Menuju konten utama

Siapa Sebenarnya Pemilik Cendol?

Warganet Indonesia dan Malaysia meradang lantaran CNN merilis laporan bahwa cendol berasal dari Singapura.

Siapa Sebenarnya Pemilik Cendol?
Ilustrasi Cendol. FOTO/iStock

tirto.id - Cendol jadi perdebatan warganet beberapa hari terakhir lantaran laporan CNN Travel berjudul “50 of The World’s best Desserts.” Dalam laporan itu, cendol disebut sebagai makanan lokal dari Singapura.

Berbagai komentar keras dilayangkan oleh pengguna media di Twitter, terutama warga Indonesia dan Malaysia yang merasa sebagai pemilik cendol.

“#Cendol bukan berasal dari Singapura. Kenapa dia tidak bisa menggali sejarah? Kadang-kadang wartawan internasional yang disebut menciptakan kesalahan seolah-olah mereka tidak tahu apa-apa setelah itu mengklarifikasi artikel sebagai pendapat pribadi. #HistoryMatter,” cuit salah satu pengguna Twitter @malaya_roses.

Salah seorang netizen juga mencuit kepada Jennifer Rose Smith sebagai penulis artikel tersebut.

“Kepada Jen Rose, jika kamu tidak yakin dengan asal-usul #Cendol, kamu sebaiknya menyatakan bahwa itu adalah makanan populer di Malaysia dan Singapura. Sekali lagi, lakukan tugas kamu sebelum mempublikasikannya,” @KuekKenny.

Beberapa orang lain bahkan menyatakan cendol sebagai makanan asli Indonesia dengan penyebutan berbeda, yaitu dawet.

“Kaca, kaca di dinding, berasal dari mana minuman #Cendol? Apakah dari Singapura, Malaysia, atau Indonesia?

"Kaca: Cendol atau nama lainnya adalah dawet berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan disebutnya minuman dawet di Serat Centhini 1814,” ujar @mitsau.

“Nikmati akhir pekan anda dengan salah satu minuman Indonesia yang terbuat dari tepung beras dan disajikan dengan santan kental, gula aren, dan es batu, namanya cendol,” @djakarta_cafe.

Dilansir dari The Guardian, cendol digambarkan sebagai es serut ditumpuk ke dalam mangkuk, ditutup dengan kacang merah, jeli hijau yang terbuat dari beras dengan aroma pandan yang harum, dan santan kental.

Kemudian ditambah dengan resep khusus, coklat, dan terakhir gula melaka yang terbuat dari gula kelapa dan rasanya lebih manis dibandingkan dengan pemanis buatan.

Cendol sebagai pencuci mulut biasanya disajikan di hidangan penutup, meskipun tak sedikit yang menikmati sajian ini sebagai makanan atau minuman ringan.

Karakteristiknya cenderung berat saat disantap, maka tak jarang bila akan terasa sangat kenyang setelah memakan cendol.

Di Malaysia, salah satu kedai cendol yang sangat terkenal bernama Penang Road Famous TeoChew Chendul. Dilansir dari situs resminya, pemilik pertama kedai ini, Tan Teik Fung mulai menjual cendol pada tahun 1936. Kini, TeoChew Chendul telah tersebar di berbagai lokasi di Malaysia.

Di Indonesia sendiri, cendol dikenal juga dengan nama dawet (Jawa Tengah). Teksturnya pun hampir mirip, berwarna hijau seperti cacing pendek dan kenyal. Hanya saja cara menghidangkannya sedikit berbeda dengan yang ada di Malaysia dan Singapura.

Semangkuk dawet di Indonesia disajikan dengan santan kental dan es batu, terkadang ditambah dengan selasih atau ketan hitam sesuai selera.

Bahkan di Purworejo, Jawa Tengah, bahan pembuatan dawet dicampur dengan abu merang sehingga menghasilkan dawet berwarna hitam. Varian ini dinamakan dawet ireng dalam bahasa Jawa yang berarti “Dawet Hitam.”

Jika ditelusuri, tidak banyak yang menyediakan informasi khusus tentang asal-usul cendol. Beberapa orang mengatakan bahwa cendol berasal dari Jawa, Indonesia tetapi tidak sedikit juga yang menuliskan cendol berasal Malaysia.

Mengingat kedua negara tersebut masih erat kekerabatan secara keturunan dan budaya, dari manapun cendol berasal, yang terpenting adalah rasanya yang nikmat.

Baca juga artikel terkait KULINER NUSANTARA atau tulisan lainnya dari Alifa Justisia

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Alifa Justisia
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Yantina Debora