Menuju konten utama

Strategi Hanura Gaet Gen Z: Siapkan Caleg Muda Membangun Daerah

Partai Hanura blak-blakan soal strategi menggaet pemilih muda Gen Z di Pemilu 2024, terutama bagaimana mengedukasi caleg muda untuk membangun daerahnya.

Strategi Hanura Gaet Gen Z: Siapkan Caleg Muda Membangun Daerah
Header Wansus Serfasius Serbaya Manek. tirto.id/Tino.

tirto.id - Di tengah padatnya kesibukan Serfasius Serbaya Manek sebagai Kepala Bidang Hukum DPP Partai Hanura dan juga sebagai pengacara, tim Tirto diterima di kantornya di daerah Jakarta Selatan. Kami berbincang banyak hal mulai dari deklarasi dukungan Hanura kepada Ganjar hingga harapannya soal anak muda di dunia politik.

Saat kami temui, ia juga baru saja menghadiri rapat internal Partai Hanura pada malam sebelumnya. Dalam rapat tersebut, sejumlah pembahasan termasuk persiapan rekrutmen bakal calon legislatif turut dibahas.

“Prinsipnya kita merekrut sebanyak-banyaknya menyeleksi seketat-ketatnya untuk memenuhi ketentuan aturan dan tentu ketentuan kualifikasi tokoh untuk melakukan pelayanan publik bila mana terpilih mewakili Partai Hanura untuk menjawab sebagai anggota legislatif,” kata Serfasius.

Berikut petikan wawancara kami, Fatimatuz Zahra, Bayu Septianto, dan Aris Widiarto dengan Serfasius Serbaya Manek mengenai Gen Z dan dinamika internal Hanura pada Jumat (29/4/2023).

Selain di rapat internal, seberapa sering Bapak rapat dengan Pak OSO (Oesman Sapta Odang, Ketua Umum Hanura)? Biasanya membahas apa saja?

Ini tahun politik tentu padat dengan aktivitas-aktivitas politik. Nah, Partai Hanura di dalam menghadapi tahun politik ini ketua umumnya sangat concern untuk melakukan konsolidasi organisasi, konsolidasi kader, sehingga rapat itu kan secara kuantitatif itu tidak hampir setiap hari rapat. Karena kebutuhan jangka pendek itu adalah kita memenuhi persiapan dan pemantapan untuk melakukan pendaftaran caleg.

Dalam kondisi ini, ketua umum fokus bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja tim seleksi agar target untuk menyeleksi 580 caleg secara kuantitatif itu terpenuhi dan tentu tidak mengabaikan aspek kualitatifnya.

Sebab, prinsipnya adalah bahwa itu untuk pelayanan publik, maka Pak Oso selalu melakukan seperti indoktrinasi, mengingatkan terus bahwa kita Hanura harus terus bekerja, berpikir, ya, tanpa mengenal waktu di dalam tahun politik ini. Tujuannya agar bisa menghasilkan kualitas caleg yang mumpuni untuk melakukan pelayanan publik karena prinsipnya partai Hanura punya tagline 'Membangun dari daerah dengan hati nurani.'

Ketua Umum kami, seorang politikus kawakan yang sudah kurang lebih 55 tahun berkarya di bidang politik juga seorang pengusaha sukses tentu dia punya parameter pengalaman itu disatukan dan akhirnya muncul satu pemikiran yang sangat visioner, bahwa Indonesia tidak maju kalau daerah tidak maju.

Daerah baru bisa maju kalau politik keberpihakan ada di daerah bagaimana bisa ada politik keberpihakan? Maka Partai Hanura menyiapkan SDM-nya sesuai ketentuan undang-undang untuk bisa berpartisipasi melakukan fungsi advokasi hukum dan ekonomi di daerah agar daerah itu tumbuh dan berkembang kompetitif sebagai basis pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertanyaan ini didasarkan pada hasil survei CSIS. Menurut survei tersebut, jumlah pemilih muda di Pemilu 2024 mendekati 60 persen, sangat besar, bagaimana strategi Hanura menggarap ceruk pemilih muda ini?

Pertanyaan ini menarik karena berdasarkan data Direktorat Dukcapil Kemendagri, rasio pemilih Gen Z itu kurang lebih 60-67 persen. Nah, kalau kita lihat ini kan sebagai bonus demokrasi sekaligus sebagai bonus demokrasi. Persoalannya adalah bagaimana pemilih Gen Z ini diberi ruang partisipasi untuk satu, menggunakan hak konstitusionalitasnya di dalam memilih dan dipilih.

Memilih, tentu dia berpartisipasi ketika Pemilu pada 18 Februari yang akan datang, dia tidak apatis, tapi dia datang ke TPS menyalurkan hak politiknya kepada siapa, kepada partai apa.

Dipilih, tentu kita harus meng-endorse, mengedukasi bahwa Partai Hanura, partai politik itu menjadi laboratorium pengkaderan, karena itu kita harus pastikan kepada mereka, jangan kalian apatis, jangan tidak tahu tentang politik, karena diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, negara kita, kita sendiri dibangun, diubah melalui proses politik yang dituangkan secara hukum administrasi di dalam kegiatan-kegiatan administrasi pelayanan publik sebagai indikator atau alat eksekusinya.

Makanya ada nomenklatur RT, RW, dusun, desa dan selanjutnya sampai presiden itu menunjukkan bahwa proses politik itu mulai dari tingkat RT, RW sampai kepada presiden. Dengan demikian, pemilih milenial [dan Gen Z] anak muda harus diedukasi dan Hanura menyadari itu penting.

Hanura melakukan itu dengan cara-cara bukan menempatkan mereka sebagai objek untuk dieksploitasi dalam kepentingan politik pragmatis, tetapi disadarkan bahwa mereka adalah aset bangsa. Mereka harus menyadari bahwa mereka punya hak konstitusional untuk memilih dan dipilih.

Apa yang menarik mereka kalau begitu? Nah, yang menarik mereka adalah bagaimana kita show off ya, ada success story politikus muda di Indonesia. Ini sudah banyak, hampir semua partai punya politikus-politikus muda atau kalau di Malaysia sekarang itu ada menteri-menteri umurnya di bawah 30 tahun.

Misalnya, Pak Menpora umur 32 tahun it means bahwa politik adalah alat eksekusi kepentingan pelayanan publik sehingga (kepada) anak muda partai Hanura mengingatkan, mengedukasi anak muda untuk mari bersama Hanura kita bangun bangsa dan negara yang kompetitif di tingkat nasional, regional, dan global.

Serfasius Serbaya Manek

Serfasius Serbaya Manek. tirto.id/Aris Widiarto

Apa saja program konkret yang sudah dilakukan Hanura untuk mengambil minat kawula muda?

Tidak ada sesuatu yang khusus untuk menggaet pemilih pemula, tapi secara konvensional kita mendekati figur-figur muda yang menjadi ikon daripada pemilih Gen Z (yang berusia sekitar) 18-28 tahun. Nah, cara-cara itu saja yang kita gunakan agar tingkat partisipasi mereka untuk ikut sebagai pemilih itu tinggi dan harapan mereka bisa memilih Hanura.

Sebab, Hanura punya konsen adalah membangun dari daerah dengan hati nurani bersama anak muda. Putra-putri terbaik desa adalah pioner daripada pembangunan nasional yang kompetitif.

Bagaimana cara Hanura meng-approach suara pemilih muda tanpa gimik? Artinya partai benar-benar bekerja sesuai harapan pemilih muda? Terutama dalam isu kesejahteraan masyarakat seperti penciptaan lapangan kerja, kesenjangan sosial, kebebasan sipil?

Kami punya program di dalam setiap pembekalan kader partai. Arahan ketua umum bahwa struktur pada semua tingkatan mulai dari DPP, DPD dan kabupaten kota harus bersinergi dengan stakeholder yang namanya pemilih Gen Z untuk berpikir dan bersama membangun daerah.

Karena itu hampir di setiap provinsi kami punya kader, baik yang ada di struktur kepartaian pada tingkat itu baik yang di eksekutif dan di legislatif punya program itu. Tentu mereka punya style sendiri-sendiri secara situasional sesuai dengan kondisi di daerah masing-masing ya.

Contoh kalau di NTT itu ada salah satu caleg muda dia berpendidikan S1 di Atmajaya, Jakarta S2 Bisnis Australia tapi dia pulang, dia tidak mau berkarya di kota, dia pulang ke NTT. Di Kupang, dia membangun pertanian. Nah, baru beberapa hari lalu dia melakukan panen. Dia mengumpulkan anak-anak muda (menunjukkan) bahwa lapangan kerja itu ada di desa.

'Saya yang tamatan secara akademik, tamat sekolah bisnis di Australia, saya tidak memilih untuk berkarya sebagai profesional di korporasi, tapi saya lebih memilih untuk ada di desa, karena pengetahuan, pengalaman yang dimiliki itu lebih applicable di desa untuk membangun ketahanan ekonomi di desa.'

Nah, ini contoh-contoh konkret bahwa ada anak muda yang sudah begitu visioner, mengedukasi rekan-rekannya yang mungkin belum beruntung untuk mengenyam pendidikan setinggi dia, sejauh dia. Tapi dia pulang, dia mengedukasi, mari bersama Hanura, bersama saya, kita belajar tentang bagaimana menanam sorghum.

Semua itu contoh-contoh di daerah, artinya pertanyaannya bagaimana Hanura sudah melakukan itu. Kader-kadernya melakukan itu, menginovasi, mengimprovisasi sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Kebutuhannya apa, apakah di pertanian, atau di bidang ekonomi mereka bagaimana bicara tentang akses modal, akses pasar, akses informasi.

Sebab, anak muda harus diedukasi untuk bagaimana mereka tahu mengakses modal seperti apa, mengakses pasar seperti apa, jualan apa, bagaimana, tentu dengan pemerintah sebagai fasilitator dan regulator. Nah, di situ peran kader-kader Hanura yang ada di eksekutif dan legislatif membantu.

Selain itu, isu tentang pemberantasan korupsi juga menjadi salah satu concern para pemilih muda ini, apa saja program Hanura terkait ini?

Prinsipnya begini bahwa partai politik, negara dan masyarakat bersepakat bahwa harus ada namanya clean governance. Itu prinsip dasarnya. Maka lahir undang-undang, (di antaranya) undang-undang tipikor, undang-undang TPPU.

Nah, bagaimana caranya agar isu korupsi yang akhir-akhir ini menjerat penyelenggara negara, politisi, itu tidak digeneralisasi oleh pemilih Gen Z sebagai momok, sehingga nanti politik distigma bahwa politik itu kotor, politik itu tidak baik, politik itu tidak penting.

Nah, Hanura melalui kader-kadernya pada semua tingkatan mengatakan bahwa itu tantangan. Sebab, faktanya memang ada (praktik korupsi), tetapi Hanura berpikir ini tidak bisa dicampuradukkan. Karena itu, pemilih gen Z harus diedukasi bahwa menggunakan hak konstitusional Anda itu tidak ada hubungannya dengan korupsi, karena korupsi itu prinsipnya pertanggungjawaban pribadi. Tindak pidana itu kan pertanggungjawaban pribadi atau korporasi. Sejauh kamu berpolitik dengan visi mengembangkan clean governance maka tentu isu korupsi itu tidak relevan.

Sebab, politik prinsipnya bahwa anak muda diedukasi politik tidak mengajarkan politikus atau calon politikus untuk korupsi. Korupsi itu kan perbuatan melawan hukum yang dilakukan perorangan atau kooperasi itu bukan karena politik.

Karena itu kita mau bilang: 'hai pemuda, hai pemilih Gen Z, mari berpartisipasi itu kan tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kamu masuk sehingga bisa berpartisipasi untuk melakukan langkah-langkah preventif terhadap isu penegakan hukum.' Sehingga pelayanan publik dengan amanat clean governance itu bisa berjalan sesuai dengan harapan dan mimpi masyarakat.

Karakter pemimpin politik nasional yang disukai pemilih muda ini pun mengalami pergeseran bukan lagi merakyat dan sederhana tetapi lebih ke sosok yang jujur dan antikorupsi dengan kompetensi kemampuan membuat perubahan dan memimpin di saat krisis, melakukan inovasi. Bagaimana Hanura menanggapi hal ini?

Hanura memfokuskan kepada teman-teman (kader) milenial, ini pergeseran paradigma berpikir daripada pemilih. Dia dulu dari priyayi ke merakyat. Dulu, tampilan para pemimpin atau figur pemimpin yang cenderung priyayi, orang mulai bosan atau resisten. Orang mulai beralih kepada pemimpin yang merakyat, sederhana, yang dipertontonkan oleh presiden kita. Tetapi paradigma ke depan itu akan bergeser kepada integrity and clean person atau sesuai dengan kebutuhan anak muda.

Bagaimana mereka berpikir secara digital untuk membangun negara, membangun masyarakat, khususnya membangun anak muda. Hari ini pemilih pemula itu sedang mencari format bagaimana (pemimpin yang) linear dengan mereka.

Nah, Hanura dari hari ke hari melalui kader-kadernya terus menyuarakan bahwa kita harus memiliki kemampuan, kita harus berintegritas. Kita bangun bersama melalui langkah-langkah pelatihan character building isu-isu akibat sosial ekonomi daripada korupsi. Isu yang saat ini menjadi tren global, bukan tren nasional tapi tren global.

Bagaimana Hanura melihat keberadaan pemilih muda? Apakah mereka hanya menjadi objek semata atau subjek yang harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan politik, baik itu di DPR maupun di partai?

Pemilih pemula itu harus dilihat sebagai subjek artinya dia pelaku pelaku politik, pelaku sejarah, pelaku pertumbuhan ekonomi yang menentukan arah kekuasaan. Bagaimana caranya kita rekrut mereka untuk menjadi calon legislatif? Saat ini kita rekrut pemilih muda yang usianya itu 21 tahun sampai 30 tahun banyak untuk menjadi calon anggota DPR di semua tingkatan itu contohnya.

Jadi kita setelah kita melakukan transfer knowledge terus kita mengajak mereka untuk masuk dalam sistem. Dengan begitu bisa linear dengan pemikiran mereka secara aktual. Apa yang mereka pikirkan di luar, ketika masuk ke dalam sistem bagaimana linear atau tidak? Kalau tidak bagaimana? Nah, itu kan harus dibicarakan dalam sistem.

Serfasius Serbaya Manek

Serfasius Serbaya Manek. tirto.id/Aris Widiarto

Animo pemilih muda untuk aktif dalam politik formal seperti mencalonkan diri dalam pemilu legislatif dan kepala daerah lumayan baik (hampir 15 persen, Survei CSIS). Namun, belum tersedia mekanisme politik di internal partai yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif, seperti masih rendahnya ketertarikan mereka menjadi kader atau anggota partai. Ke depan partai politik perlu memberikan kuota pencalonan khusus bagi pemilih muda. Mungkin enggak?

Saya pikir dari aspek hukum tidak perlu. Sebab, undang-undang partai politik itu salah satunya bahwa partai politik itu kan mengedukasi. Norma itu ada di dalam Undang-Undang Partai Politik. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik.

Salah satu tugas partai politik itu kan mengedukasi sehingga kita tidak perlu membuat terlalu banyak aturan sementara aturan yang ada itu belum dijalankan secara maksimal kepada masyarakat, khususnya kepada pemilih Gen Z. Untuk mengetahui ruang hak konstitusional mereka tidak usah terlalu banyak aturan. Banyak aturan tidak dieksekusi, malah tumpang tindih.

Masalah internal Hanura bisa dikatakan menjadi biang gagalnya Hanura melenggang ke Senayan pada Pemilu 2019 lalu, apakah ini akan menjadi tantangan khusus Hanura di Pemilu 2024, terutama dalam menggaet pemilih muda?

Saya tidak sepakat dengan terminologi konflik, karena di dalam partai politik itu tidak ada konflik, yang ada dinamika. Memang Hanura 2019 itu ada dinamika. Nah, tentu bila mana teman-teman itu melihat digital record dari Partai Hanura ketika itu, maka kami sudah punya cara dan melalui kader kami, ketua umum selalu mengarahkan bahwa sampaikan kepada masyarakat, sampaikan kepada konstituen kita bahwa kita saat ini dalam posisi siap dengan metode tata kelola kepartaian.

Pemilih muda, utamanya Gen-Z bisa dibilang generasi digital yang bisa saja akan mencari rekam jejak partai politik di internet, nah, strategi apa yg akan dijalankan Hanura terkait hal ini? Mengingat masa lalu Hanura sempat diliputi konflik internal berujung dualisme kepengurusan.

Begini kalau ada yang bertanya kita menjelaskan. Namanya netizen kalau ada yang mengomentari kita jelaskan. Yang mau kita stressing itu bahwa ‘hai teman-teman, kalian jangan melihat itu seakan-akan konflik, karena prinsipnya partai itu adalah di laboratorium perbedaan.’

Kami ketika itu bukan konflik, tapi ada dinamika. Ada perbedaan-perbedaan kecil yang menjadi gimik demokrasi internal. Itu yang sedikit ya punya dampak pada persiapan kami menghadapi Pemilu 2019. Hari ini situasi itu sudah manageable Pak Oso sebagai Ketua Umum. Seorang ahli manajemen dan politisi kawakan.

Dia sudah membuat pemetaan bagaimana dia membuat keseimbangan layaknya seorang pilot mengemudikan pesawat. Bila mana ada turbulensi, ada dinamika bagaimana beliau membuat keseimbangan. Sehingga dinamika itu jangan sampai menenggelamkan pesawat atau membuat pesawat jatuh.

Dan beliau hari ini sangat piawai dengan mengelola Partai Hanura dengan konsep itu. Hari ini Hanura, teman-teman pemilih pemula dan masyarakat tahu bahwa Hanura di bawah kepemimpinan Pak Oso ini siap memenangkan Pemilu 2024. Karena itu kita selalu berpartisipasi di ruang publik sebagai kewajiban partai untuk bicara tentang politik dan mengedukasi publik tentang politik, (termasuk) terkait dinamika politik nasional yang hari ini terjadi.

Media sosial Hanura sampai saat ini belum terlihat gencar menggaet para pemilih muda, apakah memang belum masuk rencana pemenangan atau seperti apa?

Terima kasih, ini sebuah masukan artinya ini ada partisipasi publik melalui rekan-rekan yang melihat bahwa Hanura belum punya kanal khusus untuk mengedukasi anak-anak muda. Sementara di-develop, as soon as possible akan dilaunching khusus menjadi kanal saluran berpandangan, bertukar ide dengan teman-teman pemilih Gen Z agar interaktif.

Apakah Hanura sudah mulai aktif mendekati partai-partai lain terutama yang ada di Parlemen untuk membicarakan koalisi 2024, terlebih setelah menetapkan dukungan kepada Ganjar Pranowo sebagai Capres?

Prinsip arahan Ketua Umum Partai Hanura mendukung dan hati-hati. Karena itu tanpa harus komunikasi politik kita melihat bahwa figur itu representasi harapan masyarakat. Yang kedua, dia punya irisan pandang dengan filosofi Partai Hanura, maka itu menjadi pilihan Hanura.

Dan itu syarat itu ada pada Bapak Ganjar Pranowo sehingga ketika Ketua Umum PDIP Ibu Hj Megawati Soekarnoputri mengumumkan Bapak H Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDIP, selang sekian jam, ketua umum kami melakukan zoom meeting dengan seluruh DPD seluruh Indonesia untuk menyerap aspirasi.

Seketika kita mendukung Pak Ganjar Pranowo sebagai capres. Jadi kita mendukung, pertama, bukan karena komunikasi dulu, tapi kita lihat figur ini punya irisan pandang dengan Partai Hanura atau sesuai filosofi Partai Hanura. Soal komunikasi politik tentu di dalam berpolitik itu kan pasti dinamis, pasti akan ada entah kapan tetapi itu menjadi hak prerogatif dari para ketua umum.

Apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan dukungan ke Ganjar Pranowo sebagai capres 2024?

Kriteria makronya begini, satu, pemimpin ini, dia diterima oleh publik dan secara saintifik semua lembaga survei mengunggulkan Pak Ganjar. Artinya, beliau diterima oleh publik. Yang kedua, dia tidak punya rekam jejak menjadi figur yang kontraproduktif di masyarakat terkait isu-isu politik identitas yang mengarah kepada ketajaman polarisasi. Karena Hanura sebagai partai yang menjunjung tinggi nilai-nilai NKRI tentu menjadi figur yang memenuhi kriteria itu, dan Pak Ganjar adalah orangnya.

Setidaknya tiga partai sudah mendukung Ganjar, sudah adakah pembahasan mengenai cawapres?

Partai Hanura belum secara terbuka untuk menyatakan kepada partai dalam hal ini PDIP siapa (cawapresnya). Itu etika politik ya. Tapi kalau kriteria umumnya sama, bahwa seorang cawapres harus punya chemistry dengan presiden sehingga di dalam membangun itu kan tidak ada dua matahari. Harus seiring sejalan.

Yang kedua, tentu dia punya nilai elektoral yang bisa menutupi kekurangan dari calon presiden.

Yang ketiga, dia harus diterima oleh semua kalangan khususnya dia tidak ada resistensi atau penolakan dari tokoh-tokoh cendekiawan baik muslim khususnya NU, Muhammadiyah dan lain-lain.

Siapa saja tokoh yang kira-kira memenuhi kriteria tersebut?

Ya, apa yang dikatakan oleh Pak Jokowi pada hari lebaran kemarin, dan orang-orang itu punya kapasitas. Tergantung capresnya mau siapa. Itu kan tentu ada pertimbangan tersendiri untuk sampai pada siapanya. Tapi prinsipnya apa yang disebut di media massa itu tokoh-tokoh hebat, visioner yang bisa diusung entah sebagai capres, cawapres untuk membangun bangsa dan negara tercinta ini.

Mereka adalah orang hebat yang patut kita contoh. Patut dicontoh oleh anak-anak muda bahwa Indonesia sebagai negara besar harus mempertontonkan kepada dunia bahwa figur-figur yang bisa mendunia itu tidak defisit. Itu bukti. Yang bisa jadi presiden itu satu orang, yang bisa jadi cawapres satu orang. Tapi pesan ke luar bahwa Indonesia punya tokoh-tokoh hebat, Indonesia negara kaya, kaya sumber daya alam, kaya SDM yang siap berkompetisi di tingkat global untuk menuju Indonesia Millennium Gold tahun 2045.

Baca juga artikel terkait WAWANCARA atau tulisan lainnya dari Fatimatuz Zahra

tirto.id - Politik
Reporter: Fatimatuz Zahra
Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Maya Saputri