tirto.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah meneliti sampel air dari Teluk Jakarta, di kawasan Ancol dan Muara Angke. Penelitian untuk mengukur kandungan paracetamol.
Kabid pengendalian dampak lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yusiono mengatakan penelitian masih berlangsung.
"Saat ini sedang dilakukan analisis di laboratorium. Karena bukan di laboratorium Dinas Lingkungan Hidup. Kami menunggu hasil dari laboratorium tersebut," kata Yusiono kepada wartawan, Selasa (5/10/2021).
Menurutnya terlalu dini untuk memutuskan apakah kandungan paracetamol di Teluk Jakarta berbahaya bagi biota laut atau manusia.
"Apalagi kami kapasitasnya bukan untuk langsung ke kesehatan manusia. Kami perlu untuk berkoordinasi dengan dinas kesehatan juga," ucapnya.
Paracetamol merupakan obat umum yang dijual bebas dan masyarakat dapat mendapatkannya di pasaran.
"Jadi dosisnya pun yang ada itu satuannya itu adalah miligram. Sementara yang di laut dari hasil penelitian itu adalah nano. Artinya ada sepersejuta konsentrasi dari yg ada [Di pasaran]," tuturnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasiona (BRIN) dari Zainal Arifin yang menemukan sampel air Teluk Jakarta mengandung paracetamol menyebut sumbernya. Menurut dia, paracetamol di Teluk Jakarta berasal dari ekresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.
Dengan jumlah penduduk yang tinggi dikawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminasi di perairan.
"Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai,” kata anggota peneliti BRIN, Zainal Arifin saat diskusi secara daring, Senin (4/9/2021).
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali