Menuju konten utama
Ketahanan Pangan

Strategi Pemerintah Menghadapi Persoalan Harga Pangan Mahal

Arief sebut Bapanas bersama pemda telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota.

Strategi Pemerintah Menghadapi Persoalan Harga Pangan Mahal
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi saat konferensi pers Halal Bihalal di Kantor Bapanas, Jakarta, Kamis (18/4/2024). (Tirto.id/Faesal Mubarok)

tirto.id - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menuturkan, andil inflasi secara bulanan beberapa komoditas pangan di April 2024 antara lain bawang merah -0,14 persen, beras -0,12 persen, telur ayam ras -0,06 persen, dan cabai rawit -0,04 persen.

Dia mengatakan, tren deflasi komoditas pangan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh berbagai program intervensi yang dilakukan pemerintah selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Menjelang lebaran, kami implementasikan operasi pasar murah melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) yang terus digencarkan,” kata Arief dalam keterangan yang diterima, Jumat (3/5/2024).

GPM serentak dilaksanakan di berbagai daerah dan tentunya diiringi pula dengan memastikan stok pangan senantiasa tersedia di pasar, misalnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog.

“Lalu program bantuan pangan juga terus disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah,” kata dia.

Kebijakan relaksasi dan fleksibilitas harga juga diterapkan dan telah memberi kepastian bagi pemasok dan pelaku usaha dalam rantai pasok pangan nasional, terutama di pasar retail modern. Hal ini dilakukan semata-mata agar masyarakat memperoleh akses pangan yang mudah dan terjangkau.

Dalam hal ini, Arief mengaku pihaknya bersama pemerintah daerah dan segenap stakeholder pangan telah menyelenggarakan GPM sebanyak 4.020 kali di 37 provinsi dan 401 kabupaten/kota.

Sementara, realisasi pendistribusian beras program SPHP oleh Bulog sampai 25 April telah menyentuh total angka 650 ribu ton dari target 1,2 juta ton di tahun ini. Selanjutnya, bantuan pangan beras tahap pertama per 26 April pun telah mencapai 647 ribu ton atau 98,08 persen.

Lebih lanjut, bantuan penanganan stunting yang dikerjakan oleh ID FOOD dalam bentuk paket daging ayam beku seberat 0,9 sampai 1 kg dan 10 butir telur ayam, per 1 Mei telah diserahkan kepada 53.632 Keluarga Risiko Stunting (KRS). Program ini untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting di 2024 yang dicanangkan dapat mencapai 14 persen.

Mengenai situasi perberasan nasional ke depannya, Arief memberi atensi pada kesiapan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), terutama beras untuk bersiap menghadapi depresiasi produksi hingga akhir tahun.

“Untuk beras kita harus bersiap. Ini karena setelah Mei, proyeksi produksi dalam negeri kemungkinan akan mengalami depresiasi sampai akhir tahun, kecuali ada luas tanam yang lebih dari 1 hektar per bulannya,” kata dia.

“Bapanas telah meminta Bulog untuk terus menerus melakukan optimalisasi serapan produksi dalam negeri selama 2 bulan ini. Saat ini, bahkan Bulog terus melecut penyerapan sampai 30 ribu ton setara GKP per harinya. Kita patut dukung dan apresiasi itu,” kata dia.

Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional di April 2024 diperkirakan mencapai 5,53 juta ton dan di Mei 2024 berada di angka 3,19 juta ton. Selanjutnya pada Juni 2024 diperkirakan produksi beras mulai menurun menjadi 2,12 juta ton.

Baca juga artikel terkait PANGAN atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Flash news
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Abdul Aziz