tirto.id - Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin menilai penggunaan istilah “Koalisi Keumatan” dapat memicu perpecahan masyarakat di Indonesia.
Ngabalin berpendapat istilah tersebut dapat memunculkan stigma adanya sekelompok orang di Indonesia yang tergolong umat dan bukan umat. Dia menegaskan rakyat Indonesia tidak boleh tersesat dalam memaknai sebuah istilah. Menurut Ngabalin, semua rakyat Indonesia, apapun agamanya, merupakan umat.
“Umat itu adalah seluruh anak bangsa yang bertuhan. Yang percaya adanya Tuhan, yang percaya adanya Allah, serta yang berkeyakinan akan adanya Tuhan pencipta langit dan bumi,” ujar Ngabalin di Jakarta pada Rabu (6/6/2018).
Istilah Koalisi Keumatan muncul setelah tokoh Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Arab Saudi.
Dalam pertemuan tersebut, Rizieq menyampaikan sejumlah pesan, yang salah satunya meminta untuk segera mendeklarasikan Koalisi Keumatan guna menentukan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019 mendatang.
Ngabalin menambahkan, jika istilah “umat” merujuk pada penganut agama Islam, maka Presiden Joko Widodo sekalipun adalah umat Islam.
“Gunakanlah pilihan kata-kata yang santun dan tidak memecah belah rakyat. Ada banyak rakyat beragama Islam di Indonesia yang menjatuhkan pilihannya ke Presiden Jokowi. Jadi umat mana yang mau kita maksudkan [oleh Koalisi Keumatan]?” kata Ngabalin.
Mengenai Pilpres 2019, Ngabalin berharap masyarakat bisa memperoleh informasi yang baik dan benar menyongsong agenda tahun politik tersebut.
“Tidak boleh juga terjadi adanya ancam-mengancam terhadap persiapan Pemilu di masa yang akan datang,” kata Ngabalin.
Dia juga mengimbau masyarakat menentukan pilihannya di Pemilu dan Pilpres 2019 berdasarkan hati nurani serta fakta dan realitas yang terjadi di lapangan.
Dia juga mengajak semua pihak untuk berpolitik secara santun serta mengedepankan perbuatan yang terpuji. Ia mengklaim dirinya berkewajiban untuk menampakkan wajah yang segar, santun, dan bisa mengumpulkan banyak orang dalam rangka menyongsong Pilpres tahun depan.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom