tirto.id - Jajang Nugraha mulai was-was. Pria 26 tahun, pegawai swasta yang juga pengemudi GrabCar ini pusing dengan rencana perluasan sistem ganjil genap. Ia berkeyakinan kebijakan baru Pemrov DKI Jakarta ini akan memengaruhi pendapatannya sebagai sopir transportasi daring yang saban hari harus lalu lalang di jalanan ibu kota.
“Dampak ke mitra secara garis besar adalah biaya operasional bakal lebih. Soalnya otomatis jalan memutar. Dan sangat mungkin ada beberapa titik yang tidak bisa diantar,” keluh Jajang kepada Tirto.
Pemprov DKI Jakarta akan memperluas kebijakan sistem ganjil genap pada kendaraan di jalan-jalan ibu kota mulai 1 Agustus 2018. Beberapa jalan yang akan terdampak antara lain: Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan MH. Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Sisingamangaraja.
Perpanjangan aturan ganjil genap akan berlaku pada hari Senin hingga Minggu, dari pukul 06.00-21.00 WIB, atau selama 15 jam terus-menerus di hari kerja. Mulai 2-31 Juli Pemprov DKI melaksanakan ujicoba.
Sistem ganjil genap adalah pembatasan kendaraan di jalanan. Pada tanggal genap, hanya mobil plat genap (angka terakhir) yang bisa digunakan melintasi jalan dan sebaliknya. Ada pengecualian terhadap kendaraan sepeda motor dan kendaraan angkutan umum plat kuning.
Apakah perluasan ganjil genap akan memukul bisnis transportasi daring seperti yang jadi kekhawatiran Jajang?
Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar mengatakan GrabCar memiliki algoritma khusus untuk mendukung aturan Ganjil Genap. Algoritma khusus itu telah Grab luncurkan sejak Oktober 2016. Algoritma ini berfungsi untuk penyaringan dan pencocokan plat ganjil genap di Jakarta secara real-time dari kendaraan mitra pengemudi sesuai dengan lokasi penjemputan dan tujuan, jam, serta tanggal perjalanan.
Algoritma ini dibuat untuk mendukung pelaksanaan Asian Games 2018 yang akan berlangsung medio Agustus sampai awal September 2018. Algoritma Ganjil Genap milik Grab tak ubahnya seperti matching algorithm. Nomor plat milik mitra, lokasi-lokasi ganjil genap, lokasi penjemputan dan tujuan pengguna Grab adalah indikator utama dari algoritma ini.
Misalnya ketika ada pelanggan GrabCar yang hendak pergi ke suatu tempat yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman. Mobil mitra GrabCar berplat genap, secara otomatis, tak akan menerima pemesanan. Contoh lain saat pengguna angkutan daring pergi ke Jalan Lenteng Agung dari Jalan Raya Slipi, pada waktu yang sama, maka ketika ia memperoleh GrabCar berplat genap, aplikasi Grab secara otomatis mencarikan jalur non-ganjil genap untuk mitra atau driver.
Country Product Lead Grab Indonesia Bernard Hosanna mengatakan penumpang Grab akan diberikan kendaraan berplat tepat, sesuai dengan tanggal dan waktu bepergian dari area yang terdampak aturan ganjil genap di Jakarta. “Algoritma ini juga akan memudahkan mitra Grab bekerja,” kata Bernard.
Namun, dengan segala siasat oleh pengelola transportasi daring seperti Grab dalam menghadapi sistem ganjil genap, bagi mitra seperti Jajang tetap saja bakal menjadi persoalan. Jajang mengatakan kemungkinan “masyarakat akan lebih memilih pindah ke TransJakarta atau angkutan umum pemerintah” yang lebih mudah didapat untuk menempuh jalur-jalur terdampak ganjil genap.
Selain TransJakarta dan angkutan umum pemerintah, ride-sharing berbasis motor bakal jadi pilihan. Hal ini terkait dengan tak ada larangan ganjil genap pada sepeda motor.
Pengalaman India
Pada 2014, dalam laporan Los Angeles Times, New Delhi dinyatakan sebagai kota dengan keadaan udara terburuk dari 1.600 kota yang disurvei World Health Organization. Jumlah polutan tinggi, ditambah banyaknya partikel berukuran 2,5 mikron bertebaran di udara, menyebabkan kematian yang diakibatkan penyakit yang berhubungan dengan paru-paru meningkat. Pemerintah Kota New Delhi akhirnya menjalankan beberapa langkah mengurangi buruknya kualitas udara, salah satunya dengan kebijakan ganjil genap pada nomor kendaraan.
Dalam kebijakan ganjil genap yang diterapkan, ride-sharing berbasis motor memperoleh “area promosi.” Sebagaimana diwartakan Entrepreneur, Rapindo sebagai ride-sharing berbasis motor ala India, menawarkan promosi berupa “free ride” bagi para pengguna kendaraan pribadi yang terkena dampak ganjil genap.
Sementara itu, ride-sharing berbasis mobil punya pendekatan yang berbeda. 360Ride, salah satu ride-sharing berkantor pusat di Bengaluru, memberikan insentif senilai Rs1.200 bagi para pengguna aplikasi (non-mitra) yang mau memberikan tumpangan bagi masyarakat yang terdampak kebijakan ganjil genap.
“Kebijakan ganjil genap memberi sinyal pada kami untuk mengurangi polusi di negara ini. Program ‘Ride and Earn’ mempromosikan ride-sharing di kota ini,” kata Lokesh Bevara, Chief Executive Officer 360Ride.
Berbeda dengan 360Ride, Uber memilih menghapus kebijakan tarif yang berlaku di jam sibuk ketika ganjil genap dilakukan. Menurut Uber, sebagaimana diwartakan India Times, ini karena lonjakan penumpang yang tak wajar ketika ganjil genap dilakukan. Masyarakat, terutama yang kendaraan pribadinya terdampak, berbondong-bondong menggunakan ride-sharing. Menghapus tarif jam sibuk dinilai sebagai langkah tepat.
“Sebagai langkah awal, kami memutuskan menghentikan tarif jam sibuk/dinamis selama ganjil genap diberlakukan. Selain itu, tarif perjalanan dari dan menuju stasiun kereta akan kami turunkan,” kata Prabhjeet Singh, General Manager Uber India.
Ruimin Li, dalam papernya berjudul “Effects of Odd-Even Traffic Restriction on Travel Speed and Traffic Volume: Evidence from Beijing Olympic Games” mengatakan kebijakan ganjil genap hanya pas digunakan untuk peristiwa-peristiwa khusus, misalnya Olimpiade, dalam konteks Indonesia adalah Asian Games.
Pada Olimpiade 2008 di Beijing, pemerintah setempat memberlakukan ganjil genap. Hasilnya, meskipun 50 persen kendaraan dilarang beroperasi, volume lalu lintas hanya berkurang 20 hingga 40 persen. Sementara itu, kecepatan perjalanan hanya meningkat 10 hingga 20 persen.
Sistem ganjil genap hanya merupakan aturan untuk mengatasi masalah jangka pendek, bukan merupakan solusi permanen soal kemacetan dan polusi. Bagi pengelola layanan transportasi daring, perlu terobosan agar layanan mereka tetap prima saat ganjil genap berlaku, dan para mitra tak dirugikan.
Editor: Suhendra