tirto.id - Survei Charta Politika Indonesia terhadap periode 1-9 Maret 2019 menunjukkan 36,4 persen responden mengaku bakal mengubah pilihan capres-cawapres akibat faktor debat.
Kemudian, 10 persen lebih resmponden mengubah pilihan karena faktor tokoh agama, 9,2 persen karena terpengaruh bantuan sembako, dan 8,4 persen akibat politik uang.
Survei ini melibatkan 2.000 responden dari 34 provinsi di Indonesia, dengan metode acak bertingkat. Kemudian margin of error 2,19 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya mengatakan, debat jadi faktor dominan yang bisa mengubah pilihan paslon, karena karakter kedua pemilih paslon bersifat fanatik.
Ia melanjutkan, narasi yang dibangun kedua tim kampanye capres-cawapres dalam kampanye diprediksi juga tak memengaruhi pemilih berpindah haluan.
"Kasarnya mau ada tsunami apapun asal ga heboh banget susah [...] trennya sudah stagnan. Problem buat penantang, karena yang dibutuhkan akselerasi," kata dia.
Selain itu, menurut dia, pemilih yang belum bersikap (swing voters) juga terpengaruh dengan debat.
"Swing voters masih menunggu debat. Menarik melihat debat di sisa dua lagi," imbuh Yunarto.
Menurut dia, debat selama ini juga tak memuat substansi, sehingga belum kedua paslon belum dapat merangkul swing voters.
Saat ini tahapan Pilpres 2019 memasuki masa kampanye mulai Minggu (24/3/2019) hingga Sabtu (13/4/2019).
Yunarto mengatakan, dalam masa kampanye, diprediksi tidak berpengaruh terhadap peningkatan eletabilitas. Pengaruh kampanye, kata dia, hanya pada masing-masing basis pendukung.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Zakki Amali