Menuju konten utama

Sri Mulyani: Transisi Ekonomi Hijau Tak Tingkatkan Angka Kemiskinan

Transisi ekonomi hijau tidak akan menaikkan angka kemiskinan dan pengangguran, kata Menkeu Sri Mulyani.

Sri Mulyani: Transisi Ekonomi Hijau Tak Tingkatkan Angka Kemiskinan
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tirto.id/Dwi Aditya Putra

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memastikan transisi ekonomi hijau (green economy) tidak akan menaikkan angka kemiskinan dan pengangguran. Justru sebaliknya akan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru di Tanah Air.

"Transisi green economy seharusnya tidak mendorong kenaikan kemiskinan atau pengangguran," ujar Sri Mulyani dalam Rangkaian G20: Sustainable Finance for Climate Transition di Nusa Dua, Bali, Kamis (14/7/2022).

Dalam konsep ekonomi hijau, pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan bisa dicapai lewat investasi publik dan swasta. Caranya dengan menggunakan infrastruktur dan aset yang dapat memangkas emisi karbon dan polusi, meningkatkan efisiensi energi dan sumber daya serta pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dalam ekosistem.

Berdasarkan kajian Bappenas, pertumbuhan ekonomi dengan konsep ekonomi hijau diharapkan bisa sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Hal ini tidak bisa terlepas dari pertumbuhan penduduk yang cepat dan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi serta konsumsi sumber daya alam.

"Transisi green economy adalah generasi masa dengan dan juga memastikan perlindungan bagi generasi sekarang khususnya masyarakat miskin dan rentan," jelasnya.

Contoh Praktik Ekonomi Hijau

Berdasarkan laporan Green Growth Index (GGI) terbaru, Swedia merupakan negara terbaik yang menerapkan ekonomi hijau. GGI merupakan indeks yang dirilis oleh Global Green Growth Institute untuk mengukur pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan negara-negara di dunia.

Mengutip laman resmi pemerintah Swedia, dijelaskan bahwa Swedia merupakan negara pertama yang mengesahkan undang-undang perlindungan lingkungan sejak 1967. Negara Skandinavia itu mengelola ekonominya secara substansial sembari mengikis emisi karbon dan polusi. Saat ini, lebih dari setengah pasokan energi nasional Swedia berasal dari energi terbarukan.

Di perkotaan, Stockholm yang merupakan Ibu kota Swedia, telah mengalami perkembangan jumlah populasi yang signifikan. Pada 1950-an kota itu sudah padat penduduk, sementara jutaan orang perlu disuplai dengan air, udara dan energi bersih.

Di negara berkembang, pembangunan perumahan di hutan dan lahan pertanian kerap jadi solusi untuk masalah tersebut. Tetapi Stockholm justru mendirikan taman nasional di perkotaan untuk melindungi ruang hijau. Ini merupakan yang pertama di dunia.

Contoh lain dari praktik ekonomi hijau adalah menggunakan bahan bakar non fosil yang tak menghasilkan banyak zat karbon. Pada 2030, Swedia menargetkan bebas bahan bakar fosil di sektor transportasi. Lalu, pada 2045, negara itu berharap benar-benar lepas dari penggunaan bahan bakar fosil serta mewujudkan keseimbangan iklim.

Baca juga artikel terkait EKONOMI HIJAU atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin