tirto.id - Waktu menopause kini bisa diprediksi. Studi teranyar menemukan, tes darah dapat dilakukan untuk membantu pasangan mengetahui batasan waktu untuk memiliki anak. Tes akan mengukur kadar hormon pada darah dan disebut anti-Mullerian hormone (AMH).
Anda mungkin mulai memperhatikan gejala menopause beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun sebelum menopause sebenarnya dimulai. Ini dikenal sebagai perimenopause. Dilansir Healthline beberapa gejala yang mungkin Anda perhatikan meliputi:
- Menipisnya rambut
- Kekeringan pada kulit
- Kekeringan pada vagina
- Dorongan seks yang lebih rendah
- Hot flashes
- Keringat malam
- Perubahan mood
- Periode tidak teratur
- Pertambahan berat badan
Menopause juga bisa diketahui melalui tes follicle stimulating hormone (FSH). Namun dalam penelitian terbaru, hasil FSH lebih bervariasi dan lebih sulit untuk ditafsirkan.
Para peneliti di AS kemudian menguji untuk mempredikisi kapan wanita akan mengalami menstruasi terakhir yaitu dengan menggunakan anti-mullerian hormone (AMH).
AMH ini dilepaskan dari indung telur wanita. Ketika kadarnya turun sangat rendah, itu menunjukkan ovariumnya hampir kehabisan sel telur fungsional dan menstruasinya akan segera berhenti.
Penelitian ini menguji 1.537 wanita berusia 42 hingga 52 tahun yang tidak mengalami menopause. Peneliti juga menggunakan tes AMH dan FSH. Namun hasilnya tes AMH lebih akurat daripada FSH.
AMH melihat pada usia di bawah 48 tahun, wanita memiliki peluang 51 persen untuk mengetahui kapan menstruasi terakhir mereka. Sementara sebanyak 79 persen peluang untuk wanita 52 tahun atau lebih dalam mengetahui menstruasi terakhir mereka.
Studi yang diterbitkan Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism (JCEM) ini lebih akurat lagi memprediksi menopause 2 tahun sebelumnya. Walaupun tes ini dapat memprediksi kemungkinan wanita dengan usia yang berbeda mengalami menopause dalam 1 hingga 3 tahun ke depan, tes ini tidak dapat mengatakan secara pasti kapan itu akan terjadi.
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang berarti kita harus berhati-hati dengan hasilnya. Para peneliti juga masih belum tahu seberapa sering wanita diuji untuk AMH, atau berapa banyak tes yang dilakukan setiap wanita.
Penulis: Febriansyah
Editor: Alexander Haryanto