Menuju konten utama

Sri Mulyani Ungkap Alasan Kenaikan Cukai Rokok Tak Bisa Drastis

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kenaikan cukai rokok tidak bisa dilakukan terlampau drastis seperti diusulkan oleh sejumlah pemangku kepentingan.

Sri Mulyani Ungkap Alasan Kenaikan Cukai Rokok Tak Bisa Drastis
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara (kanan) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (26/8/2020). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan kenaikan cukai rokok tidak bisa dilakukan terlampau drastis seperti diusulkan oleh sejumlah pemangku kepentingan. Ia bilang jika kenaikan cukai rokok terlalu tinggi, ada risiko peredaran rokok ilegal semakin marak dan juga menyulitkan pemerintah.

“Ada yang bikin rokok ilegal. Makin tinggi harganya [rokok legal] makin seneng dia karena [beda] harga market price dan ilegal akan sangat besar,” ucap Sri Mulyani dalam kuliah umum bertajuk “Kebijakan Keuangan dan Pengawasannya dalam Mengatasi Pandemi COVID-19”, Rabu (18/11/2020).

Penjelasan ini merupakan satu dari empat alasan Sri Mulyani dalam mempertimbangkan kenaikan cukai rokok. Pertimbangan ini ia sampaikan ketika menjawab pertanyaan dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) UI yang menanyakan kapan kenaikan cukai terjadi dan seberapa besar.

Kenaikan cukai, menurut PKJS, penting karena riset mereka menunjukkan kecenderungan merokok dari keluarga penerima bansos lebih tinggi dari yang tidak dapat. Bahkan kecenderungan merokok naik selama pandemi COVID-19.

Sri Mulyani bilang pembuatan rokok ilegal sangat mudah. Prosesnya bisa dilakukan dalam rumah dan mesinnya dapat dipindahkan sesuai keperluan. Hal ini sedikit-banyak bakal menyulitkan petugas yang bakal menindak peredarannya. Untuk perkara ini, Sri Mulyani bilang Bea dan Cukai Kemenkeu menjadi ujung tombaknya tetapi mereka juga punya keterbatasan.

“Jadi bayangkan teman-teman Bea Cukai mengejar orang memproduksi rokok ilegal sampai ke garasi,” ucap Sri Mulyani.

Selain rokok ilegal, Sri Mulyani menyebutkan dirinya terganjal dengan pertimbangan nasib petani dan pekerja di industri rokok. Ia bilang tidak semua rokok dibuat menggunakan mesin dan petani masih memegang porsi sebagai pemasok tembakau ke industri rokok dalam jumlah tertentu.

Meski demikian, ia memastikan tetap akan mempertimbangkan aspek kesehatan. Aspek ini mencakup meningkatnya prevalensi perokok anak dan usia muda dari waktu ke waktu karena harganya terjangkau.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN CUKAI ROKOK atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri