tirto.id - Pembangunan PLTU di Deli Serdang, Sumatera Utara terus dilakukan, meski wilayah tersebut telah mengalami surplus listrik hingga lima belas persen.
Dana Prima Tariga, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara mengungkapkan, pembangunan PLTU secara terus-menerus akan membawa kerusakan bagi lingkungan, meninggalkan limbah yang merusak air, serta berdampak bagi kesehatan masyarakat sekitarnya, sebagaimana yang terjadi di PLTU Pangkalan Susu, Kabupaten Langka, Sumut.
"Basis dari pembangunannya masih proyek dan investasi. Bukan kebutuhan," kata Dana kepada Tirto di Cikini, Jakarta Pusat, pada Senin (3/12/2017).
Dana menilai, pembangunan ini tidak memandang risiko lingkungan maupun masyarakat yang hidup di sekitarnya. Pembangunan juga tidak dilakukan berdasarkan kebutuhan listrik, melainkan untuk keuntungan secara ekonomi, yakni investasi.
"Sumatera Utara itu surplus listrik 15 persen tapi harus tetap dibeli PLN. Lalu, arus listriknya buat siapa? Pembangunan sarana energi di Sumatera itu menghancurkan biodiversity dan tujuan utamanya hanya untuk investasi," kata Dana.
Dana menjelaskan, sudah ada dua PLTU di Sumut yang beroperasi dan tidak maksimal prosesnya, sehingga justru mencelakakan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan data milik Walhi, sejauh ini ada tiga desa yang sudah terdampak permasalahan kesehatan dari pembangunan PLTU tersebut.
"(Pembangunan) lebih baik berbasis kebutuhan masyarakat," kata Dana.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Yandri Daniel Damaledo