tirto.id - Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI) Julius Ibrani buka suara atas pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut tragedi di Stadion Kanjuruhan disebabkan oleh infrastruktur yang buruk. Kepala negara sama sekali tak menyinggung soal gas air mata.
Julius menyebut pernyataan Jokowi mengindikasikan bahwa dirinya sedang menjadi juru bicara untuk kepolisian.
"Singkatnya gini kalau kemarin di kasus Ferdy Sambo kita lihat Komnas HAM jadi jubirnya kepolisian. Ya kali ini Jokowi yang jadi jubirnya kepolisian," kata Julius saat dihubungi, Kamis, 6 Oktober 2022.
Julius menilai keberpihakan Jokowi sudah terlihat ketika ia tiba di Malang dan langsung mendatangi Polisi serta pihak penyelenggara.
"Pertama-tama, ketika dia datang yang langsung dia temui itu siapa? Kan langsung kepolisian, pihak stadion, kan gitu. Artinya memang dia berada di posisi pelaku. Kepolisian, penyelenggara, dan segala macemnya," tandasnya.
Lebih lanjut, Julius melihat Jokowi seolah tak mampu berkutik ketika dihadapkan dengan peristiwa yang menyangkut institusi polri.
"Dari awal itu kalau sudah urusannya sama kepolisian itu seolah-olah posisi politik Jokowi gamang. Nggak bisa ngapa-ngapain. Dilihat dari situ, kita bisa lihat bahwa matra politik Jokowi itu full ada di kepolisian. Jadi mau badai sebadai apa pun, tragedi se-tragedi apa pun dia nggak akan ngapa-ngapain. Dan sisanya dia bicara gimik saja. Usut tuntas, usut tuntas. Itu aja, template," ucapnya.
Pembelaan Jokowi terhadap institusi Polri, menurut Julius, juga dibuktikan dengan naiknya anggaran Polri jelang tahun-tahun politik.
"Setiap 2 kali pemilu ini, sampai dia menang 2 periode, anggaran kepolisian menjelang tahun politik itu meningkat pesat. Dan itu juga pasti persetujuan presiden. Kan melalui presiden dulu baru dilempar ke DPR. Jadi kelihatan bahwa keberpihakannya itu juga diperkuat dengan perlakuan khusus untuk kepolisian," tegas Julius.
Presiden Jokowi mengunjungi Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, kemarin, usai menjenguk korban selamat di RS Saiful Anwar.
Usai meninjau lokasi tragedi maut, Jokowi bilang bahwa penyebab banyaknya korban tewas dikarenakan kondisi infrastruktur stadion yang tidak sesuai, ditambah lagi dengan kepanikan dari suporter.
Tak ada bahasan tentang tembakan gas air mata yang terucap dari mulut sang presiden. Padahal serangan gas air mata itulah yang menyebabkan massa kewalahan. Kepala negara juga tak menyinggung soal represifitas aparat kepada para Aremania.
"Saya lihat problemnya ada di pintu yang terkunci dan juga tangga yang terlalu tajam, ditambah kepanikan yang ada, tapi itu saya melihat lapangannya, semuanya akan disimpulkan oleh TGIPF, sekali lagi yang paling penting seluruh bangunan stadion diaudit oleh Kementerian PU," ucap Jokowi saat konferensi pers.
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Fahreza Rizky