Menuju konten utama

Sinopsis Sand Castle, Film Bertema Perang yang Tayang di Netflix

Sand Castle adalah film bertema perang yang sudah bisa disaksikan di Netflix. Berikut adalah sinopsisnya. 

Sinopsis Sand Castle, Film Bertema Perang yang Tayang di Netflix
Ilustrasi Film. foto/istockphoto

tirto.id - Sand Castle adalah film bertema perang yang rilis pada 23 Mei 2017 lalu. Film berdurasi 1 jam 53 menit ini merupakan karya sutradara Fernando Coimbra dan penulis naskah Chris Roessner.

Film yang sudah bisa disaksikan di Netflix ini mendapat rating 6,3/10 dari 19.220 user di situs IMDb. Sementara di situs Rotten Tomatoes, film ini mendapat 47 persen dan 44 persen dari audience score.

Sinopsis Sand Castle

Dilansir laman British Council, Sand Castle merupakan film yang terinspirasi dari kejadian nyata. Berlatar di Iraq pada 2003, film ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Matt Ocre (Nicholas Hoult), prajurit tentara Amerika yang dikirim ke Irak pada awal Perang Teluk kedua.

Sebenarnya, menjadi tentara bukanlah panggilan jiwanya. Di awal cerita, ia bahkan sengaja mematahkan tangannya di pintu mobil agar tidak ditugaskan. Namun, rencananya gagal karena dokter berkata bahwa lukanya tidak seberapa.

Walaupun akhirnya harus berangkat, Ocre tetap melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Seharusnya, mereka segera pulang ke Amerika setelah menyelesaikan misi tersebut. Namun, rencana tersebut hanya tinggal angan-angan belaka.

Atasannya kembali mengirim mereka ke Baqubah, sebuah daerah konflik yang lebih berbahaya dari daerah lain yang sebelumnya mereka sambangi. Pasukan mereka bertugas untuk memperbaiki saluran air yang rusak karena serangan pasukan Amerika.

Sebenarnya mereka hanya diminta mencari pekerja Irak untuk memperbaikinya. Namun, tidak ada yang mau bekerja dengan pasukan Amerika karena takut. Syeikh, pemimpin setempat, juga tidak bersedia menyediakan pekerja.

Syeikh berkata bahwa karena pasukan Amerika yang merusak saluran tersebut, mereka jugalah yang harus memperbaikinya. Terpaksa, tentara Amerika yang memperbaikinya.

Selain itu, mereka juga ditugaskan untuk menyalurkan air dari sumber mata air ke pemukiman warga. Setiap hari mereka pergi mengambil air dan kembali untuk membagikan air kepada warga sekitar.

Walaupun mobil pembawa air sempat ditembaki hingga bocor, pendistribusian berjalan lancar. Hingga pada suatu hari terjadi penembakan di lokasi pembagian air. Ternyata target utama penembakan adalah tentara Amerika. Ocre kehilangan temannya, Chutsky, dalam insiden tersebut.

Seorang tentara Irak bercerita bahwa air sudah menjadi masalah bahkan sejak pasukan Amerika belum datang. Warga dari 2 suku yang berbeda selalu menemukan alasan untuk berkonflik, termasuk masalah air.

Setelah kejadian tersebut, ia bertemu kepala sekolah yang mau mencarikan pekerja Irak. Ia bahkan membawa saudaranya yang merupakan insinyur mesin.

Namun, beberapa hari setelahnya, rombongan pekerja dan kepala sekolah tidak datang. Ternyata, mereka ketakutan karena sang kepala sekolah dibunuh dengan kejam oleh para pemberontak Irak.

Sang teknisi mesin yang tidak terima atas kematian saudaranya memberitahukan tempat persembunyian para pemberontak. Malamnya, pasukan Amerika menggerebek lokasi tersebut.

Walaupun terdapat dua tentara Amerika yang terluka, penggerebekan tersebut membuahkan hasil. Perbaikan saluran air dapat berjalan kembali karena pekerja datang tanpa rasa takut. Namun, tiba-tiba terjadi ledakan yang mengakibatkan banyak korban.

Setelah kejadian tersebut, ia dan atasannya dipanggil ke markas pusat tentara Amerika di sana. Oleh Sersan Mayor, Sersan Harper diberi cuti sebelum dikirim kembali ke Riyadh dan Ocre diizinkan pulang.

Ocre yang pada awalnya tidak ingin menjadi tentara, kini justru tidak ingin pulang. Ia merasa bahwa tanggung jawabnya belum usai di sana. Namun, ia akhirnya tetap dipulangkan ke Amerika Serikat tanpa menuntaskan perbaikan air di sana.

Baca juga artikel terkait SAND CASTLE atau tulisan lainnya dari Frizka Amalia Purnama

tirto.id - Film
Kontributor: Frizka Amalia Purnama
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Alexander Haryanto