Menuju konten utama

Sikap Jokowi Sindir Jas Hitam Dinilai Bertentangan dengan Regulasi

Adi mengatakan, pernyataan tersebut menjadi paradoks karena dalam banyak kesempatan Jokowi gemar memakai jas berwarna hitam.

Sikap Jokowi Sindir Jas Hitam Dinilai Bertentangan dengan Regulasi
Calon Presiden petahana nomor urut 01 Joko Widodo berswafoto dengan massa pendukungnya saat melakukan kampanye terbuka di kota Dumai, Riau, Selasa (26/3/2019). ANTARA FOTO/AswaddyHamid/wsj.

tirto.id - Pengajar komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai pernyataan Capres Joko Widodo yang menyebut kemeja putih lebih merakyat dibandingkan jas hitam justru berbenturan dengan kebijakannya sendiri.

Sebab, tahun 2018 silam, Jokowi mengeluarkan Perpres mengenai tata cara pakaian bernegara, yang salah satunya memasukan jas hitam sebagai salah satu pakaian kenegaraan.

Menurut Adi, Jokowi sangat memungkinkan untuk mengatakan apa pun karena sedang berada di tahun politik atau Pilpres 2019. Termasuk menyindir sesuatu yang berbenturan dengan regulasi yang ia buat sendiri.

Adi mengatakan, hal tersebut juga menjadi paradoks karena dalam banyak kesempatan Jokowi gemar mengenai jas berwarna hitam.

"Iya meski kadang paradoks karena dalam banyak kesempatan 01 [Jokowi] suka pakai jas hitam. Mestinya tak usah terjebak pada hal artifisial semacam ini," kata Adi saat dihubungi wartawan Tirto, Rabu (27/3/2019) sore.

Adi juga berpendapat penggunaan narasi soal perbedaan antara kemeja putih dengan jas hitam bertujuan untuk mendulang simpati masyarakat.

"Pernyataan Jokowi itu sebagai upaya positioning bahwa ia merakyat apa adanya tanpa atribusi mewah, seperti jas. Positioning merakyat ini coba dikapitalisasi ulang oleh Jokowi karena terbukti ampuh menarik simpati rakyat," katanya.

Akan tetapi, menurut Adi, masyarakat sekarang sudah menilai pemimpin dari kinerja, bukan lagi dengan cara berpakaian.

"Sebagai petahana, positioning semacam ini mulai tak relevan karena yang dinilai rakyat itu kinerja, bukan lagi cara berpakaian yang artifisial. Sukarno itu necis, kemana-mana pakai jas keren tapi kebijakannya merakyat dan pro wong cilik. Kan yang penting kebijakannya pro rakyat, bukan hanya tampilannya," kata Adi.

Ia menilai, Jokowi seolah-olah sedang memainkan narasi bahwa pakaian putih itu bersih dan jujur, sedangkan jas hitam berkonotasi buruk.

"Dalam ilmu linguistik, tafsirnya umumnya begitu. Putih itu Jokowi karena selama ini identik dengan kemeja putih penuh kejujuran, sementara jas hitam adalah sekumpulan hoaks dan fitnah yang kerap mengepung dirinya," katanya.

Capres Jokowi saat kampanye terbuka di Kota Dumai, Riau, Selasa (26/3/2019) sempat menyatakan alasan mengapa ia dan Cawapres Ma'ruf Amin menggunakan kemeja putih dalam foto di surat suara Pemilu.

Menurut Jokowi, kemeja putih lebih murah dibandingkan dengan jas hitam. Selain itu, jas hitam juga merupakan pakaian orang Eropa dan Amerika.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Alexander Haryanto