tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan konsumsi listrik pada Juni 2020 mengalami perbaikan menandakan aktivitas ekonomi industri dan pelaku usaha sudah mulai berjalan normal.
Selama Juni 2020 merupakan bulan ketika pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Secara umum pertumbuhannya pada Juni 2020 mencapai 5,4 persen, naik dari Mei 2020 yang minus 10,7 persen dan April 2020 minus 1,7 persen.
“Pertumbuhan konsumsi listrik menunjukkan adanya pembalikan. Ini mengonfirmasi kegiatan ekonomi menggeliat,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Senin (20/7/2020).
Secara lebih rinci, pertumbuhan konsumsi listrik di seluruh sektor rata-rata mengalami perbaikan. Industri misalnya yang memegang porsi 31,7 persen, tumbuh 3,7 persen padahal Mei 2020 minus 33,1 persen dan April 2020 minus 11,8 persen.
Bisnis yang menyumbang 18,4 persen konsumsi listrik, tumbuh minus 10,5 persen pada Juni 2020. Nilai ini masih lebih baik dari Mei 2020 yang minus 22 persen dan April 2020 yang minus 17,9 persen. Sementara itu, konsumsi listrik rumah tangga dengan porsi 42,3 persen tercatat masih stabil dengan pertumbuhan 12,7 persen di Juni 2020.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyoroti indikator lain yang menunjukkan adanya perbaikan aktivitas ekonomi seperti impor yang mengalami perbaikan. Secara berturut-turut, impor bahan baku naik menjadi minus 10,25 persen dari Mei 2020 minus 41,39 persen, impor barang konsumsi naik menjadi 24,71 persen sebelumnya hanya minus 41,23 persen, dan barang modal tumbuh 2,7 persen sebelumnya minus 47,10 persen.
Tanda lainnya yang ia catat termasuk kinerja Purchasing Managers' Index (PMI) yang sudah tercatat mengalami kenaikan di angka 39,1 di Juni 2020 membaik dari bulan sebelumnya yang menyentuh 25 poin dan 28 poin selama April-Mei 2020. Meski masih di bawah 50 poin sehingga posisinya masih terkontraksi.
Industri Pulih, Konsumsi Belum
Meski industri bergeliat, nyatanya dari sisi konsumen belum semuanya mencatatkan perbaikan signifikan. Indeks penjualan riil (IPR) masih minus 14,4 persen yoy meski naik dari minus 20,6 persen yoy di Mei 2020.
Indeks keyakinan konsumen Juni 2020 hanya naik tipis menjadi 83,8 dari sebelumnya 77,8 di Mei 2020. Sementara itu kredit konsumsi masih melemah dengan kisaran 4,1 persen.
Inflasi kumulatif di Juni 2020 tercatat hanya 1,09 persen year to date (ytd) padahal menurut Sri Mulyani bisa di angka 2,11 persen ytd selama 3 tahun ke belakang.
“Meskipun ekonomi menggeliat, inflasi masih sangat rendah. Juni biasanya di atas 2 persen ytd,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri