tirto.id - Indonesia memiliki adat dan budaya yang kaya, termasuk dalam tradisi pernikahan. Salah satunya adalah pernikahan adat Betawi.
Adat pernikahan Betawi memiliki keunikan tersendiri karena dipengaruhi oleh kebudayaan di masyarakatnya, terutama Arab dan Tionghoa. Selain itu, agama Islam juga berperan penting dalam adat Betawi.
Sejarah Pernikahan Adat Betawi
Menilik sejarahnya, pernikahan adat Betawi lahir dari perpaduan beragam budaya yang berkembang di tengah masyarakat Betawi. Tradisi ini merupakan hasil interaksi antara suku asli seperti Priangan, Sunda, dan Jawa dengan pendatang dari berbagai daerah, termasuk Melayu, Arab, Tionghoa, dan Portugis.
Selain itu, pengaruh budaya Islam sangat kuat dalam pernikahan adat Betawi. Pengaruh ini terlihat dari pakaian pengantin yang menggunakan baju kurung dan kebaya, serta prosesi yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan doa-doa.
Oleh karenanya, gabungan budaya tersebut menghasilkan prosesi pernikahan adat Betawi yang khas, sarat makna, dan mencerminkan keberagaman yang menjadi identitas etnis Betawi. Setiap tahapan dalam pernikahan ini memiliki simbolisme yang mencerminkan nilai-nilai luhur serta kearifan lokal.
Tahapan Pernikahan Adat Betawi
Bagi yang ingin mengadakan pernikahan menggunakan adat Betawi, tentu harus mengetahui rangkaian proses dan maknanya.
1. Ngedelengin
Tahap awal dalam pernikahan adat Betawi adalah ngedelegin, yaitu proses pencarian jodoh atau pasangan. Biasanya, Mak Comblang berperan dalam menjodohkan calon pengantin.Jika kedua belah pihak merasa cocok, pihak laki-laki akan memberikan uang sembe atau angpao sebagai tanda keseriusan.
2. Ngelamar
Setelah proses ngedelegin berhasil, keluarga calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai wanita untuk melamar. Dalam prosesi ini, pihak pria membawa berbagai seserahan, seperti sirih embun, pisang raja, roti tawar yang dihias, serta uang sembah lamaran.Seserahan ini sebagai simbol niat baik untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.
3. Tande Putus
Tahap ini menandai kesepakatan resmi antara kedua keluarga untuk melanjutkan pernikahan. Perwakilan keluarga calon pengantin pria menyerahkan tande putus.Biasa, berupa cincin iris rotan, uang pesalin, serta beberapa jenis kue tradisional, sebagai simbol ikatan yang telah terjalin.
4. Penentuan Mahar
Pada tahap ini, keluarga calon pengantin berunding untuk menentukan mahar atau mas kawin yang akan diberikan oleh calon pengantin pria. Selain itu, mereka juga membahas hal-hal penting lainnya, seperti biaya pernikahan, tanggal akad nikah, serta jumlah baju pengantin yang akan digunakan.5. Masa Dipiare
Masa dipiare atau pingitan merupakan tradisi di mana calon pengantin wanita menjalani masa persiapan menjelang pernikahan. Selama periode ini, ia dijaga oleh dukun pengantin dan menjalani berbagai perawatan kecantikan serta bimbingan mental, agar siap memasuki kehidupan rumah tangga.6. Siraman
Prosesi siraman bertujuan untuk mensucikan calon pengantin secara lahir dan batin sebelum pernikahan. Calon pengantin wanita dimandikan dengan air bunga oleh dukun pengantin, setelah sebelumnya meminta restu kepada orang tua sebagai simbol pembersihan diri dan kesiapan menjalani kehidupan baru.7. Akad Nikah
Akad nikah menjadi inti dari pernikahan, di mana calon pengantin pria mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu dan saksi. Prosesi ini menandakan keabsahan pernikahan secara agama dan hukum.8. Ngarak Penganten
Setelah akad nikah, pengantin diarak dalam prosesi ngarak penganten menuju rumah keluarga mempelai wanita. Arak-arakan ini biasanya diiringi oleh musik tradisional Betawi seperti tanjidor, yang menambah kemeriahan suasana.9. Palang Pintu
Salah satu ciri khas pernikahan adat Betawi adalah prosesi Palang Pintu, di mana calon pengantin pria harus melewati berbagai tantangan dari pihak keluarga mempelai wanita. Tantangan ini berupa berbalas pantun dan atraksi silat, yang melambangkan perjuangan pria dalam meraih restu serta kesiapan menghadapi kehidupan rumah tangga.10. Pesta Pernikahan
Sebagai acara puncak, pesta pernikahan digelar untuk merayakan kebahagiaan kedua mempelai bersama keluarga dan masyarakat. Pesta ini biasanya diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni Betawi, seperti lenong dan gambang kromong, yang semakin memperkuat nuansa budaya dalam perayaan.Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno