Menuju konten utama
Ilmu Geografi

Teori Jagat Raya dan Proses Terbentuknya Alam Semesta

Teori jagat raya dan proses terbentuknya alam semesta. Mulai dari Big Bang, Mengembang dan Memampat, Nebula, Pasang Surut, Awan Debu, dan Keadaan Tetap.

Teori Jagat Raya dan Proses Terbentuknya Alam Semesta
Ilustrasi dunia dan alam semesta. Adapun pembentukan jagat raya terdiri dari beberapa teori. [Foto/NASA/Shuterstock]

tirto.id - Pengertian jagat raya beserta teori-teori pembentukan alam semesta diajarkan kepada peserta didik melalui mata pelajaran geografi. Lantas, bagaimana jagat raya terbentuk dan apa saja teorinya?

Secara umum, teori pembentukan jagat raya adalah berbagai hipotesis maupun pernyataan ahli yang mendeskripsikan proses munculnya alam semesta. Begitu pula dengan berbagai hal yang terdapat di dalamnya.

Teori terbentuknya jagat raya ini bervariasi, misalnya ada Teori Big Bang, Oscillating, Nebula, Planetesimal, dan sebagainya. Berikut penjelasan mengenai pengertian dan teori terjadinya jagat raya.

Pengertian Jagat Raya

Jagat raya adalah ruang tidak terbatas yang di dalamnya terdiri dari berbagai materi, misalnya tenaga dan radiasi. Ukuran alam semesta yang tidak bisa dihitung secara kuantitatif ini dipantau dari batasnya yang semu.

Dikutip dari buku Geografi 1 Kelas X yang ditulis oleh Hartono (2009), rahasia jagat raya belum terpecahkan karena teknologi dan pengetahuan manusia masih terbatas. Sama halnya dengan bumi tempat manusia hidup.

Begitu pula yang terjadi pada berbagai unsur jagat raya lainnya, misal bintang, galaksi, nebula, planet, matahari, komet, asteroid, meteor, dan bulan. Selain komponen yang tampak, terdapat pula 90 persen materi gelap jagat raya yang masih jadi misteri.

Teori Jagat Raya dan Proses Terbentuknya Alam Semesta

Ada beberapa pendapat yang menyampaikan tentang proses terciptanya jagat raya. Berikut ini beberapa teori mengenai jagat raya dan pembentukan muka Bumi menurut ilmu geografi.

1. Teori Ledakan Besar (Teori Big Bang)

Pembentukan jagat raya menurut Teori Big Bang didasarkan pada anggapan bahwa alam semesta itu tercipta dari ledakan besar. Ledakan ini tercipta dari massa yang sangat besar dengan jenis yang besar pula.

Berbicara tentang ledakan tersebut, pembentukan jagat raya menurut Teori Big Bang berawal dari adanya reaksi inti massa. Reaksi itu memanaskan massa, kemudian menghasilkan daya eksplosif.

Setelah terjadi ledakan besar, bagian-bagian massa tersebut akan berserakan dan terpental menjauhi pusat dari ledakan. Miliaran tahun kemudian, bagian yang terpisah akan membentuk kelompok-kelompok galaksi.

2. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)

The Oscillating Theory dikenal dengan teori ekspansi dan kontraksi. Menurut teori ini, jagat raya terbentuk karena adanya suatu siklus materi yang diawali dengan massa ekspansi (mengembang).

Massa ekspansi atau pengembangan terjadi karena adanya reaksi inti hidrogen. Tahapan tersebut akan memulai pembentukan galaksi dengan rentang waktu kisaran 30 miliar tahun.

Berbagai galaksi dan bintang yang telah terbentuk dari proses itu akan meredup. Kemudian memampat atau memadat, didahului dengan keluarnya pancaran panas yang sangat tinggi.

Setelah mengalami pemampatan, maka tahap berikutnya adalah kembali ke proses mengembang. Kejadian ini akan muncul tanpa henti berkali-kali, sehingga komponen pengisi jagat raya jadi lebih banyak.

Dalam astronomi, Efek Doppler mendukung teori bahwa jagat raya mengembang. Teori Doppler mendeskripsikan adanya geseran warna spektrum cahaya yang terpancar oleh galaksi jauh akan pindah ke frekuensi yang berwarna lebih rendah.

3. Teori Nebula

Dikutip dari buku Bumi Tempat Kita Hidup Paket C Setara/SMA terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2017, Teori Nebula dikemukakan oleh filsuf Jerman yang bernama Imanuel Kant.

Kant menganggap bahwa tata surya berasal dari nebula, yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi. Perputarannya terbilang lambat, sehingga menghasilkan konsentrasi materi yang mempunyai berat jenis tinggi.

Berat jenis tinggi tersebut dinamakan inti masa. Adapun inti massa ini berada di tengah-tengah dan terbilang besar, sementara di sekelilingnya diisi oleh inti-inti massa yang ukurannya kecil.

Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang lebih kecil berubah menjadi planet-planet. Sedangkan yang paling besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi, yaitu matahari.

4. Teori Planetesimal

Forest Ray Moulton dan Thomas Chrowder Chamberlin, berpendapat bahwa tata surya berasal dari adanya bahan-bahan padat kecil. Bahan itu disebut planetesimal, dideskripsikan berada mengelilingi inti yang berwujud gas bersuhu tinggi.

Gabungan bahan-bahan padat kecil itu kemudian membentuk planet-planet. Sementara itu, terbentuk pula benda bernama matahari dari inti massa yang bersifat gas serta memiliki suhu tinggi.

5. Teori Pasang Surut

Astronom James Hopwood Jeans dan Harold Jeff reys, mengemukakan bahwa tata surya pada awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota.

Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari.

Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari, sehingga lama kelamaan mendingin dan membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.

6. Teori Awan Debu

Carl Friedrich von Weizsäcker dan Gerard Peter Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari awan. Adapun awan tersebut diklaim sangat luas, terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium).

Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar. Tahap ini terjadi sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuk piringan seperti cakram.

Inti cakram tersebut akan menggelembung dan menciptakan matahari. Sedangkan bagian pinggiran cakram mulai mengalami perubahan menjadi planet-planet.

7. Teori Keadaan Tetap (Steady State)

Jagat raya alam semesta juga terbentuk dari Teori Keadaan Tetap atau Steady State. Pembentukan jagat raya menurut Teori Steady State menyatakan bahwa alam semesta memang berada di kondisi tetap.

Teori ini berlawanan dengan beberapa teori lain yang menyertakan proses evolusi, ledakan, pergeseran, pengembangan, dan sebagainya. Steady State mengartikan jagat raya selalu ada di situasi yang sama.

Kendati demikian, berbagai perubahan kecil yang ada di alam semesta tetap bisa terjadi. Seiring berjalannya waktu, jagat raya bisa mengalami perubahan akibat adanya unsur hidrogen tak terbatas.

Baca juga artikel terkait ALAM SEMESTA atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Yuda Prinada