tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) DKI Jakarta yang diberlakukan lagi per 14 September tak akan sedalam pertama. Ia bilang masyarakat sudah memiliki pengalaman menjalankan PSBB cukup ketat pada Maret-Juni 2020 sehingga aktivitas ekonomi sampai permintaan ia yakini masih mampu bertahan dari penurunan lebih dalam.
“Mereka pasti akan melakukan adjustment, sehingga dampaknya tidak akan sedalam Maret-April lalu. Karena saat itu masyarakat baru pertama kali mengalami PSBB, jadi belum memiliki pengalaman,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (22/9/2020).
Sri Mulyani menjelaskan pada PSBB di awal Maret 2020, aktivitas ekonomi hampir seluruhnya berhenti. Imbasnya perekonomian mengalami kontraksi cukup dalam.
Pada PSBB September 2020 ini, ia meyakini masyarakat dapat mencari keseimbangan antara beraktivitas luar ruangan sekaligus tetap memperhatikan protokol kesehatan. Ia bilang berbagai penyesuaian ini sudah terjadi dan ia harapkan dapat memberi respons positif buat ekonomi.
Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya protokol kesehatan dan edukasi. Ia bilang peningkatan aktivitas harus tetap aman dari risiko dan penularan COVID-19. Jika tidak, ia khawatir pemulihan ekonomi akan terhambat.
Tren ini, kata Sri Mulyani, bakal berlangsung hingga 2021. Masyarakat menurutnya tetap harus bisa menjaga keseimbangan sampai 2021 nanti. Sebab belum ada jaminan vaksin akan berhasil apalagi COVID-19 akan berhenti dalam kurun waktu singkat.
“Karena COVID masih akan bersama kita, tidak akan berhenti sekarang, sampai akhir tahun bahkan 2021, bahkan saat vaksin ditemukan pun tidak berarti semua menjadi netral kembali. Jadi kita harus betul-betul melakukan penyesuaian akibat COVID-19,” ucap Sri Mulyani.
Sebaliknya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto justru mengaku khawatir pengumuman itu bakal berdampak buruk buat ekonomi. Ia mencontohkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh posisi di bawah 5.000 sehari setelah pengumuman.
Airlangga juga khawatir pengumuman tersebut bakal memengaruhi kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam negeri.
“Jadi kami lihat ada kepercayaan publik keyakinan konsumen. Kembalinya sektor produktif. PMI itu kan tergantung keyakinan pabrik menjalankan pabriknya. Itu kuncinya kepastian. Yang kita hindari itu surprises,” ucap Airlangga dalam acara bertajuk, “Anies Rem Darurat, Pusat Tercekat?” yang tayang, Minggu (13/9/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz