Menuju konten utama

Survei SMRC: 43 Persen Responden Takut Bicara Politik Pasca 22 Mei

Dari hasil survei SMRC pada 1.220 responden, sebanyak 43 persen rakyat takut bicara politik demonstrasi 21-22 Mei 2019 berujung kerusuhan.

Survei SMRC: 43 Persen Responden Takut Bicara Politik Pasca 22 Mei
Massa aksi berhasil menjebol barikade dan kembali dipukul mundur oleh polisi. Bentrokan terjadi antara massa aksi dan polisi di depan gedung Bawaslu, Thamrin, Jakarta Pusat (22/5/19). tirto/Bhagavad Sambadha

tirto.id - Lembaga Survei Saiful Mujani Reseaech and Consulting (SRMC) merilis hasil survei terbaru terkait Pemilu 2019.

Direktur Program SMRC, Sirojudin Abbas mengatakan, dari hasil survei 1.220 responden, sebanyak 43 persen rakyat takut bicara politik demonstrasi 21-22 Mei 2019 berujung kerusuhan.

"Pertanyaannya apakah masyarakat sekarang takut berbicara politik. Saat ini, ada [tren] peningkatan, itu menyebabkan publik takut untuk berbicara politik," kata Abbas saat diskusi bertajuk 'Kondisi Demokrasi dan Ekonomi Politik Nasional Pasca Kerusuhan 21-22 Mei', di Kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/6/2019).

Ia menuturkan, tren kenaikan ketakut bicara politik dibandingkan dengan Pemilu 2014. Saat itu, jumlah responden yang takut bicara politik sebesar 17 persen.

"Ini perlu kita catat bahwa saat ini ada tren kenaikan perasaan takut di masyarakat untuk berbicara politik. Ada penurunan kualitas [kebebasan berpendapat]," ucap dia.

Meskipun begitu, Abbas menerangkan saat ini mayoritas masyarakat Indonesia tak menganggap takut berbicara politik. Sebab, dalam temuannya, 35 persen masyarakat Indonesia masih sering bicara politik.

Kemudian, sebanyak 25 persen jarang bicara politik, lalu 26 persen tidak pernah bicara politik, 8 persen selalu bicara politik, dan 7 persen tidak menjawab pertanyaan.

"Sebagian besar jarang atau tidak pernah merasa takut [bicara politik]," ujar dia.

Survei pasca Pemilu 2019 ini berlangsung 20 Mei sampai 1 Juni 2019 dengan metode multistage random sampling diikuti 1.220 responden.

Responden yang dapat diwawancarai tatap muka secara valid 1.078 atau 88 persen. Margin of error kurang lebih 3,05 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Politik
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali