal dihadapinya saat menerima sebuah pesanan. Prinsipnya, semakin cepat tugas diselesaikan bakal semakin baik.

“Bisa satu hari, tergantung, lawan seperti apa. Misalnya bekingan lawan kita kenal, ya kita masuki bodyguard lawan dengan cara menyusup,” ujarnya. Kemampuan beladiri menjadi syarat standar menjadi seorang bodyguard.

Baca juga artikel terkait BISNIS atau tulisan lainnya dari Arbi Sumandoyo

tirto.id - Bisnis
Reporter: Arbi Sumandoyo & Mutaya Saroh
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti