tirto.id - “Kami ingin pelatih yang punya wibawa, punya pengalaman. Mau lokal atau asing, pokoknya tidak mengecewakan, apalagi pelatih yang pernah membawa juara,” kata Umuh Muchtar usai Persib Bandung ditahan Barito Putera tanpa gol dalam lanjutan kompetisi Liga 1 Indonesia 2017 beberapa waktu lalu.
Sang manajer kemudian melontarkan pujian kepada Jacksen F. Tiago, pembesut Barito Putera, usai pertandingan tersebut, sebagai salah satu juru taktik terbaik di Indonesia. Lantas, apakah Persib membidik pelatih yang pernah naik daun bersama Persipura Jayapura itu?
“Itu sebagai contoh saja, bukan berarti kami mengincar (Jacksen F. Tiago) ya, kalau memuji ‘kan boleh," elak Umuh seperti dikutip dari Vikingpersib.co.id.
Anomali Klub Paling Bergengsi
Apa yang dijalani Persib di musim 2017 sejauh ini ibarat anomali. Bagaimana tidak? Boleh dibilang, tim Maung Bandung adalah klub paling komplit di tanah air, disokong finansial yang kuat termasuk seabrek sponsor, punya fasilitas latihan terbaik di kelasnya, dan diperkuat jajaran pemain bermutu, dari lokal, naturalisasi, impor, bahkan stok pesepakbola muda berbakat.
Yang paling melambungkan harapan Bobotoh pada awal musim ini tentunya gebrakan Persib mendaratkan Michael Essien dan Carlton Cole. Duo mantan bintang Premier League ini seolah melengkapi kesempurnaan pasukan Persib besutan Djadjang Nurdjaman (Djanur) yang sebagian besar merupakan skuad juara tiga tahun silam.
Baca Juga:
- Masalah Baru Bernama Carlton Cole
- Persib Bandung Rasa Australia
- Ezechiel NDouassel Perjudian Ketiga Persib
Namun, apa yang terjadi? Persib justru keteteran. Baru separuh musim, Djanur sudah menyerah lalu mundur. Carlton Cole yang pernah mengukir karier gemilang bersama West Ham United di Inggris turut didepak. Dan sampai pertandingan ke-27 usai diimbangi Barito Putera, Persib masih kerasan di luar zona 10 besar.
Performa Atep dan kawan-kawan sempat membaik ketika Herrie Setiawan ditunjuk sebagai pelatih caretaker pengganti Djanur, serta kehadiran striker tim nasional Chad, Ezechiel NDouassel.
Namun, Persib kembali majal justru setelah mendatangkan Emral Abus yang dikenal sebagai pelatihnya pelatih di Indonesia sesuai perannya sebagai instruktur kepelatihan PSSI. Emral Abus sebenarnya pernah membesut Persib di AFC Cup 2015 karena lisensi Djanur belum memenuhi syarat.
Persib yang selama ini lekat sebagai jago kandang justru sering kepayahan setiap kali tampil di Bandung. Hasil seri 8 kali di depan publik sendiri tentunya menjadi catatan yang sama sekali tidak bikin bangga. Total, hingga 27 laga, Persib baru merasakan 8 kali kemenangan, kemudian 13 kali menuai skor imbang, dan 6 kali kalah.
Gagal Mengulang Kenangan
Setelah meraih trofi juara kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2014 dan turnamen Piala Presiden 2015, Persib Bandung justru limbung. Itu bermula dari kepergian Djadjang Nurdjaman ke Italia, yang dikirim untuk memperdalam ilmu kepelatihan di akademi Inter Milan, klub milik Erick Thohir yang memang punya riwayat dekat dengan Persib.
Sebagai suksesor Djadjang Nurdjaman kala itu, Umuh Muchtar mendatangkan Dejan Antonic, pelatih asal Serbia yang sebelumnya cukup menjanjikan selama menangani Pelita Bandung Raya (PBR) meskipun dengan kualitas skuad yang amat terbatas.
Untuk urusan pelatih impor, Persib memang cukup akrab dengan Eropa Timur. Tim Maung Bandung pernah bekerja sama dengan Arcan Iurie asal Moldova, Darko Janackovic yang berpaspor Prancis namun kelahiran Yugoslavia, hingga dua juru taktik dari Serbia pendahulu Dejan Antonic, yakni Jovo Cuckovic dan Drago Mamic.
Hasilnya? Persib selalu gagal menjadi juara Liga Indonesia setiap dibesut orang asing. Justru pelatih produk asli yang berhasil mempersembahkan trofi bergengsi, sebutlah Indra Thohir ketika Persib meraih juara Perserikatan musim 1994 dan Liga Indonesia (Divisi Utama) setahun berikutnya, juga Djadjang Nurdjaman satu dekade berselang.
Baca Juga:
- Legenda yang Bimbang Djadjang Nurdjaman
- Karier Prematur Juru Taktik Liga 1
- Akal-akalan Marquee Player Liga Indonesia
Dejan Antonic sebenarnya berusaha membangun pondasi Persib seperti yang pernah dilakukannya saat menukangi PBR, juga Pro Duta FC. Namun, tekanan super tinggi ditambah ketidaksabaran manajemen Persib membuatnya harus hengkang pada pertengahan musim kompetisi Indonesia Soccer Championship A (ISC A) 2016.
Manajemen Persib pun menghadirkan Djanur kembali dengan harapan bisa mengulangi prestasi tiga tahun silam. Apalagi sebelumnya Persib juga merekrut lagi beberapa pemain yang turut berjaya kala itu, seperti Achmad Jufriyanto dan Supardi Nasir dari Sriwijaya FC, juga Vladimir Vujovic yang sempat pulang ke Montenegro.
Namun, di kompetisi Liga 1 Indonesia 2017, bulan madu Djadjang Nurdjaman bersama tim Pangeran Biru tidak mampu diulangi, justru berakhir dengan mundurnya sang pelatih yang juga pemain bintang Persib itu.
Pelatih yang Seperti Apa Lagi?
Hasil mengecewakan yang didapat Persib di Liga 1 Indonesia 2017 membuat Umuh Muchtar sudah mulai berpikir tentang sosok pelatih yang akan membesut tim Maung Bandung untuk musim depan.
Selain Jacksen F. Tiago, Persib dikabarkan juga mengincar dua nama lain yang pamornya lebih mentereng, yakni mantan pembesut tim nasional Thailand, Kiatisuk Senamuang, juga pelatih asli Italia eks arsitek Inter Milan, Walter Mazzarri.
Untuk level Asia Tenggara, apa yang telah ditorehkan Kiatisuk Senamuang, baik sebagai pemain maupun pelatih, sangat gemerlap. Ia adalah ikon sepakbola Thailand di era 1990-an hingga tahun-tahun awal milenium baru. Selaku pelatih muda, Senamuang juga bergelimang prestasi. Medali emas SEA Games 2013 dan dua kali trofi juara Piala AFF (2014 dan 2016) menjadi buktinya.
Bagi Persib, peluang untuk menggaet Kiatisuk Senamuang jelas lebih besar ketimbang memboyong Walter Mazzarri dari negeri pizza, kendati itu bisa saja diwujudkan mengingat Persib sudah mampu menghadirkan pemain top dunia macam Michael Essien dan Carlton Cole.
Meskipun masih sebatas dugaan, namun bukan mustahil Persib benar-benar berniat membawa pelatih yang juga pernah membesut Napoli dan Sampdoria itu ke Paris van Java demi meraih hasil yang lebih baik untuk musim depan sekaligus sebagai penebusan dosa kegagalan musim ini.
Ada benang merah yang dapat mewujudkan terealisasinya wacana itu. Siapa lagi kalau bukan Erick Thohir, komisioner Persib yang masih menjabat sebagai Presiden Klub Inter Milan.
Baca Juga:
- Kursi Berduri Pelatih Nerazzurri
- Inter Milan Lebur Bareng Frank de Boer
- Juventus, Inter, dan Nasib yang Tertukar
Memori mesra Erick Thohir dengan Mazzarri selama menangani Nerazzurri pada 2013/2014 bisa membuka jalan ke Persib. Apalagi pelatih 56 tahun ini masih menganggur setelah dipecat klub Premier League, Watford.
Sejujurnya, Persib tidak perlu mendatangkan pelatih kelas Eropa, termasuk Mazzarri untuk berprestasi, setidaknya di level sepakbola nasional. Apa sih yang kurang dari Persib saat ini dibandingkan klub-klub Indonesia lainnya? Maung Bandung tentunya sanggup bersaing, atau malah paling mumpuni dari mereka semua.
Tapi yang jelas, pastinya ada masalah yang membuat Persib jadi begini, entah memang faktor pelatih atau lainnya.
Jika nantinya Walter Mazzarri –atau setidaknya Kiatisuk Senamuang– benar-benar digaet, dan ternyata Persib tetap melempem, justru akan menjadi bumerang, persis seperti yang dirasakan Djadjang Nurdjaman, gagal total dengan skuad dan fasilitas serba mewah.
Berani bertaruh lagi untuk musim depan, Persib Bandung?
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti