Menuju konten utama

Soal Uang Braile, Hashim Djojohadikusumo Bikin Malu Prabowo?

Hashim Djojohadikusumo dianggap lucu karena tak paham kode tunanetra pada uang kertas.

Soal Uang Braile, Hashim Djojohadikusumo Bikin Malu Prabowo?
Wakil Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Hasjim Djojohadikusumo menghadiri konfrensi pers pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno di kantor DPP Partai Gerindra, Rabu 15 Februari 2015. Tirto.id/Jay

tirto.id - Direktur Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo menegaskan akan membuat mata uang versi huruf braile. Janji itu akan dilaksanakan kandidat nomor urut dua dalam Pilpres 2019 jika terpilih.

“Sory saya tadi lupa katakan, sebetulnya itu ide saya, itu untuk bikin mata uang braile. Itu salah satu komitmen kami untuk mata uang braile,” kata adik Prabowo Subianto itu saat peluncuran buku "Paradoks Indonesia" versi huruf Braile di Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (16/11/2018).

Alasannya, Djojohadikusumo mengklaim pernah mendapatkan masukan dari para tunatetra yang bekerja di panti pijat. Menurutnya mereka sering menjadi korban penipuan.

“Ada banyak yang kerjanya sebagai tukang pijat di panti pijat, sering kawan-kawan kami yang tunanetra ditipu oleh pelanggannya. Seharusnya Rp50 ribu, dikasih Rp500 atau Rp1000,” jelasnya.

Tirto lantas mencoba untuk menghubungi Koordinator Juru Bicara Tim BPN Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar pada Minggu (18/11/2018) siang guna memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai pernyataan Hashim. Namun baik panggilan telepon dan pesan singkat tak direspons. Upaya serupa juga dilakukan kepada Juru Bicara Prabowo-Sandiaga yang lain, yakni Andre Rosiade.

Janji Politik yang Lucu

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding mengatakan, Djojohadikusumo tak perlu membuat uang versi braile. Sebab BI sudah membuat uang kertas yang ramah bagi penyandang tunanetra.

“Prinsipnya adalah uang yang beredar di masyarakat bisa dipahami, dibaca, dan dimengerti oleh semua orang, termasuk teman-teman penyandang disabilitas, dalam hal ini tuna netra,” ujar Karding kepada reporter Tirto, Minggu (18/11/2018).

Sedangkan Juru Bicara TKN Jokowi-Ma’ruf Amin yang lain, yakni Arya Sinulingga, menganggap gagasan Djojohadikusumo itu lucu. Menurut Arya, komentar Djojohadikusumo menunjukkan ia tidak mengerti apabila uang kertas saat ini sudah dilengkapi dengan kode tunanetra.

“Pak Hashim bilang ini supaya kalau jadi tukang pijat, tuna netra tidak dibohongi orang. Tunanetra itu kan banyak pekerjaannya, tidak hanya tukang pijat. Jadi jangan direndahkan juga,” jelas Arya.

Ternyata Sudah Lama Ada

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman Zainal menegaskan, sudah lama Indonesia menerbitkan mata uang yang ramah tunanetra. Dalam uang kertas terdapat kode tuna netra atau blind code.

“Bisa mendeteksi uang palsu. Mohon penjelasan ini tdk dibawa ke ranah politik ya,” kata Zainal kepada reporter Tirto, Minggu (18/11/2018).

Pada 28 September 2011, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), BI merilis uang kertas dengan desain baru. Dyah N.K. Makhijani, direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat saat itu menjelaskan, tujuannya untuk meningkatkan perlindungan dari upaya pemalsuan serta mengoptimalkan fungsi elemen desain.

Uang kertas rupiah pecahan 20 ribu, 50 ribu dan 100 ribu itu dilengkapi dengan blind code. Semula tanda itu tidak kasat mata, diubah menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila disentuh. Letaknya di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.

Ketika BI memperkenalkan tujuh pecahan uang kertas emisi 2016 (PDF) pun, blind code tidak dihilangkan. Terlebih justru diperluas jangkauannya menjadi bisa ditemukan pada semua pecahan mata uang kertas selain Rp1.000 dan Rp5 ribu.

Penetapan kode tunanetra dilakukan oleh BI melalui komunikasi dengan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni). Tujuannya untuk mengembangkan kode-kode khusus yang diharapkan akan semakin memudahkan penyandang tunanetra mengenali nominal dan keaslian uang rupiah.

Kode-kode itu berupa: satu persegi empat untuk uang kertas Rp2 ribu, satu lingkaran untuk Rp10 ribu, dua persegi empat untuk Rp20 ribu, dua segitiga untuk Rp50 ribu, dan dua lingkaran untuk Rp100 ribu.

Hal itu tercantum dalam laporan BI bertajuk, "Tanya Jawab Mengenal Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah.”

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Politik
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Dieqy Hasbi Widhana