tirto.id - Lebam di kedua mata ditambah luka robek di batang hidung dan darah menggumpal di ujung bibir. Young Lex mengabadikan kondisi dirinya terbaring babak belur di kasur berwarna putih, seolah berada di ranjang rumah sakit. Kepada 1,1 juta pengikutnya di Instagram @young_lex18, ia mengaku baru saja berkelahi dengan K-Popers garis keras saat hendak datang ke acara jumpa sapa Lisa Blackpink.
Banyak rekan sesama selebritas yang memberi ucapan keprihatinan, mendoakannya segera sembuh dan kembali beraktivitas. Namun, tak sedikit juga dari warganet yang justru menghujat rapper sensasional itu. Mereka umumnya sangsi atas potret luka yang ditampilkan Young Lex. Sebelumnya, Lex dikenal sebagai salah satu fan Lisa, dan sempat diundang dalam acara Meet and Greet (MnG) Lisa yang diselenggarakan Shopee.
Namun, pada 19 Juli 2018, ia melontarkan kalimat pelecehan saat unboxing album Blackpink di kanal Youtube-nya.
“Buat bacol,” kata Lex sambil membuka gambar para anggota Blackpink.
Akibat ulahnya, pada 24 Juli 2018, Blink, sebutan bagi penggemar Blackpink di Indonesia, membuat petisi tolak Younglex hadir di MnG Lisa. Petisi ini berhasil mendapat 50 ribuan tandatangan.
Dua hari kemudian, pada tanggal 26 Juli 2018, Shopee menanggapi petisi dan membatalkan undangan untuk Young Lex. Hal itu dipertegas dengan nihilnya nama Young Lex pada daftar nama tamu undangan yang dimuat di Instastory akun @shopee_id (di-highlights dengan tajuk #ShopeeLISA).
“.... prioritas acara peluncuran YG Official Shop di Shopee nanti adalah keamanan, kenyamanan, dan menyajikan kondisi yang menyenangkan bagi semua pihak ….. hanya mengundang pribadi, komunitas, serta pemangku kepentingan yang memiliki pandangan serta langkah aksi yang sama dengan Shopee...”
Unggahan Young Lex yang mengaku mendapat kekerasan dari Kpopers pada tanggal 9 Agustus langsung mendapat bantahan pihak penyelenggara. Tirto mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut kepada Shopee dan mereka tegas menyatakan tidak ada insiden apapun yang terjadi selama acara berlangsung. Di waktu bersamaan, kami juga berusaha menghubungi Lex lewat surel, tapi hingga kini tak mendapat balasan.
Salah seorang penggemar Lisa, Neni (18) yang datang mulai jam 7 pagi hingga meninggalkan tempat acara MnG pukul 19.00 malam pun mengaku tak melihat kedatangan Lex. Saat itu, katanya penggemar sudah banyak antri dari pukul 6 pagi dan pintu baru dibuka pukul 15.00. Sementara acara berlangsung hingga pukul 18.00.
“Di sana kena dua kali body checking dan benar-benar ramai. Kalau Young Lex datang, pasti dicegah, karena dia sudah dicoret dari daftar undangan,” duga Neni.
Ren, satu dari sekian Blink Indonesia yang hadir dalam acara tersebut, juga sangsi lantaran tak ada satupun rekam gambar memperkuat alibi Lex. “Kalau ada dia, pasti sudah banyak yang foto jadi pasti cuma berita palsu,” ujar perempuan yang sudah mulai mengantre di Kasablanka pada pukul 6 pagi ini.
Sehari setelah ribut-ribut tentang unggahannya, pada Jumat malam (10/8/2018) Lex mengakui bahwa lukanya bohong semata.
“Selamat kena TROLL,” begitu nukilan caption Instagram-nya.
Namun, agaknya aksi prank yang ia buat tak begitu berhasil. Lebam yang ada di mata dan tulang hidung Lex terlampau jelas terlihat hanya riasan saja.
Special Makeup Effect (SFX) di Dunia Hiburan
Teknik riasan yang digunakan Young Lex untuk mengelabui warganet dinamakan Special Makeup Effect (SFX). Teknik ini dapat membuat efek yang ditimbulkan tubuh dari suatu kejadian dengan menggunakan metode seni tata rias. Misalnya membuat luka gores, luka lebam, darah menggumpal, efek muka stres, kerutan, dll.
Anis Nufus adalah salah satu Makeup Artist (MUA) yang mendalami seni rias dengan metode ini. Saat saya menyodorkan gambar Lex pertama kali, sebelum Lex mengakui tipuannya, pemilik akun Instagram @nufus_art ini sudah langsung bisa menebak bahwa memar itu palsu. Luka di pangkal hidung, katanya, bisa dibilang cukup bagus. Namun, celah riasnya terlihat pada darah yang terlalu tipis dan kurang nyata.
Darah menggumpal di sudut bibir juga terlihat kurang nyata. Seharusnya, menurut perempuan yang sudah menggeluti seni rias sejak tahun 2010 ini, darah yang keluar dari mulut berwarna lebih kental. Memar yang dibuat juga tidak sama konsistensinya. Jika ingin membangun cerita baru saja kena keroyok, maka memar harus berwarna merah tipis.
“Tidak cocok dengan memar di mata yang terlalu gelap, itu untuk memar yang sudah lama, sudah beberapa hari,” katanya menjelaskan pada saya. Efek yang dibuat dari riasan juga harus menyesuaikan dengan logika waktu dan kejadian.
Ia kemudian memberi bocoran teknik dasar membuat efek memar pada tubuh. Memar anyar didapatkan dengan cara mengaplikasikan warna merah tipis pada tubuh. Sementara efek memar lama atau dalam dibuat dengan mencampur warna merah, biru, hitam, putih sedemikian rupa dan menaburkan bedak setelahnya agar terlihat menyatu dengan kulit.
Lalu, untuk membuat luka potong diperlukan waks atau lateks yang ditempel pada kulit, disamarkan dengan foundation, dan diberi efek darah dengan mengiris lateks, membubuhkan warna merah, serta gradasi cokelat.
"Darah palsu dituangkan dari luka tersebut agar mengalir dan terlihat natural."
Di dunia hiburan, kita sudah tak asing dengan teknik SFX maupun turunannya yakni FX Prosthetics/transfer prostetik/transfer bondo. Menurut laman The Hollywood Makeup Academy, transfer bondo merupakan seni tata rias yang menambahkan prostetik (bagian tubuh palsu) untuk mengubah bagian tubuh. Teknik ini bisa mewujudkan efek cidera lebih parah seperti luka tembak, luka sayatan dalam, bekas luka, bagian tubuh yang dipotong atau dibakar.
Prostetik berbentuk seperti potongan daging yang lazim terbuat dari lateks, gelatin, atau silikon. Laman Tinsley Transfers menyebutkan teknik transfer bondo bermula dari keterlibatan special effects artist Christien Tinsley dalam pembuatan film Pearl Harbor (2001). Ia mengerjakan tata rias untuk banyak luka dan efek bakar setiap hari. Tinsley menyadari perlu alat yang cepat dan hemat waktu untuk menciptakan efek semacam itu.
Akhirnya, ia berinovasi memakai transfer tato yang mudah dipakai untuk realitas efek. Tekniknya berkembang menjadi transfer bondo menggunakan seni rias prostetik 3-D yang ditransfer ke kulit. Ide ini diciptakan selama pembuatan film The Passion of the Christ, 2004. Pada 2005 dan 2008, Tinsley mendapat Academy Award berkat gagasannya di bidang seni rias tersebut.
“Teknik SFX yang dibuat MUA profesional akan susah dibedakan ketika hanya sekadar dilihat, untuk membedakannya harus dipegang,” ungkap Nufus. Dalam dunia hiburan, juru rias menduduki posisi kunci. Visualisasi tokoh pada naskah hanya dapat diwujudkan dengan sentuhan tangan mereka.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani