Menuju konten utama
11 Maret 2006

Slobodan Miloševic, Presiden Pelaku Kejahatan Perang di Balkan

Milošević menghadapi 66 dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang selama masa Perang Yugoslavia dari 1991 hingga 2001.

Slobodan Miloševic, Presiden Pelaku Kejahatan Perang di Balkan
Header Mozaik Penjahat Perang Balkan. tirto.id/Tino

tirto.id - Sebuah proses hukum atas kejahatan perang digelar oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) sejak Februari 2002. Tersangka utamanya adalah Slobodan Milošević, Presiden Republik Federal Yugoslavia yang menjabat dari 1997 hingga 2000.

Milošević bukan orang baru dalam dunia politik. Ia sudah menjabat juga sebagai presiden pertama Republik Serbia (1991-1997), dan Republik Sosialis Serbia (1989-1991). Dalam periode itulah kejahatan yang dituduhkan kepadanya terjadi.

Milošević menghadapi 66 dakwaan kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang selama masa Perang Yugoslavia yang berlangsung dari 1991 hingga sekitar tahun 2001. Persidangan itu berlarut-larut. Milošević menolak mengakui semua tuduhan itu. Meski mengaku tidak salah, namun data menunjukkan banyak tindakan kriminalitas terjadi di era pemerintahannya.

Sebelum pengadilan ICTY digelar, tekanan politik membuat Milošević didakwa oleh Pengadilan Kriminal Internasional PBB pada Mei 1999 ketika Perang Kosovo pecah. Ia didakwa atas tuduhan melanggar hukum perang, melanggar Konvensi Jenewa. Belakangan, tuduhan genosida disematkan kepadanya. Bahkan dalam rincian tuntutan disebutkan bahwa Milošević secara paksa mendeportasi 800.000 etnis Albania dari Kosovo dan memerintahkan pembunuhan ratusan orang Albania Kosovo di Kroasia dan bosnia.

Sejak Kecil Dipenuhi Konflik

Milošević lahir di keluarga keturunan Montenegro yang berasal dari klan Vasojevići. Ia lahir di Požarevac, Serbia, hanya 4 bulan setelah invasi Kerajaan Yugoslavia. Ia tumbuh di masa pendudukan wilayah itu pada Perang Dunia ke-2. Setelah perang berakhir, orang tuanya berpisah. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ayah dan ibunya ditemukan bunuh diri. Begitu pun kakaknya. Ibu Milošević merupakan guru sekolah yang juga anggota aktif Partai Komunis.

Meski tidak memiliki keluarga yang harmonis, Milošević berhasil melanjutkan belajar Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Beograd. Di kampus itulah ia mulai mengenal ideologi Komunis dan Sosialis melalui jabatannya sebagai ketua komite ideologi Yugoslav Communist League (SKJ) dan League of Socialist Youth of Yugoslavia (SSOJ).

Setelah lulus pada 1966, ia bekerja sebagai penasihat ekonomi untuk Branko Pešić, Mayor Kota Beograd. Lima tahun kemudian Milošević menikah dengan Mirjana Marković, teman kecilnya. Marković punya andil besar dalam karier dan pelbagai keputusan politik yang diambil oleh Milošević.

Dalam urusan politik, kiprah Milošević dimulai ketika ia terpilih menjadi pimpinan komite kota untuk Belgrade League of Communists pada 1984. Dua tahun kemudian, Socialist Alliance of Working People menyatakan dukungan dan memilih Milošević sebagai kandidat Presiden Komite Pusat Yugoslav Communist League untuk Serbia. Pencalonan itu sukses dan ia pun terpilih pada kongres ke-10 Serbian League of Communists. Akan tetapi, Milošević sebenarnya agak ragu dengan pencalonan dan kiprahnya di politik. Ia tidak percaya diri.

“Pada 1987 ia baru menyadari kharisma publiknya setelah dua kunjungan ke Kosovo. Kesadaran itu membuatnya mantap menjalankan karier politik karena seolah ia telah menguasai lanskap kekuasaan. Metamorfosisnya dari fungsionaris komunis menjadi pemimpin sekte seluruh Serbia terjadi dalam beberapa detik,” kata Nevenka Tromp dalam Prosecuting Slobodan Milošević: The Unfinished Trial (2016).

Tak lama kemudian, namanya semakin dikenal luas sebagai kekuatan baru dalam politik Serbia, terutama setelah ia menyatakan dukungan untuk Serbia di Provinsi Kosovo yang otonom. Kala itu, beredar kabar bahwa etnik Albania yang merupakan mayoritas di wilayah tersebut kerap menindas etnik lainnya.

Mendengar kabar itu, Milošević mengklaim bahwa otoritas etnik Albania telah menyalahgunakan kekuasaan mereka di Kosovo. Sesuai dugaan, ia pun menyerukan perubahan besar-besaran dalam politik untuk mengurangi otonomi. Langkah itu langsung mengundang kritik dari lawan-lawan politiknya. Mereka menganggapnya sebagai rencana tersembunyi dalam memperkuat posisi Serbia di Yugoslavia. Pengurangan jumlah etnik juga dianggap sebagai kejahatan politik.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Time tahun 1995 yang berjudul "I am just an Ordinary Man", ia mencoba membela diri.

Infografik Mozaik Penjahat Perang Balkan

Infografik Mozaik Penjahat Perang Balkan. tirto.id/Tino

Seperti pemerintahan komunis pada umumnya, Milošević melakukan pengaturan ketat termasuk sensor terhadap media massa. Pada Maret 1991, ia memerintahkan pemadaman selama 36 jam terhadap Radio B92 dan stasiun televisi Studio B guna mencegah menyiarkan liputan demonstrasi menentang pemerintah di Beograd. Sesuai dugaan, meski melakukan protes keras, dua media tersebut tidak mendapatkan respon positif.

Pada 4 Februari 1997, Milošević mengakui kemenangan oposisi dalam beberapa pemilihan lokal, setelah protes massal yang berlangsung selama 96 hari. Konstitusi Serbia punya aturan maksimal dua periode jabatan presiden. Akan tetapi, Milošević tak kehabisan akal untuk mempertahankan kursi kekuasaannya. Pada 23 Juli ia mengambil alih kepemimpinan federasi dan bertahan hingga tahun 2000 meski telah didakwa dalam kasus kejahatan perang sejak 1 tahun sebelumnya.

Proses sidang tidak bisa dilakukan terburu-buru. Bahkan, butuh waktu sekitar dua tahun untuk mengumpulkan bukti dan melakukan penyelidikan atas semua tuduhan terhadapnya.

Pada 11 Maret 2006, tepat hari ini 16 tahun lalu, Milošević ditemukan meninggal di sel penjara PBB di wilayah Scheveningen, Den Haag. Hasil otopsi menunjukkan penyebab kematiannya, yakni serangan jantung. Ia memang penderita jantung dan darah tinggi. Pemerintah Serbia menolak menggelar pemakaman kenegaraan untuknya. Akhirnya, keluarga dan teman-teman Milošević mengurus pemakaman di kampung halamannya di Požarevac.

Baca juga artikel terkait PENJAHAT PERANG atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Politik
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi